Bab 15 ~ Bukan Untuk Dimakan

57 34 1
                                    

Piri tak lagi menghitung waktu. Ia tak tahu sudah berapa lama mereka berjalan, tak tahu juga apakah saat ini sudah siang atau masih malam. Yang ia tahu kini mereka lelah dan lapar.

Masalahnya, ia tetap belum tahu kapan mereka akan sampai di mulut gua. Maka ketika lalu menemukan sebuah batu besar mendatar mereka pun memilih berhenti dan beristirahat.

Tero berkata, "Piri, mestinya tadi kamu tanya ke dia, apa yang biasa dia makan di sini setiap hari."

Piri nyengir. "Bukannya kita, yang jadi makanannya?"

Keduanya tertawa, senang bisa menjadikan itu sebagai candaan sekarang setelah berada jauh dari si makhluk bermata hijau.

Tetapi Yara tidak tertawa. "Jangan senang dulu! Siapa tahu itu benar. Bisa saja dia mengikuti kita, menyusul kemari lalu menangkap kita!"

"Ah, aku capek memikirkan itu," tukas Tero.

"Tapi benar juga," kata Piri. "Seharusnya tadi aku bertanya padanya, makanan apa yang bisa kita makan disini. Perkiraanku ... mungkin itu."

Ia mengambil batu merah lalu mencelupkannya ke sungai.

Beberapa ekor binatang seukuran telapak tangan berenang di balik batu. Bentuknya pipih, dan kulitnya berkilat-kilat warna merah, putih dan hitam. Mereka berenang dengan cara menggoyangkan ekornya ke kiri dan ke kanan.

Tero terbelalak. "Apa itu ikan? Kakek pernah bilang, kan? Ikan! Kita belum pernah melihatnya di sungai dekat tempat kita tinggal, tetapi katanya di sisi sungai yang lain ada."

"Mereka indah sekali!" Mata Yara berbinar kagum.

"Masih tetap lebih bagus kupu-kupu bintang," balas Tero.

"Tetapi kupu-kupu tidak bisa berenang."

"Ikan tidak bisa terbang! Mmm ... iya, kan?"

"Hei, mungkin sungai di dalam gua inilah yang dimaksud Kakek." Piri menarik batu merahnya. "Aneh juga, kenapa mereka hanya mau berenang di sini dan tidak mau keluar."

"Seperti makhluk tadi," gumam Yara. "Terpikirkah oleh kalian kenapa makhluk itu tidak mau keluar bersama kita?"

"Karena di luar sana terang. Dia tidak suka," jawab Tero.

"Kalau malam kan gelap juga," sahut Piri.

"Tetapi kalau malam ada Mata Kuning," jawab Yara, yang lalu terbelalak. "Itu dia! Menurutku, dia tidak mau keluar karena dia takut pada Mata Kuning. Makhluk itulah yang selama ini dicari-cari Mata Kuning!"

"Kenapa?" tanya Tero ragu.

"Mungkin ..." Yara termangu, "... dia pernah melakukan sesuatu yang tidak baik di luar sana, yang membuat Mata Kuning marah!"

Tero bengong sesaat, lalu panik dan cepat-cepat melompat ke sungai. "Kalau begitu tunggu apa lagi? Lebih baik kita pergi sekarang!"

"Kamu tidak ingin tidur?" tanya Piri.

"Kantukku hilang. Bagaimana bisa tidur kalau aku takut?"

"Kamu tidak lapar?"

"Memangnya kenapa?" tanya Tero bingung.

"Kamu tidak ingin mencoba ikan itu?" Piri nyengir lagi.

"Piri! Kamu mau memakan binatang?" Yara menjerit ngeri. "Menjijikkan! Dan juga ... kasihan! Mereka bukan untuk dimakan!"

"Kakek tidak pernah bilang mereka tidak boleh dimakan."

"Aku tetap tidak mau!" jerit Yara.

"Aku juga tidak mau," tukas Tero. "Lebih baik aku menahan lapar. Setelah keluar akan kumakan dua kantong allumint sekaligus!"

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now