"Eh? 'lix? Ada apa? Kok gue makin ngga ngerti?"

Suasana di meja itu mendadak hening.

"Ini semua bisa gue jelasin, 'do, Son', Kang Mamat."

Felix memandang satu satu yang ada di meja itu.

"Gue sebenernya tau rencana Aldo mau nyulik Ferdian dan ngerjain Ferdian. Gue terus terang aja diminta sama Komang buat jagain Ferdian. Makanya mungkin orang yang gue suruh buat ngikutin Aldo itu yang kayaknya dilihat sama Kang Mamat atau orang yang disuruh Kang Mamat."

Aldo menatap pada Felix bengong. Soni masih tetap berdiri dibelakang Felix.

"Setelah kemaren hubungan antara lo ama Komang udah baik baik aja dan lo juga udah baik baik sama Ferdian, gue kontak orang yang gue suruh itu untuk berhenti, tapi dia malah balik ngancam ke gue dan dia bilang dia bakalan nyulik Aldo dan bakalan minta uang sama papanya Aldo karena dia bilang ke gue kalo dia ngga bakalan ngelepasin tambang emas dia itu. Dia juga ngancam gue akan kasih tau ke ayah ibu gue soal ini dan bakalan bikin toko ibu gue itu hancur."

Kang Mamat menatap pada Soni yang sepertinya tatapan itu dimengerti oleh Soni. Soni kemudian berjalan dan duduk kembali di kursinya.

"Gue berusaha untuk nyelesaiin masalah ini sendiri. Bukan gue ngga mau minta bantuan, gue ngga bisa ngomong sama Komang dan orang itu juga kan suruhan gue jadi gue ngerasa gue harus tanggung jawab. Gue jujur gue bingung sekarang."

Kang Mamat tersenyum mendengar penjelasan Felix. Sesungguhnya dia sudah mengerti bahwa maksud dari Felix pada dasarnya baik tapi kemudian setelah mendengar cerita Felix, dia maklum bahwa orang suruhan Felix itu bekerja untuk uang semata.

"Bingung gue, 'lix. Gue ngga tau mesti percaya lo atau gimana ini."

Aldo melihat ke arah Kang Mamat, berharap Kang Mamat punya solusi untuk permasalahan yang tadinya terlihat sederhana malah menjadi rumit.

"Den Aldo percaya ama Kang Mamat?"

Aldo menatap pada Soni lalu pada Kang Mamat. Dia kemudian mengangguk.

"Nanti sama Kang Mamat diurusin sampai beres. Sekarang mah kita bubar aja dulu, keluar na satu satu dari warung. Felix disini dulu aja sama Kang Mamat, akang mau bicara dulu sama Felix."

Aldo kemudian berdiri diikuti oleh Soni.

"Son, tolong temenin 'den Aldo pulang yaa. Dua motor kan. Soni temenin weh 'den Aldo sampai rumah."

Soni mengangguk dan kemudian bersama Aldo keluar dari warung dekat sekolah. Felix tetap duduk dikursinya, diambilnya rokok dan kemudian dinyalakannya rokok itu. Ada raut kelegaan di wajahnya. Setidaknya satu persoalan selesai.

***

Didalam satu kamar di panti sosial, tampak seorang anak muda terlentang dengan badan basah berkeringat. Napasnya nampak naik turun. Disebelahnya seorang wanita paruh baya terlentang dengan kondisi sama berkeringat.

"Mbak mau tiap malam yaa. Enak banget ternyata kontol kamu, 'mang."

Komang terpejam tidak menjawab. Ibu ketua panti sosial itu yang minta dipanggil mbak menoleh pada Komang yang sedang tiduran disebelahnya. Dielusnya dada Komang. Ibu ketua panti itu kemudian bangkit dari tidurnya dan kemudian mengocok kembali kontol Komang perlahan. Komang melenguh. Ibu ketua panti itu kemudian memasukkan kontol itu pada mulutnya dan dihisapnya kontol Komang.

"Aaaahh .. Anjiiingggg! Ssssh .... Terush, mbaaakkk ... Aaahh .. "

***

Stevan membuka pintu pagar kecil ketika mendengar suara bell. Dilihatnya Aldo sedang berdiri disamping motornya didampingi Soni.

KomangWhere stories live. Discover now