Part 47 | Cerita Cabel

Start from the beginning
                                    

Thana tenggelam dalam senyuman itu. Terbiasa menghadapi sisi Cabel yang lucu dan ceria, Thana merasa linglung dengan sisi lain dari gadis itu.

"Dan kemarin, saat ku pikir ini pekerjaan yang mudah, kau menghilang. Warga sekolah mungkin tidak akan mengetahuinya, tapi berbeda dengan ku yang sangat paham situasi seperti apa yang tengah kau hadapi. Terkurung dengan orang itu, pasti hal berat yang kau jalani, kan? " Thana masih terdiam, terlalu bingung ingin membalas apa saat semua yang diucapkan Cabel benar adanya.

Cabel kembali melihat ke depan, sebelum kembali bersuara, "dua hari pertama kehilangan mu, kak Chaffinch terlihat lebih gila dari yang ku ingat. Tak terhitung berapa banyak bola mata yang hangus di bawah tangannya. Aku mungkin tak memiliki hak untuk berbicara tentang orang yang membayar ku. Tapi, ini menyangkut dirimu. Aku tak ingin menyembunyikan sesuatu dari kamu, Cecil. "

"Di hari ke lima, aku meminta bantuan dari dia, lelaki yang belakangan ini mengisi hariku. Lelaki dingin yang terlihat tengil. " Cabel tersenyum kecil dengan rona merah di pipi nya. Thana mengerutkan dahinya dalam diam.

"Apa dia tampan? "

Cabel mengangguk spontan, "sangat tampan. Eh! " Cabel menoleh cepat kearah Thana yang tertawa kecil melihat respon jujur dari tubuh Cabel. Sedangkan Cabel, wajahnya memerah malu.

"Sudah, sudah! Fokusnya bukan ke situ! " rengek Cabel ke arah Thana.

"Iya, iya. Aku akan berhenti, hahaha... "

Masih dengan wajah memerah, Cabel melanjutkan ceritanya. "Berkatnya, kami dapat menemukan lokasimu. Awalnya, aku meminta ikut pada kak Chaffinch, tapi pria itu tak mengizinkan ku ikut. Dia bilang, dia akan menyelamatkan mu saat tengah malam. Aku, dimata kak Chaffinch bukanlah seorang sniper handal seperti Leon ataupun petinju hebat seperti Andi. Aku dikontrak oleh kak Chaffinch hanya sebagai teman mengobrol mu sekaligus pengawal pribadi yang keberadaanya tak akan di sadari oleh musuh kak Chaffinch. "

Leon, lelaki yang beberapa kali dilihatnya saat mengunjungi kantor kakaknya. Dan Andi, sosok yang akan datang satu bulan sekali ke Mansion-nya untuk memberikan laporan pada Chaffinch. Itulah informasi yang diketahui Thana tentang dua lelaki hebat itu.

"Sepanjang aku menunggu kepulangan mu, tiada hari yang ku lewati dengan senyum. Semua hampa, seperti saat pertama kali aku menatap gedung sekolah khusus itu diusia 13 tahun. Oleh karena itu, "

"Aku bersyukur bisa mengenalmu, Thana. " Cabel tersenyum lebar hingga matanya menyipit guna mencurahkan kebahagiaan yang tak dapat ia bendung lagi. Thana menegang, panggilan itu... Nama itu... Thana berharap setidaknya ada satu orang yang mengetahui panggilan itu, tapi...

"Thana... "

Thana tersenyum manis saat perasaan hangat menembus relung hatinya yang membeku secara perlahan. Dia bahagia, hanya dengan panggilan itu.

"Sudah. Sekarang kita masuk dan pesan makanan. " Cabel mengalihkan tatapannya guna menghindari bertatapan lebih lama dengan Thana. Dia sadar, perasaan yang dimiliki keduanya lebih manis dari yang diharapkan. Seperti Thana, Cabel juga asing dengan perasaan hangat ini. Untuk mengungkapkan perasaan halus ini, Cabel malu untuk mengingat kembali.

Thana terkekeh pelan saat reaksi yang ditunjukkan Cabel begitu menyegarkan matanya.

"Cabel. " Suara berat seorang lelaki puber memasuki gendang telinga mereka, merobek suasana yang aneh terasa di beberapa waktu lalu.

Di depannya, lelaki kelas dua belas menghalangi langkahnya. Wajah datar yang terkesan bosan tampak nyata menutupi perasaannya.

Cabel berdiri kaku disebelah Thana. "Kenapa? "

"Ikut. " Dia pergi lebih dulu meninggalkan Cabel tanpa mengucapkan lebih banyak kata. Thana yang menatap hal itu hanya mampu mengangkat sebelah alisnya. Sepertinya, selama ia tak ada, ada seseorang yang mampu mengisi ruang di bagian lain hati Cabel. Saat Cabel menatapnya dalam, Thana tanpa ragu mengangguk dan mempersilahkannya untuk pergi. Meski berteman, bukan haknya untuk menahan lebih lama Cabel disisinya. Gadis itu juga membutuhkan privasi dalam hidupnya.

Cabel tersenyum tak enak ke arahnya, tapi Thana tetap tersenyum dan berkata, "tak apa, pergilah. Kita dapat bertemu kembali di kelas. Tapi, ceritakan lebih banyak tentang hubungan kalian, ya? " godanya di akhir, membuat Cabel tersenyum malu.

"Yasudah. Aku duluan, Than---em... Cecil. " Cabel menggaruk tengkuknya bingung, haruskah ia memanggilnya Thana, atau Cecil?

"Cecil saja cukup. Kau dapat mengingat nama Thana dalam diam. " Thanya tersenyum tipis dengan rona merah di pipinya. Panggilan Thana itu... Gadis itu menggeleng pelan, 'tidak, bahkan lelaki itu tidak peka. '

"Baiklah. Sampai bertemu nanti. "

Cabel pergi meninggalkan Thana sendiri di depan pintu masuk kantin. Gadis itu menghela napas panjang, hari baru ini, Thana ingin mengisinya dengan kegembiraan. Menyingkirkan keluh kesahnya sejenak, dan mencari kebahagiaan kecil untuk dirinya dan Chaffinch.

Satu langkah di ambilnya, namun tepukan dipundak membuat ia menoleh ke belakang. "Ada ap---" ucapannya terhenti begitu tangan kekar lelaki itu menariknya ke dalam dekapan hangat miliknya.

Thana terpaku, didepan kantin, seorang lelaki memeluknya tanpa ragu?

➹MuteVillainess➷

Yuhu~

Kejar target yukkk! Do'akan otak ku lancar untuk menamatkan cerita ini.

Tapi... Menurut kalian, apa yang masih menjadi teka-teki dalam cerita ini? Atau, bagian rumpang yang belum memiliki penjelasan?

Aku tunggu ya, komennya. Biar nanti waktu cerita ini tamat, gak ada lagi pertanyaan yang ada di otak kalian karena kelengkapan cerita yang dipertanyakan.

September, 05 2021

Mute VillainessWhere stories live. Discover now