Setelah mendengar arahan dari pak Sarimin, kini mereka semua telah terbagi menjadi beberapa kelompok.
"Entah kebetulan, atau memang takdir, ya? Sheryl bisa sekelompok sama Harry. Kayaknya semesta paham dan lagi berpihak pada Sheryl kali ini," ucap Sheryl tersenyum senang.
"Bahasa lo ketinggian buat otak lo yang pas-pasan," sahut Ziva yang mampu membuat Harry dan Leo tertawa geli.
"Ih Ziva nyinyir mulu, sih?! Bilang aja kalo Ziva iri sama Sheryl, kan?" Sheryl mengerucutkan bibirnya.
"Najis!"
"Suttt! Jaga ucapan. Jangan ngomong yang macem-macem selama di sini," kata Harry yang mampu membuat perkelahian kecil antara Sheryl dan Ziva tadi berakhir.
"Kalian kelompok gudang, kan?" Tanya seorang perempuan yang baru tiba kepada Sheryl dkk.
Sedikit info, jadi, nama-nama kelompok untuk bermain game yang di berikan oleh pak Sarimin itu adalah nama setiap ruangan yang ada di Sekolah ini, dan kelompok Sheryl bernama 'kelompok gudang'.
"Iya, kenapa?" Jawab Leo mewakili yang lain.
"Gue Friska, dari kelas sebelah. Kata pak Sarimin, gue gabung kelompok kalian," jelas gadis dengan rambut tergelung itu yang ternyata bernama Friska.
"Oh, oke." Harry menatap aneh kepada Friska. Tentu hal itu tak luput dari pandangan Sheryl.
Lama mereka berkeliling di area sekolah, tetapi belum satupun kelompok yang berhasil dalam game ini. Padahal, hari semakin larut, kantuk pun sudah datang sedaritadi.
"Aduh, Sheryl ngantuk banget," lirih Sheryl berhenti berjalan, dan bersandar pada jendela kelas yang tertutup.
Mendengar itu, sontak yang lain berhenti, lalu membalikan badan ke arah Sheryl.
"Badan gue juga berat banget daritadi," kata Ziva yang kini berada di samping Sheryl.
"Yaudah kita duduk bentar!" Titah Leo yang kini duduk di koridor depan kelas X1 MIPA 2.
Di saat yang lain kelelahan dan kini sudah duduk lemas, berbeda dengan Friska yang masih saja berdiri menatap ke arah tangga menuju lantai tiga.
Menyadari ada yang memperhatikan, lantas Friska segera melirik dan ternyata yang memperhatikannya adalah Harry. Saat pandangan mereka bertemu, Harry melihat ada sesuatu yang sulit di artikan dari sorot mata Friska.
Tak lama, Friska langsung memutus pandangannya dengan Harry, dan ia segera gabung untuk duduk bersama yang lain.
Harry segera melirik ke arah tangga yang sempat menjadi pusat perhatian Friska. Lalu Harry melihat ada sosok makhluk yang berada di atas tangga. Harry melihat jelas bahwa sosok tak berbentuk itu menggelindingkan sesuatu ke arah bawah, lalu iya turun tangga untuk mengambil benda bulat itu, setelahnya ia naik ke atas tangga lagi dan ia gelindingkan ke bawah lagi. Seperti itu terus selanjutnya.
Setelah beberapa detik mencerna, ternyata benda bulat itu adalah sebuah kepala, dan sosok itu adalah pemilik kepalanya.
"Gak usah di hirauin!" Seru Friska seakan tahu apa isi pikiran Harry. Mendengar itu, yang lain langsung menatap ke arah Friska dan Harry secara bergantian.
"Harry kenapa?" Tanya Sheryl panik.
Sebelum menjawab, Harry melirik sekilas ke arah Friska yang memberi isyarat bahwa jangan menceritakan kepada yang lain.
"Gapapa."
"Ada yang janggal," ucap Ziva tiba-tiba.
"Why?" Tanya Leo antusias.
"Gue ceritain gak di sini." entah mengapa Ziva curiga dengan sosok Friska. Ia sedaritadi tak banyak bicara karena merasa bahwa tak aman jika bercerita dengan posisi ada Friska di dekatnya.
"Gak bisa di biarin!" Batin Ziva yang ternyata sama dengan Sheryl, Harry, Leo, dan ... Friska.
***
Kini Sheryl, Harry, Ziva, dan Leo sedang duduk menunggu Friska yang izin ke toilet. Merasa ini waktu yang pas, lantas Ziva segera mengcurahkan kejanggalan yang ia rasa sedaritadi.
"Gue curiga sama Friska," ucap Ziva to the point.
"Gue juga sama," sahut Leo.
"Sheryl juga!!!" Jawab Sheryl heboh sendiri.
"Lo?" Tanya Ziva ke arah Harry.
"Hm."
"Sheryl, lo curiga apa?" Tanya Ziva yang heran. Tumben-tumbenan sahabatnya itu langsung peka dengan hal begini.
"Sheryl curiga ... ." Sheryl menjeda ucapannya. Sebelum melanjutkan, Sheryl melirik terlebih dahulu ke arah Harry yang memadang dengan raut wajah penasaran.
"Curiga kalo si Friska suka sama Harry!!! Terusss, Harrynya juga suka sama Friska. Dari awal Friska datang, Harry udah lirik-lirik pake tatapan es krimnya itu. Iya tatapan es krim! Tatapan yang dingin-dingin tapi manis," jelas Sheryl panjang lebar dengan nada kesalnya.
Mendengar itu, yang lain hanya membuang nafas kasar. Bisa-bisanya situasi sedang begini Sheryl malah bahas hal begitu. Memang tak salah, karena awalnya Ziva juga merasakan apa yang dikatakan Sheryl barusan.
"Iya kan Harry? Jujur lah Harry ... Sheryl tak mengapa, biar semuaaa ... jelas tak berbeda. Jika nanti, Sheryl yang harus pergi, Sheryl terima ... walau sakit hati." Sheryl menyanyikan sebuat lagu dengan mengganti sedikit liriknya juga ekspresi yang di buat-buat.
"Ck! kalo iya, kenapa?" Tanya Harry.
"GAK BOLEH, LAH!!! Tapi, kalo emang Harry-nya mau, Sheryl cuma bisa ikhlasin aja. Selebihnya Sheryl paham, kalau cinta tak harus memiliki," ujar Sheryl terdengar dramatis.
"Alay, skip!" Ziva berusaha untuk ganti topik yang sempat teralihkan karena Sheryl.
"Jadi gini ... ." Ziva menjeda ucapannya.
***
Di lain tempat, kini seorang gadis sedang berdebat kecil dengan seorang pria. Di ruangan yang minim cahaya itu, sama sekali tak membuat keduanya takut.
"Saya sudah tahu sifat perorangannya," kata gadis itu yang duduk di salah satu bangku.
"Jangan biarkan mereka masuk lebih jauh dalam permainan ini!" Kata pria tua dengan tatapan sengit.
"Saya ada ide, tetapi harus meminta persetujuan dari Tuan."
"Apa itu?"
"Manipulatif keadaan." Gadis itu tersenyum menyeringai.
"Pintar, tetapi ... ." Pria itu menjeda ucapannya.
"Masalah Tuan, saya bisa atur semuanya. Tugas anda sekarang, awasi terus mereka. Kabar terbaru akan saya kirim lewat pesan, selalu aktifkan ponsel anda!"
"Baiklah, saya pergi dulu." Pria tadi pergi begitu saja dari ruangan itu. Jangan lewatkan suara langka kakinya yang terdengar menyeramkan.
"Kau tidak akan bisa memenangkan game ini, manusia bodoh."
Tbc.
STAI LEGGENDO
SECRET HIGH SCHOOL
HorrorPernahkah kalian mendengar mitos tentang sekolahmu yang bekas kuburan atau rumah sakit? Sepertinya mitos itu sudah turun temurun. Lantas apa yang kalian lakukan jika sekolah kalian tiba-tiba mengalami hal-hal aneh di luar nalar? Ternyata Sheryl dan...
