04. Geranium

325 76 40
                                    




Aku tak ingat kapan terakhir kali aku tersenyum. Sekarang duniaku sudah berubah 180 derajat.

Pernikahanku kini menginjak usia 3 tahun. Dan dalam kurun waktu itu, sama sekali tidak ada tanda-tanda aku akan mengandung. Segala hal sudah kulakukan. Aku sudah berkali-kali dengar dari dokter bahwa aku tidak mandul. Faktor yang memungkinkan hanyalah masalah umurku. Karna itu berbagai tuntutan juga tekanan menghujam aku dan Kuroo.

Ah, lelaki itu.

Waktu memanglah pelaku utama penyebab seseorang berubah. Lihat saja suamiku sekarang. Dia bukan Kuroo Tetsurou 3 tahun lalu, yang selalu mendampingi dan menyemangatiku tiap saat. Juga bukan Kuroo Tetsurou yang mencintaiku apa adanya, seperti yang dia katakan saat melamarku.

Karna stress pekerjaan ditambah cibiran keluarga soal kami yang tak segera memiliki keturunan, Kuroo mulai tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia menjadi pribadi yang mudah marah, dan naasnya aku yang menjadi sasaran amarahnya.

Pulang selalu larut, dengan bau alkohol dimana-mana. Atau bahkan tidak pulang sama sekali. Entah dia bermalam dimana aku sendiripun tak tau.

Aku mencoba memaklumi sikap suamiku karna aku tau dia pasti stress karnaku. Tapi apa yang dia lakukan akhir akhir ini benar-banar sudah diluar batas. Tak hanya sekali dua kali aku menemukan bekas bau parfum wanita di jas kerjanya. Juga kutemukan di lemari banyak barang-barang seperti tas, sepatu, bahkan jam wanita yang sudah terbungkus rapi. Tentu saja semua itu bukan milikku. Setiap kutanyakan pada Kuroo, jawabannya selalu sama, "Bukan urusan kamu."

Haha, iya benar. Bukan urusanku.

Sang surya sudah tak menampakkan diri sejak 6 jam lalu. Disini, aku tetap sabar menunggu Kuroo pulang. Setidaknya aku masih bisa bersikap seperti istri yang layak untuknya.

Sup jamur yang kusiapkan tadi beranjak dingin. Dibiarkan begitu saja dimeja makan. Hampir tengah malam, tapi tanda-tanda kepulangan Kuroo belum tampak. Aku menghela napas kasar, hari ini pun dia tidak pulang lagi?

Kepalaku akhir akhir ini sering sakit. Mungkin karna stress dan terlalu banyak pikiran. Jam tidurku berantakan, makan ku tak teratur. Kadang seharian hanya kuhabiskan dengan menangis di balkon kamar. Meratapi nasib rumah tanggaku yang berantakan.

Aku sendirian, tidak ada tempat bercerita, tak ada tempat berkeluh kesah. Bu Ira juga sudah pamit pulang kampung setahun lalu. Aku terbiasa lelah, tapi tak pernah selelah ini.


Suara kenop pintu yang terbuka memecah lamunanku. Itu Kuroo!

Dengan segera aku menghampirinya dan tersenyum cerah menyambut kedatangannya. "Mas kok pulang telat lagi? Banyak kerjaan ya?" Tapi seperti biasa, pertanyaanku tak digubrisnya. Menatap sebentar istrinya saja tidak.

"Emm, mas sudah makan? Aku ada buat sup jamur tadi. Aku panaskan ya?"

"Hm." Lantas ia berlalu begitu saja tanpa berkata apa-apa lagi. Yah setidaknya hari ini dia sudi memakan masakanku, itu sudah cukup.

Makan malam yang hening dengan suasana dingin. Mungkin lebih dingin daripada angin malam diluar sana. Hanya suara denting sendok yang beradu dengan mangkok menemani.

OLDER : K. Tetsurou x Reader [✔]Where stories live. Discover now