Dua Puluh

1K 195 35
                                    

"Konon katanya, ketika kamu berhasil merelakan sesuatu, Tuhan akan bukakan satu pintu lainnya untukmu menemukan hal baik."

●●●●

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

●●●●


Obat nyeri itu bekerja dengan baik, sebab keesokan harinya Keira sudah tampak baik-baik saja seolah semalam ia tidak sibuk merengek pada Jevian agar kompres perutnya diganti setiap satu jam sekali hingga ia benar-benar bisa terlelap.

Keira duduk di kursi pantri dengan kotak crispy puff yang terbuka lebar di depannya dan beberapa tampak sudah habis ia konsumsi. Ia begitu menikmati pagi, sembari menjilati jemarinya yang belepotan coklat. Kedua pipinya menggembung dan matanya membola saat menyapa Jevian yang baru saja keluar dari kamar.

"Udah baikan?"

Pertanyaan dengan suara serak dari Jevian dijawab dengan sebuah anggukan sebab mulut Keira masih terlalu penuh untuk bersuara. Jevian meraih mug dan mengisinya dengan segelas air mineral. Lalu duduk di hadapan adiknya.

"Tidurnya nyenyak kan Kak?"

Pertanyaan retoris itu membuat Jevian mendelik sebab Keira jelas-jelas tau bahwa tidur Jevian jadi sangat terganggu karena rengekannya yang tidak berujung. Tapi, si bungsu hanya terkekeh renyah guna menanggapi delikan sengit sang kakak.

"Aku bikinin kopi, mau?" tawar Keira manis. "Atau Kakak mau tidur seharian aja sebelum flight nanti sore?"

Jevian meletakkan gelas berisikan air mineralnya lalu bergumam. "Kopi."

"Okay."

Keira sigap berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pantri dengan sukarela.

"Jangan lupa cuci tangan, Kei."

Bibir keira mengerucut kecil saat menjawab. "Emang aku bakalan kobok-kobok kopinya pakai tangan?"

"Cuci tangan, Kei." ulang Jevian seolah tuli pada protesan adiknya.

"Aku pakai sendok, kok. Tenang aja."

"Jangan lupa cuci-"

"Iya. Iya. Aku cuci tangan nih!"

Jevian tersenyum saat mendengar bunyi kecipak air dari wastafel di belakangnya. Berikut diiringi denting gelas dan sendok yang saling bertabrakan menit selanjutnya. Tidak butuh waktu lama, segelas kopi hangat sudah Keira letakkan di hadapan sang kakak.

"Emang mau kemana Kak hari ini?" tanya Keira kembali duduk di tempatnya semula dan mencomot satu crispy puff baru.

"Beli oleh-oleh buat krucil." suara seruputan kopi terdengar memberi jeda. "Kamu nggak mau beli juga buat Mahen?"

"Dia lebih sering bolak balik ke sini kali daripada aku." Keira mengedikkan bahu dan dari ekspresinya, sepertinya memang gadis itu tidak berniat membawa buah tangan apapun untuk kekasihnya. "Sekalian beliin Kak Jihan juga?"

Desiderari | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now