18. Tempat Singgah

78 13 4
                                    

18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

18. Tempat Singgah

Sepertinya hujan badai akan datang malam ini. Buktinya, sekarang angin  berembus kencang. Julia segera menutup jendela kamar ketika angin semakin bertiup.

Gadis itu menoleh ke arah kasur, menatap Jeje yang terlelap. Kemudian, Julia menuju dapur Karena tiba-tiba merasa haus.
Setelah meneguk satu gelas air, Julia hendak masuk ke kamar lagi. Sebab deru angin kencang di luar membuat Julia ngeri. Baru saja hendak membuka pintu kamar, gerakan Julia terhenti ketika merasa ada yang memanggilnya di luar. Merasa penasaran, Julia membuka sedikit pintu Dan reflex menuntup mata karena angin bertiup menerpa wajahnya. Begituia membuka mata, Julia terpaku mendapati Juan di depannya.

“Juan? Lo ngapain?” tanya Julia di antara angin yang semakin tertiup kencang. Sedangkan, Juan tidak menjawab pertanyaannya. Laki-laki itu langsung merengkuh tubuh Julia, seketika membuat Julia terdiam dengan tubuh menegang.

Suara guntur pun terdengar di antara rintik hujan yang mulai turun , sementara angin semakin berembus kencangmembelai tubuh mereka.

“Julia,” lirih Juan.

Julia mengernyit saat mencium bau alkohol dari tubuh Juan. “Lo mabuk, ya?” tuduhnya. “Lo kenapa, sih?” Julia tidak mengerti melihat Juan malam ini. Sekuat tenaga, dia  melepaskan pelukan Juan dari tubuhnya. Menatap laki-laki itu dengan mata memicing. “Lo kenapa, hah?” Julia bertanya lagi  sambil berkecak pinggang.

Juan menggeleng pelan. “Gue minta maaf,” ucapnya pelan.

“Pulang sana! Udah malem gini, gue nggak nerima tamu,” usir Julia terang-terangan.

“Nggak mau,” tolak Juan.

“Pulang!” Julia memelotot pada Juan.
Guntur kembali terdengar, begitu juga dengan hujan rintik yang berubah deras seutuhnya.

“Gue cuma mau minta maaf sama lo. Maaf, kalo selama ini gue udah salah sama lo,” lirih Juan. Laki-laki itu kembali merengkuh tubuh Julia. Memeluk erat tubuh gadis itu seakan tidak mau melepaskannya. “Gue salah selama ini. Gue salah.”  Air mata Juan  mengalir membasahi bahu Julia. Isakan kecil Juan pun membuat  dada Julia sesak. “Sekali lagi, gue minta maaf. Meski gue tahu kalo lo mungkin nggak bisa maafin gue.”

Juan mengurai pelukan dan menangkup wajah Julia. Mata sayunya menatap bola mata milik Julia. “Satu yang gue sadari sampe sekarang, kalo gue masih sayang sama lo.”

Usai mengatakan itu, Juan pingsan dalam pelukan Julia.

***

Pukul setengah enam pagi, Galih sudah siap dengan seragam sekolahnya  keluar dari kamar. Pemuda itu mengernyit heran ketika mendapati seseorang tidur di sofa.

“Kok dia ada di sini?” tanya Galih bingung pada sang kakak.

Julia yang baru selesai menjemur pakaian di samping rumah dengan keranjang kosong di tangannya pun menoleh kepada Juan yang masih tertidur pulas di sofa. “Nggak tahu. Tuh anak nyasar semalam,” sahutnya dengan helaan napas.

JuanJulia [Pre-order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang