Enam Belas

1.1K 214 23
                                    

"Stop blaming others. Take responsibility for every area of your life. Success is getting what you want. Happiness is liking what you get."

  ●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


 
●●●●

Jevian baru saja menapakkan langkahnya di bawah bingkai pintu saat siluet tubuh si bungsu tampak berlarian menuju arahnya.

"Ayah bau!" teriak Devan setelah ia berhasil menerjang masuk ke dalam gendongan Jevian dan keduanya berjalan menuju meja makan.

Jevian pulang sedikit terlambat. Biasanya, ia akan tiba tiga puluh menit lebih cepat sehingga pada jam makan malam seperti ini tubuhnya sudah akan segar sebab telah dibersihkan dan pakaiannya sudah akan berganti dengan piyama tidur. Tapi malam ini, Jevian hanya membuka jas miliknya dan mencuci bersih kedua tangan serta wajahnya sebelum bergabung untuk makan bersama anak-anak.

Selepas makan malam itu Jevian meminta izin pada kedua buah hatinya untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum akhirnya bergabung ke bawah selimut kedua putranya dan menyalakan proyektor di kamar yang gelap.

"Hari ini ngapain aja?" tanya Jevian sembari mengusap rambut Dave dari kejauhan sebab ada Devan yang sudah bergelung seperti koala dalam pelukannya. Menciptakan celah antara Dave dan Jevian.

"Tadi.. hm.. bantuin Bunda jaga toko. Terus.. makan siang bareng Bunda. Terus.. bikin tugas bareng Bibi hehe." lesung di kedua pipi Dave tercetak jelas begitu ia tersenyum. Kedua matanya tidak terfokus pada Jevian sebab sudah asik memperhatikan tontonan animasi yang mereka pilih malam ini.

"Seru nggak?"

"Seru! Apalagi tadi, Adek berantem lagi sama Ajis."

Mendengar nama Ajis disebut-sebut, Devan mengangkat kepalanya dari atas dada sang ayah karena mendadak teringat pada list lagu yang Ajis berikan kepadanya sebelum dijemput Dante.

"Ayah, Adek punya sesuatu! Sebentar."

Si bungsu pun turun dari tempat tidur, memberi kesempatan Dave beringsut mendekat pada Jevian guna menerima peluk dan kecup lembut di puncak kepalanya.

"Kakak happy nggak hari ini?"

Dave mengangguk meski Jevian tau si sulung tidak benar-benar fokus pada pertanyaan yang ia berikan. Semenjak berpisah dengan Jihan, Jevian sering kali menanyakan ini pada anak-anaknya. Happy nggak? Ada sedihnya nggak? Sebab, ia jadi ingin tau apa saja emosi yang dirasakan kedua putranya sepanjang hari. Meski Jevian tau, arti bahagia dan sedih dalam dunia anaknya masih sangatlah sempit, tapi setidaknya mereka mengerti bagaimana harus mengekspresikannya di hadapan Jevian sehingga nanti saat semakin beranjak besar Dave dan Devan tidak perlu memiliki rasa sungkan untuk berterus terang pada Jevian jika mereka dirundung bahagia ataupun duka.

Desiderari | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang