Prologue: Pagar Berkarat

460 45 14
                                    

"ANJING BABI--Oh, kamu toh," pria berambut oranye ikal yang jangkung itu mengerutkan dahinya, "kamu kok tiap kali lihat aku kayak lihat hantu?"

"Ya kamunya sih emang lebih serem daripada hantu" , "iyain aja demi, cogan mah sabar"

Tartaglia, atau sebutan akrabnya mas Tatang, abang, Tata, fakultas kriminologi dengan ironisnya  muka dan aura yang dikeluarkannya seperti mantan narapidana. Kalian berdua sudah berteman sejak zaman babi dikentutin kambing. Sampai kapanpun, meskipun kalian berbeda fakultas, pada akhirnya keluargamu tetap ngotot untukmu ngekos ditempat yang sama dengannya.

"Ini pagarnya kok rada sus-sus gitu ya," kamu mengerutkan dahimu, menatap pagar kos tersebut yang lock-nya sudah tidak berfungsi, dari Sabang sampai Merauke terlihat karatan dimana-mana.

"Luarnya doang, aslinya dalamnya bagus kok. Apalagi penghuninya, cakep-cakep" Tata menggoyang-goyangkan alisnya seperti cacing, "ya cakepan aku sih"

"Capek aku ngurus pelarian pasien dari rumah sakit jiwa." , "kalau aku pasiennya, kamu itu dokter yang cuman bisa sembuhin aku," Ia berkedip kearahmu, sebelum kamu memukul perutnya.

Matamu memperhatikan sekeliling, besar juga nih kos.., cukup besar untuk memiliki taman yang terlihat lumayan rindang. Kamu mengikuti Tata dari belakang, "ladies first," ia meraih ganggang pintu dan membukanya, matamu terbuka lebar, "hah.."

Tata tersenyum lebar, "gimana, bagus kan?" Lantai dari kayu cokelat dengan motif yang mulus, dinding putih yang bersih yang dihiasi dengan beberapa lukisan, beserta atap yang tinggi, ini beneran kos kan.., kamu menatap kearah Tata.
"Jangan mikir yang aneh-aneh, ini beneran kos kok. Kebetulan yang kelola emang orang baik terus emang kaya raya gitu, seumuran aku." Jelasnya.

"Tuan kos-nya mana emang?" , "kata si Didi, lagi sibuk ngurus organisasi dia, jadi bakal pulang nanti malam," , "Didi?"

"Ho'oh, saudara angkatnya si Kay" , "Kay sapa lagi ya Morax, aku sumpelin kaos kaki nih." Ketusmu

"Didi itu..., oh! Itu Didi. Di! Woi Did!" Kamu menoleh kebelakangmu, tertampang lelaki muda dengan rambut merah yang diikat tinggi, menutup pintu masuk itu. Kamu memperhatikannya dari bawah hingga atas, pakaiannya branded semua ya Morax..,

"Apa?" Lelaki yang diduga bernama Didi itu menaikkan alisnya sebelah, berjalan kearahmu. Eh buset, tinggi banget ini orang. Serasa diapit tiang bendera ini mah.., kamu merasakan matanya yang menatapmu, tersenyum tipis kearahnya ia hanya mengangguk, "orang baru ya? Salken, Diluc Ragnvindr. Panggil sesukanya aja." Ujarnya

"Hah--Ra.. Ragi?" Tata menaruh tangan dimulutnya, berusaha menahan tawanya. Didi, ia hanya menghela nafas, "Ragnvindr. Panggil Didi atau Diluc aja" , "ooh, oke deh, mas didi. Ngekos disini juga?"

Didi mengangguk, "kalau nggak ngekos disini ya ngapain juga aku datang kesini," ia menghela nafas. Tawa canggung terlepas darimu, ya iya sih tapi ga usah ngegas gitu napa.., batinmu

"Kamu yang bakal tinggal di lantai satu nomor lima kan? Kita sampingan. Kalau ada apa-apa, langsung aja ke ketok di kamar aku. Duluan ya," dengan terburu-buru, ia menghilang dari pandanganmu.

"Eh, baik juga ternyata" , "Didi emang yang paling baik disini, yang paling bisa dihandalkan juga. Betewey, dia senior. Dah semester lima dia." Ungkap Tata

"Eh suer? Aku ngomongnya kayak santai gitu lagi.. Jangan sampai dikira bocah songong.." Tuturmu

"Nggak lah, buruan hadeh. Katanya mau dibantuin bongkar barang terus ngehias kamar biar estik-estik gitu" , "aesthetic.."

Tak terasa, semua barangmu sudah tersusun rapi dengan bantuan Tata, "makasih btw, emang deh, istri-able banget sih kamu" , "babimu"

Tata berdiri meluruskan badannya, tak lama kemudian hp-nya bergetar, ia sempat menatapnya kemudian menyimpan kembali, "aku pergi dulu, dosen dah balik habis liburan" , "semangat ngejar dosennya." Tata dengan cepat berlari keluar, kamu pun melemparkan diri diatas tempat tidur.

Kos Teyvat Where stories live. Discover now