Komang yang baru saja merebahkan diri diatas kasur di kamar Ferdian kemudian bangun dari tidurnya. Komang menghampiri Ferdian yang sedang membuka lemari bajunya. Dia kemudian menarik Ferdian dalam pelukannya. Ditatapnya Ferdian lekat-lekat.

"Gue udah bilang gue akan ngejagain lo semampu gue, sebisa gue, sepanjang gue ada disamping lo, sepanjang gue masih bisa napas dan ngga mati dibacok orang."

Ferdian tersenyum.

"Okay, aku ngga akan lagi ngomong apa apa. Aku udah omongin semuanya yaa ke kamu, risikonya dan lain lainnya, jadi nanti satu hari kalo ada yang tanya soal kita, aku akan minta orang itu untuk tanya ke kamu. Bukan aku ngga mau jawab, tapi aku ngga mau kamu direndahkan orang lain. Jadi kamu bisa liat langsung ekspresi orang yang tanya dan kamu jawab dan kamu liat apakah respon dia tulus atau malah jijik."

Ferdian berkata panjang lebar. Komang mendengarkan kata-kata Ferdian. Setelah Ferdian berhenti bicara, Komang kemudian mengecup bibir Ferdian lembut.

"Sekarang ganti baju santai terus kita keluar sebentar yaa."

"Mau kemana? Katanya tadi mau belajar."

"Aaaah elo, tiap kali mau belajar bukannya belajar pasti malah lo nyosor. Hadeeeuuh."

"Hahahaha, lagian siapa suruh belajar tapi ngga mau pake baju cuma celana dalem aja."

Ferdian kemudian membuka baju seragamnya. Setelah itu dia memilih baju santai untuk dipake seperti yang dikatakan oleh Komang. Tak lama terlihat mereka berdua menaiki motor dan melesat meninggalkan rumah Ferdian.

***

Felix menanggalkan kaosnya, badannya berkilat berkeringat. Dia berdiri didepan toko, menghitung barang-barang yang baru masuk. Setelah dihitungnya semua dan dipastikan benar, dia kemudian menandatangani surat pengiriman. Setelah itu terlihat Felix sedang menggeser-geser tabung gas, berniat merapihkannya dan kemudian menata barang-barang yang baru datang tersebut.

Terdengar suara motor berhenti didepan toko. Felix tidak menoleh, pikirannya paling kalau tidak Aldo yaa Komang walaupun sesungguhnya dia malas seandainya yang datang adalah Aldo. Perasaannya lagi tidak ingin berdebat atau pun ribut.

Ferdian turun dari motor dan kemudian membuka helmnya dia menoleh kedepan toko, dilihatnya potong tubuh yang familiar di depannya.

"Heh! Kerja terus. Masih kurang itu badan udah kayak besi berkotak kotak?"

Komang berkata sambil berjalan menghampiri Felix yang membalikkan badannya karena mendengar suara Komang.

"Wohoooo ... Tumben-tumbenan lo kemari. Ada angin apa?"

Felix kemudian melihat Ferdian yang berjalan di belakang Komang.

"Eh, sama Ferdian. Waduuhh beneran ini sih mimpi apa dan ada angin apa ini?"

Ferdian menatap Felix sambil tersenyum. Dalam hatinya dia mengagumi bentuk badan Felix yang terbentuk secara alami, hampir sama dengan Komang.

"Hai, Felix. Aku ngga tau kalo Komang ngajak kesini."

"Hahahaha, lo resmi amatan sih aku kamu aku kamu kayak orang pacaran aja."

Muka Ferdian memerah digoda seperti itu. Komang tertawa tergelak-gelak.

"Emang pacaran kok."

Gantian Felix yang bengong. Kembali Komang tertawa.

"Hmm, ini kayaknya perlu penjelasan. Ayook duduk, ngga apa apa kan duduk dibawah gini? Maksud gue, duduk diatas karung beras gitu."

Felix bertanya dengan nada khawatir, dia yakin Ferdian datang dari keluarga yang berada.

"Enggak apa-apa."

KomangWhere stories live. Discover now