Part 47 | Cerita Cabel

6.5K 1.2K 54
                                    

"Cecil... Huweee... "

Sebuah tubuh menubruk badannya keras, rembesan air mata terasa dari seragam putihnya. Thana tersenyum tipis, mengangkat tangannya dan mengelus punggung gadis yang memeluknya erat.

"Cabel, aku tak apa. Kamu sudah tahu keadaan ku kan? "

Cabel mematung ditempatnya. Tangisannya terhenti begitu saja, terganti oleh perasaan bingung dan terkejut. "Kamu tahu? " ucapnya setelah melepaskan sedikit pelukannya.

Thana mengangguk dengan senyum. "Kakak yang memberitahu. "

Baru setelahnya Cabel menghela napas lega. Setelah hilang kekhawatiran mengenai identitasnya, Cabel kembali memeluk Thana erat dan melanjutkan tangisnya yang tertunda.

Thana tertawa dalam hati melihat tingkah lucu Cabel. Ia tak menyangka, gadis seperti Cabel bisa lulus sekolah khusus yang mendidik siswanya dengan kejam seperti sekolah yang didirikan Chaffinch beberapa tahun yang lalu.

Sekolah khusus yang melahirkan jiwa-jiwa kuat untuk dipekerjakan sebagai bodyguard atau pengawal dari keluarga terpandang yang memang hidupnya tak pernah tenang.

Cabel, gadis itu ditunjuk Chaffinch untuk menjaga Thana karena melihat umurnya yang sama dengan Thana. Selain umur, Cabel memiliki aura yang dapat membuat Thana merasa hidup saat berada di dekatnya.

Sebelum merekrut Cabel, Chaffinch telah memberitahukannya pada Thana sebelum gadis itu mencoba menghapus ingatannya.

Setelah mengingat kembali, Thana tak bisa berhenti tersenyum. Berapa banyak cinta kasih yang diberikan Chaffinch padanya selama ini? Dan, apa yang telah ia berikan padanya sebagai balasan?

Thana tak dapat mengingat balasan apa yang sudah ia berikan pada Chaffinch. Meski begitu, pria itu tak menuntut lebih padanya selain menjalani hidup dengan damai tanpa kecemasan yang berarti.

Thana menunduk, suasana hatinya kembali buruk jika memikirkannya. Rasa bersalah yang tak dapat di katakan kecil, kembali membayangi langkahnya. Chaffinch, yang telah tumbuh sendiri, mengharapkan ia sebagai lentera kecil diantara dunia kelamnya. Tapi, lentera ini bahkan mencoba untuk lupa hanya untuk keegoisannya.

Betapa tak tahu malunya ia.

...

"Ayo, ke kantin. Selama kau tidak masuk, aku diliputi kehampaan yang terasa nyata. "

Cabel mengeluh dalam langkahnya menuju kantin. Thana disampingnya mengikuti dalam diam.

"Mungkin kau tak mengetahuinya, tapi saat aku bertemu denganmu, tiada hari yang ku sesali. Kau tahu mengapa? "

Thana menggeleng pelan, masih setia mendengarkan ucapan Cabel dalam diam.

"Sekolah khusus yang ku masuki dulu, nyatanya tidak lebih dari medan perang. Tiada hari tanpa merasa waspada, meski itu teman sekamar mu sendiri. " Cabel memandang jauh dengan wajah muram.

"Di sana, kau tak diizinkan untuk menghela napas meski sejenak. Pistol yang berisi timah harus selalu kau tempatkan dibawah bantal mu. Saat kau mandi, kau harus menaruh belati kecil di tempat sabun. Bahkan saat kau makan, kau harus menyiapkan jarum perak untuk mengecek racun dalam makananmu. " Meski hanya mendengar, Thana merinding dibuatnya.

"Aku masuk saat usiaku 13 tahun. Kau tahu betapa kuatnya tekat ku untuk bertahan? Ada satu alasan yang membuatku mati-matian berjuang di tempat seperti itu. Dan kini, semua usahaku terbayarkan dengan pekerjaan yang sangat menyenangkan untuk ku. " Cabel menoleh ke arah Thana. Wajahnya ia angkat sedikit agar menggapai mata Thana yang lebih tinggi diatasnya. Seulas senyum tulus tersungging di wajahnya.

Mute VillainessWhere stories live. Discover now