Anindita

373 28 0
                                    

Dimataku, Ran adalah satu dari sekian ciptaan tuhan yang mampu menyaingi keindahan sang Fajar.

Bagaimana bisa aku mendeskripsikan keindahan dalam diri sang jaka? Ia terlampau indah  untuk disebut manusia.

Surai legam, iris sekelam malam, tubuh tinggi, dan paras yang rupawan.

Mungkin terlalu berlebihan, namun banyak pula yang menganggap bahwa tuhan menciptakan Ran dengan kesempurnaan. Seolah-olah eksistensinya merupakan perwujudan kesempurnaan.

Sosok pemuda yang sedang ku pikirkan tengah berlari bersama para rekan setimnya. Sepasang manik indahnya menyipit manis, bibirnya tengah melengkung, menciptakan senyum seindah cakrawala.

Demi Tuhan, bagaimana mungkin aku bisa tidak jatuh hati pada dirinya?

Aku tersentak saat ia tiba-tiba berada didepanku. Menatap, menampilkan wajah tampan yang mampu membuat jantungku berdetak lebih cepat dari yang kuduga. Kini keringat membasahi peilipis dan leher Ran, membuat diriku semakin merona.

Ah, bila diizinkan, biarkan aku memiliki sang jaka untuk diriku seorang.

"A-ah.. Aku akan kembali mengambil botol minummu. Tunggu disini! " Ucapku pada pemilik tubuh jangkung itu.

Aku berbalik arah, berlari menjauhi pemuda bernomor punggung 21 itu. Kedua pipiku masih memerah disertai detak jantung yang masih melaju kencang. Orang-orang menyebutnya euforia jatuh cinta.

"Botol minum.... Botol minum.... " Gumamku sambil berlari menuju bangku.

"Ah iya, botol minumnya kan ada disana tadi. " Ucapku menyadari kebodohanku.

Aku berlari kembali menuju tempatku sebelumnya.

Ah, sepertinya Ran tau bahwa aku lupa kalau botol minum ada disitu.

Ia berseringai.

"Kau tadi berlari karena salah tingkah kan? " Ujarnya sambil berseringai.

Ah, sepertinya aku ketahuan.

Adiwarna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang