Ini bukan hanya sekedar tentang sekumpulan gadis-gadis fanatik yang gemar berhalusinasi, bukan juga gadis-gadis yang begitu berambisi untuk menjadikan mereka kekasih.
Ini tentang kenangan dan kehilangan.
Kami bukan hanya sekedar idol dan fans, tapi...
Suara alarm yang selalu berbunyi setiap pagi itu sudah berdering sejak jam lima pagi. Gadis-gadis penghuni kost'an itu melakukan aktivitasnya masing-masing. Ada yang sudah bangun, bekerja, sekolah online, dan juga ada yang masih berbaring di atas tempat tidur.
Satu kamar itu di huni oleh dua orang Aroha, dan bias Eun Woo sengaja di pisah di kamar-kamar yang berbeda.
'Yang, bangun! - Sekali lagi, alarm itu kembali berbunyi.
"Iya sayang, aku bangun." Enjel meraih hpnya di atas meja dan beranjak dari tidurnya.
Suara bias kesayangan mereka itu selalu jadi penyemangat untuk mengawali bangun pagi, dan sudah terpasang di setiap kamar mereka.
"Hwaaaaa....." Hally terbangun dari tidurnya sembari berteriak dan memukul-mukul bibirnya.
Enjel menutup kupingnya dan bertanya, "kenapa sih hal, bikin kaget aja!"
Hally tak menjawab pertanyaan Enjel, ia segera turun dari atas tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi. Ia membasuh bibirnya berulang kali, dan mengelapnya dengan tisu. Enjel pun semakin penasaran dan menghampirinya.
"Kenapa?" tanya Enjel lagi.
"Huaa..." Keluar dari dalam kamar mandi dan menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidur sembari merengek, "mimpi kiss sama Moon Bin."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Enjel terdiam, mematung sejenak.
"Halu aja lu!" cibirnya.
"Kan emang mimpi."
"Lah, terus kenapa gitu? Bukannya bersyukur." Enjel meraih handuk di belakang pintu.
"Iya sih, tapi kan belum muhrim." Jawabnya masih dengan rengekan.
"Tapi kan cuma mimpi! Mimpi!" Enjel mempertegasnya, dan mulai terlihat jengkel.
"Terus gimana?" tanya Hally.
Enjel menghela nafas, "gak tau ah, gimana kamu aja. Aku mandi duluan, bye!" Ia berlari menuju kamar mandi dan mengunci pintunya.
Hally mengejarnya dan mengetuk-ngetuk pintunya berulang kali, tapi Enjel segera menyalakan air dan pura-pura tidak mendengar.
"Kak, harusnya aku yang mandi duluan. Kak, buka! Bener-bener yah ni, eonnie!"
Enjel mengacuhkannya. Mereka berdua sebelumnya sudah membuat aturan, bahwa setiap pagi yang mandi duluan akan berputar secara bergantian.
. . . .
Sementara itu Desi dan Fransiska sudah tampak rapih dan bersiap-siap untuk berangkat kerja. Desi sudah mengeluarkan motornya dari teras dan mengemas barang-barang yang akan di bawa.
