"Benar. Gue bakar itu orang kalo sampai ketemu."

Mereka berbicara satu sama lainnya.

Soni, Kang Mamat dan ayahnya Kang Mamat semakin dekat dan mendengar jelas apa yang diomongin oleh orang orang itu.

Dengan serempak pula ketiga orang itu lalu berlari dengan cepat ke arah lima orang yang sedang membelakangi mereka dan menghajar bagian tengkuk dan kepala dari orang orang itu.

***

"Jadi gini .. "

"Jadi gini terus dari tadi tapi ngga kelar kelar ceritanya. Ada apa sih ini?"

Felix menarik napas panjang kemudian menarik Ferdian keluar dan duduk di bangku teras samping rumah Felix.

Felix menyalakan rokok, mengisapnya dan kemudian menghembuskan asapnya perlahan.

"Dulu waktu baru baru masuk sekolah, lo tau kan segimana bencinya Aldo sama lo? Dan lo tau Aldo itu ngarah lo banget, pengen banget lo susah."

Ferdian mengangguk.

"Tapi dia udah baik kok sekarang ama gue."

"Iyaa, babyyyy, semua juga tau kalo Aldo sekarang baik sama lo. Ini gue lagi cerita daaah, dipotong mulu. Repot yak. Nanti kalo gue ngga cerita cerita diomelin lagi. Doooooh!!!"

"Iyaa .. Iyaa."

"Lanjut yaa."

"Naah kita semua itu tahu rencana busuk Aldo pada saat itu, sampai akhirnya dibuatlah sepakat beberapa orang untuk mantau setiap tingkah laku Aldo dan juga sekalian jagain lo. Yaa lo taulah itu atas dasar dari siapa jagain lo."

Ferdian mendengarkan dan menyimak setiap kata yang diucapkan oleh Felix.

"Sampai kemudian keadaan membaik dan kita semua berteman. Sayangnya orang yang disuruh untuk ngerjain lo itu berbalik dan dia berniat jahat sama Aldo sekarang. Dia mau peras Aldo via bapaknya."

"Aduh. Terus gimana?"

"Saat ini sih sedang coba untuk ditanggulangi tapi kayaknya ada sedikit permasalahan. Tapi itu lagi diurus sama yang lain."

Ferdian mengangguk.

"Jadi supaya ngga keliatan banget warung depan sekolah yang biasa dipake nongkrong itu sepertinya mau dihancurin, gitulah pokoknya. Gue juga dapat info ini dari Kang Mamat, supir bapaknya Aldo. Yaa tadinya mungkin Aldo hanya iseng iseng aja tapi jadinya ngebalik ke dia ini semua yang sebenernya dia juga belum nyadar kalo ada yang mau jahat ama dia."

Felix kemudian mengisap kembali rokoknya dan menghembuskan asapnya keatas.

"Naah yang ingin gue sampein ini sekarang yang sebenernya agak rumit dan gue belum bilang sama anak anak yang lain. Ini berkaitan dengan Komang."

Ferdian memegang tangan Felix. Terasa tangannya basah keringetan, entah karena panik atau karena tegang. Felix tersenyum, memegang lembut tangan Ferdian yang memegang tangannya.

"Gue certain pelan pelan yaa. Kalo lo mau gue berhenti dulu, lo bilang ama gue dan gue ngga akan nerusin cerita gue sampai lo nyuruh gue untuk ngelanjutin lagi."

Ferdian menarik napas panjang, memejamkan matanya sesaat kemudian setelah dia membuka matanya dia mengangguk memberi isyarat pada Felix untuk meneruskan ceritanya.

"Awal mulanya juga gue ngga tau. Dan ini ngga ada kaitannya sama urusan Aldo."

***

Orang itu semakin dekat ke Aldo. Sebelum sempat menaruh sapu tangan putih di muka Aldo, seseorang menghajar tengkuk orang itu dengan balok kayu. Orang bermasker itu rubuh tepat disamping Aldo yang masih dalam posisi tiduran. Aldo kemudian melilhat Stevan yang memegang balok kayu dan menatap pada Aldo.

KomangWhere stories live. Discover now