#37 : Lea

7.7K 635 8
                                    

Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Taylor bahkan tak menyadari jika dia sudah hampir tiga bulan berada di London, menjadi asisten pribadi seorang Harry Styles, si CEO muda dengan banyak gadis yang mengikuti di belakangnya.

Menjadi asisten Harry tentulah bukan hal yang mudah. Gara-gara menjadi asisten seorang Harry Styles, Taylor tak mendapatkan banyak teman gadis di London. Beberapa gadis yang ada di Styles Enterprise jelas-jelas membencinya, karena Taylor berhasil bertahan dengan Harry lebih lama daripada yang lainnya. Selain itu, hampir seluruh karyawan Styles Enterprise juga dapat melihat secara langsung kedekatan Harry dan Taylor, bukan dari sisi pekerjaan.

Hari ini, Taylor menemani Harry melakukan meeting di sebuah perusahaan yang Taylor tak ketahui namanya. Taylor hanya menurut saat Harry memberi perintah. Harry di kantor dan di luar kantor tentunya berbeda. Di kantor, Harry akan bersikap sangat tegas dan tidak membeda-bedakan Taylor dengan karyawan lainnya. Tapi, di luar jam kantor, Harry adalah Harry yang senang membuat pipi Taylor memerah.

“Catat semua poin penting yang dipresentasikan tiap klien, okay?” Harry berbisik pada Taylor, saat keduanya melangkah memasuki ruang rapat.

Baru melewati pintu, secara mengejutkan, seseorang langsung berhambur memeluk Harry dan membuat Taylor menghentikan langkahnya. Taylor memicingkan mata dan melihat tangan mulus nan putih yang pastinya milik seorang gadis tengah melingkar di sekeliling pinggang Harry.

“Selamat datang di Hale Enterprise, Harry.” Gadis itu mendongakkan kepala seraya menatap Harry dengan senyuman lebar di bibirnya. Tangan gadis itu masih melingkar di pinggang Harry. Gadis berambut blonde lurus dengan kulit putih pucat.

Harry mendorong perlahan gadis itu dan berusaha untuk tersenyum, walaupun sangat kentara jelas jika Harry hanya memaksakan diri untuk tersenyum. “Ehm, hai, Lea. Terima kasih atas sambutanmu.” Taylor melipat tangannya di depan dada. Harry terlihat kurang nyaman mendapat perlakuan seperti itu dari gadis bernama Lea Hale tersebut tapi, di lain sisi, Harry tak mungkin berperilaku kasar kepada gadis itu.

“Lea!”

Sebuah suara kembali muncul dari dalam ruangan rapat dan Lea melepaskan diri dari Harry. Taylor yang berdiri di belakang Harry mengintip sedikit dari balik punggung Harry dan mendapati seorang pria paruh baya tampak memasang wajah galaknya kepada gadis bernama Lea tersebut.

“Sudah kuperingatkan berkali-kali untuk jangan melakukan hal bodoh di kantor! Menjauh dari Harry dan duduk kembali di kursimu.” Perintah pria itu tegas.

Lea mengerucutkan bibir sebelum berjalan kembali, duduk di kursinya semula. Beberapa klien lain terlihat sudah menduduki tempat masing-masing dan menatap ke arah Harry dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Harry menghela nafas sebelum mengulurkan tangan di hadapan pria yang mengusir Lea dari Harry tersebut.

“Maaf terlambat, Mr. Hale. Apa sudah dimulai?” tanya Harry sopan, tanpa berbasa-basi.

Mr. Hale tersenyum dan mengangguk. “Tak apa, Harry. Rapat baru akan dimulai. Maaf jika Lea sudah mengganggumu.” Harry mengangguk dan menoleh ke Taylor yang masih berdiri di belakangnya, tak tahu harus melakukan apa. Harry memberi isyarat agar Taylor mengikutinya.

Harry berjalan menuju ke meja rapat dan menarik kursi yang kosong. Taylor duduk di samping Harry dan mulai meletakkan buku catatan di atas meja.

Rapat di mulai dan baru hendak mendengarkan rapat dengan teliti, Taylor sudah merasakan tatapan tajam seseorang kepadanya. Taylor mengedarkan pandangannya ke setiap klien sampai akhirnya, tatapannya terkunci dengan tatapan gadis berambut blonde bergelombang itu.

Lea.

*****

“Sepertinya, gadis berambut blonde itu menyukaimu,” Taylor berujar, memecah keheningan antara dia dan Harry di dalam mobil. Kali ini, Harry dan Taylor duduk berdampingan di bangku penumpang. Hari ini, Harry menggunakan jasa supir untuk mengantarnya ke Hale Enterprise.

Harry mengernyit. “Gadis blonde? Kau?” Harry bertanya seraya memasang seringaian khasnya. Taylor memutar bola matanya. “Kau pikir, hanya aku yang berambut blonde di dunia ini? Yang kubicarakan tentu saja gadis yang terlihat sangat agresif tadi! Dia menatapku seakan-akan aku adalah mangsa yang akan diterkamnya!”

Harry terkekeh. “Biarkan saja. Dia memang begitu.”

“Kau mengenalnya?” tanya Taylor, mengernyitkan dahinya. Harry mengangguk. “Dia anak Mr. Hale. Mr. Hale adalah salah satu rekan bisnis ayahku, sejak lama. Aku sudah beberapa kali bertemu dengan Lea dan gadis itu memang bodoh dan menyebalkan, sejak pertama kali aku bertemu dengannya.” Harry menjelaskan.

“Dia sepertinya menyukaimu,” Taylor menyipitkan mata, ingin tahu apa reaksi Harry saat dia mengatakan hal itu. Awalnya, Taylor mengira Harry akan terkejut atau apalah tapi, reaksinya sama saja. Ralat, Harry tidak memberi reaksi apapun, yang benar.

“Memang,” Harry menjawab singkat.

“Bagaimana kau tahu jika dia menyukaimu?” tanya Taylor, sedikit syok atas wajah tanpa ekspresi Harry.

“Dia yang mengatakannya kepadaku, tiap kali aku bertemu dengannya.” jawab Harry santai.

Taylor membulatkan mata dan menggeleng-gelengkan kepala. “Aku tak tahu apa yang ada di kepala gadis itu. Dia seorang gadis! Seharusnya bukan dia yang menyatakan perasaan terlebih dahulu! Seharusnya dia bersabar untuk menunggu pangerannya datang, tidak langsung menyatakan perasaan kepadamu seperti itu!” Taylor berkomentar seraya melipat tangan di depan dada.

Harry mengangguk dan tersenyum tipis. “Tapi, menurutku, lebih baik seperti itu. Bagaimana jika kau sudah menunggu sekian lama tapi, pangeran yang kau harapkan tak kunjung datang? Akankah kau terus menunggu agar dia datang?” tanya Harry. Taylor diam dan mengedikkan bahu. “Tak tahu. Yang jelas, aku tak akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan gadis bodoh itu.”

“Kata siapa dia bodoh? Jika dia bodoh, dia tidak akan menjadi asisten ayahnya, Taylor. Dia salah satu lulusan terbaik Cambridge, jika kau ingin tahu.” Harry memberitahu Taylor. Taylor memutar bola matanya. “Aku juga lulusan terbaik Harvard dan aku tak pernah pamer akan gelarku tersebut.”

Harry terkekeh. Harry senang berargumentasi dengan Taylor. Harry senang membuat gadis itu kesal. Setiap Taylor kesal, pasti gadis itu membuat ekspresi wajah yang sangat menggemaskan menurut Harry.

“Apa kau mau kembali ke kantor atau kembali ke apartemenmu?” Harry bertanya, mengalihkan pembicaraan seraya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Taylor menoleh kembali ke Harry. “Apa masih ada pekerjaan yang harus kulakukan?” tanya Taylor. Harry menggeleng. “Aku tahu kau lelah jadi, kau bisa beristirahat dan kembali ke kantor besok.” Harry menyarankan.

Taylor mengangguk setuju sebelum menyandarkan punggungnya. Taylor menatap ke luar kaca mobil Harry dan secara perlahan, kelopak matanya tertutup, tak mampu lagi bertahan untuk terbuka. Taylor sangat lelah hari ini. Di tambah lagi, dia harus berhadapan dengan tipikal gadis yang benar-benar dibencinya.

Gadis bodoh yang dengan beraninya berhambur memeluk Harry tanpa memperhatikan keadaan sekitar. Jika mengingat-ingat kejadian itu, ingin rasanya Taylor melempar gadis itu ke luar kaca jendela ruang rapat, saat itu pula.


-----
Pic : Dakota Fanning sebagai Lea

No ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang