"AHJUSSI, KAU ORANG JAHAT!" dia berteriak.

"Mwo? Apa salahku?" aku berusaha memahami apa yang ia katakan.

"Ahjussi tidak punya perasaan," dia menunjukkan jari telunjuknya ke arahku.

"Wae?"

Dia berusaha melemparkan ranting pohon lain ke wajahku, tapi aku dengan cekatan menangkapnya. Aku mendekati anak kecil itu dan berjongkok di hadapannya sambil menunjukkan wajah yang agak galak. Ehm, walaupun aku sering hilang kesabaran pada semua orang, tapi satu yang aku tak bisa adalah marah kepada anak kecil. Aku tidak akan pernah bisa marah kepada anak kecil atau bertindak kasar pada mereka.

"Apa salah ahjussi sehingga kau melempar ranting ini ke kepala ahjussi tadi?" kedua tanganku memegang pundak pria kecil di hadapanku.

"Ahjussi orang jahat. Ahjussi sudah membuat uncle Jaemin sedih," dia berbicara dengan lantangnya.

"Uncle.. Jae..Min?"

"Iya. Ahjussi sudah membuat uncle bersedih."

"Wae? Aku tak kenal uncle Jae... atau siapa itu, jadi bagaimana bisa ahjussi membuatnya bersedih."

"Ahjussi sudah mengatakan kalau uncle Jaemin buta. Semua orang di sini tahu kalau uncle Jaemin memang tidak bisa melihat, tapi bisakah ahjussi tidak memarahinya hanya karena uncle menabrakmu?"

Jadi, yang dimaksud dengan uncle Jaemin oleh anak ini adalah pria yang menabrakku tadi. Oh, tunggu, jadi pria itu benar-benar buta? Aish, apa yang sudah kulakukan? Dia pasti sangat marah saat aku mengata-ngatainya tadi.

"Komaya, siapa namamu?"

"Chenle, Lee Chenle ahjussi."

"Chenle-ya, ahjussi tidak memarahi uncle mu. Ahjussi hanya meminta agar uncle mu itu lebih berhati-hati saat berjalan. Itu saja," aish di sinilah aku, berusaha membela diri di depan anak kecil. Betapa payahnya aku.

"Aniya, aku melihat sendiri ahjussi marah kepada uncle Jaemin dan mengata-ngatai kalau uncle Jaemin itu buta. Kata daddy, kita tidak boleh menyebutkan kekurangan fisik orang dengan cara kasar seperti yang ahjussi lakukan. Ahjussi harus minta maaf!"

"Mwo? Aigoo, Chenle-ah ahjussi sedang ada kepentingan lain," aku berusaha menghindar agar tidak bertemu dengan pria buta tadi atau uncle Jaemin seperti yang dikatakan oleh Chenle.

"Ahjussi pengecut. Masa menemui uncle Jaemin saja tidak berani. Walaupun badan ahjussi sangat besar seperti raksasa, tapi meminta maaf saja tidak berani. Huh ahjussi payah. Ahjussi adalah orang kejam dan payah yang pernah kutemui," Chenle membalikkan tubuhnya dan hendak berjalan menjauh dariku.

Tanpa sadar aku mencegahnya,"Chenle-ya jankanman! Ahjussi akan meminta maaf." Oh God apa yang telah kulakukan? Inikah Lee Jeno yang semua orang kenal? Bagaimana bisa aku menyetujui untuk meminta maaf pada orang yang sama sekali tidak aku kenal. Dan yang lebih penting lagi, orang yang telah merusak kemejaku.

"Bagus kalau begitu. Ayo ikut aku ahjussi," tangan kecil itu menarik tanganku ke arah pria tadi yang sekarang sedang terduduk di tanah sambil berusaha membersihkan dirinya dari tanah yang menempel di bajunya walaupun ia tidak bisa melihatnya.

Chenle melepaskan genggaman tangannya dari tanganku dan berjongkok di dekat pria yang adalah uncle-nya itu sambil berkata,"Uncle, jangan bersedih. Chenle sudah menangkap orang jahat yang membuat uncle sedih. Sekarang uncle ayo berdiri," tangan kecil itu terulur dan membantu pria malang itu berdiri.

"Chenle-ya, kemana saja kau? Uncle sangat khawatir. Uncle takut kalau terjadi hal-hal buruk padamu."

"Mianhae uncle, tadi Chenle pergi mengejar kupu-kupu. Oh ya, Chenle membawa orang jahat yang sudah membuat uncle bersedih."

Aku hanya bisa menunduk pasrah. Di sinilah aku dipanggil dengan sebutan orang jahat oleh seorang anak kecil.

"Orang jahat? Siapa Chenle-ya? Tidak ada orang jahat di dunia ini Chenle," pria itu mencoba memberikan penjelasan pada Chenle yang terus saja menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.

"Ahjussi ini orang jahat uncle. Dia sudah mengatakan hal yang buruk pada uncle, jadi dia harus minta maaf pada uncle. Ayo ahjussi, minta maaf sekarang."

"Ehem, sorry," ucapku singkat, namun aku mendapat tatapan sengit dari Chenle. Anak kecil itu seolah mengatakan padaku bahwa pernyataan maafku tidak diterima olehnya.

"Mi..mianhae Jaemin-ssi," ucapku untuk kedua kalinya.

Chenle berjalan ke arahku dan menarik tangan kananku sehingga terulur ke arah Jaemin yang masih tidak mengerti apa-apa. Anak kecil itu membuatku dan Jaemin bersalaman, kemudian dia menatapku,"Ahjussi, katakan kenapa ahjussi meminta maaf."

"Aish, baiklah Chenle. Jaemin-ssi mianhae karena telah berbicara kasar padamu. Tidak seharusnya aku berkata kasar padamu terutama di tempat umum seperti ini. Maaf sekali lagi," aku mengeratkan salamanku seolah memberikan tanda padanya bahwa aku benar-benar menyesal.

Pria Jaemin itu sedikit merona mendengar permintaan maafku, dia menunduk dan berkata,"Gwaenchana...."

"Lee Jeno," aku menjawab.

"Ah, gwaenchana Jeno-ssi. Aku yang salah."

"Wah, ada darah!" Chenle berteriak membuat aku dan Jaemin langsung panik.

"Mana Chenle?"

"Lengan uncle Jaemin berdarah," dia menunjukkan darah yang keluar dari luka gores di lengan Jaemin. Itu pasti luka saat ia terjatuh tadi.
Itulah, pertama kali aku mengenalnya. Itulah pertama kali aku menyadari bahwa sikapku selama ini tidak disukai oleh banyak orang, seorang anak kecil lah yang telah membuka mataku yang tertutup rapat selama ini.

💚💚💚

Gimme The Light (Nomin) ✔Where stories live. Discover now