TWO

86.6K 3.4K 9
                                    

Selamat membaca:)

***

DAVINA anggara adalah nama dari gadis yang sedang duduk di closet yang masih menangis tergugu, merutuki kebodohan nya tadi malam.  Jika saja ia tidak menyetujui ajakan Lovandra, sahabatnya, ia pasti tidak akan berakhir di ranjang klab dan kehilangan apa yang selama 19 tahun ini Davina jaga. Bagaimana respon Mamah dan bapak nya di kampung jika mengetahui anak mereka yang memiliki niat belajar ke kota orang pulang dalam keadaan sudah tidak perawan.

"Mama..." Davina merintih, ia takut, sedih dan gelisah. Davina belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, rasa takut yang membuat jantungnya berdebar, khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Syaquel bilang dia akan bertanggung jawab dengan menikahi Davina, tapi apa itu benar. Davina tau siapa Syaquel, lebih tepatnya seluruh kampus tau siapa Syaquel. Meski hanya tau dari kata orang-orang dan kadang melihat di kejauhan, Davina tau jika Syaquel adalah orang yang populer di kalangan mahasiswa. Bukan hanya populer, Syaquel juga terkenal dengan julukan 'pria hot', 'idaman wanita' dan semua julukan-julukan Syaquel lainnya.

Tapi Davina berani sangsi jika Syaquel bahkan tidak tau namanya. Bahkan mungkin saja sebelum ini Syaquel tidak tau bahwa ia hidup di dunia.

Sayup-sayup, Davina mendengar seseorang bercakap-cakap dari luar lalu diakhiri dengan suara 'brak' yang keras. Davina ketakutan, dia takut seseorang dari universitas memergoki mereka di kamar ini.

Tuk tuk!

"Lo masih di dalem?"

Di luar pintu, Syaquel mengetuk. Bertanya. Davina buru-buru menyahut. "I-iya kak." Davina menghapus air matanya segera, lalu bangkit berdiri membuka celah kecil pintu kamar mandi.

Syaquel hanya dapat melihat satu mata Davina yang memerah, "Kayak nya nangis lagi." Syaquel tak tahu bagaimana cara menghibur gadis yang baru saja kehilangan keperawanannya, Jadi ia hanya menenangkan dengan nada kikuk dan seadanya, "Jangan nangis lagi. Gue, kan bakal nikahin, lo."

Davina tak menjawab. Menghela nafas, Syaquel menyodorkan paper bag yang berisi pakaian untuk Davina. Tak mungkin, kan Davina memakai pakaian yang sudah robek.

Yah, robek. Bisa kalian bayangkan seberapa 'memaksa' nya Syaquel tadi malam. Dan dia menyesal. Andai dia tidak mabuk. Bukan hanya Syaquel yang menyesal, tapi Davina juga lebih menyesal.

"Nih pake."

Davina mengangguk, mengambil paper bag itu dengan satu tangan. Pintu kamar mandi kembali ditutup. Davina segera mengguyur rambutnya dengan air dingin. Membaca doa yang seharusnya dia baca saat mandi besar.

***

Mobil milik Syaquel melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang mulai ramai.

Hening.

Tak satu -pun dari kedua manusia berbeda jenis kelamin itu membuka suara. Kedua nya sama-sama membisu, membiarkan segala pemikiran berkecamuk dalam benak.

Tekanan di dalam mobil rendah, suasana tampaknya jatuh ketitik beku.

Davina memandang jalanan kota lewat jendela mobil di samping, menopang dagunya dengan satu tangan.

Kenapa semuanya mejadi seperti ini? Davina takut, takut jika semua nya akan berakhir kacau.

Dia takut orang tua kakak seniornya ini tidak menyetujui. Sejauh ini, Davina sudah membaca banyak novel, dia takut, bagaimana jika orang tua Syaquel memandang rendah dia? Bagaimana jika dia diusir dan di permalukan, bagaimana jika orang tua Syaquel melarang Syaquel untuk bertanggung jawab? Apa yang harus dia lakukan...

Davina mempunyai banyak hal negatif dalam kepalanya saat ini.

"Lo mau minum?" Syaquel yang dari tadi lebih memilih fokus pada jalanan di depannya, bersuara.

Menyodorkan sebotol air mineral pada Davina. Perempuan itu menoleh, mengambil botol air mineral itu dan meminumnya.

"Makasih, kak." Ucapnya.

Setelah itu, suasana kembali hening. Dua-dua nya bungkam. Davina kembali menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi mobil.

Kembali melamun.

Davina menatap jauh keluar jendela kaca mobil, melihat siluet-siluet dari pepohonan di pinggir jalan yang dilalui.

"Kita sampe." Davina tersadar dari lamunannya saat Syaquel bersuara.

Mobil yang dikendarai Syaquel masuk kedalam gerbang tinggi sebuah rumah mewah di salah satu perumahan.

"Ayo turun." Mobil berhenti, Syaquel membuka sabuk pengaman dan keluar. Di ikuti Davina selanjutnya.

"Ahss." Davina meringis saat hendak bergerak keluar dari mobil.

"Masih sakit?" Disebelah nya, Syaquel bertanya.

"Hah?"

"Itu, lo, masih sakit?"

Tau apa yang di maksud Syaquel, Davina menggeleng kikuk. "Se-sedikit."

Dengan dibantu Syaquel, Davina keluar dari mobil. Jantung nya berdetak dengan cepat kala Syaquel menautkan jemari mereka. Menggenggam jemari Davina dengan erat.

Seumur-umur, hanya beberapa orang terdekat yang pernah menggenggam tangannya. Tapi itupun tidak memiliki rasa keintiman dari apa yang Davina rasakan sekarang.

Tapi, digenggam oleh lengan yang lebih besar, telapak tangan Syaquel begitu membuat Davina gugup. Tapi dia juga bingung, dia tidak tau mengapa dia gugup.

Apakah karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan orang tua dari pria yang baru saja dia kenal, atau karena genggaman dari orang yang baru dia kenal.

"Gak papa, gak bakal ada apa-apa." Sejujur nya, Syaquel juga ragu dengan ucapan nya sendiri.

Dia tau bagaimana tabiat papinya, pria tua itu pasti akan marah besar ketika mengetahui apa yang terjadi.

Tapi, Syaquel tidak bisa berhenti disini, dia sudah berjanji akan bertanggung jawab atas gadis yang telah dia perawani.

Dengan itu, Davina dengan dipimpin oleh Syaquel, masuk ke dalam rumah.

To be continued.

Ditulis: Sabtu. 14 Agustus 2021.

SYAQUEL: Young DaddyWhere stories live. Discover now