9. Ramuan kecantikan

Start from the beginning
                                    

"Apa maksud nya? si manusia berisisik ular itu tak memberi kita bahan makanan? dia tak memberi mu upah juga? sialan anak angkat itu, sepertinya dia mulai lupa darah nya yang hanya sebatas seorang jalang rendahan!" sarkas Fosa marah berapi api.

"Maap Nonna, saya tidak berani menentang Nonna Lilian. karena pangkat saya dan dia jauh sekali berbe-"

"Tak usah dijelaskan! akan ku beri pelajaran dia sekarang juga. Mayo, ikut aku!" seru Fosa melangkah pergi, meskipun setengah wajah nya tertutup cadar, tapi Mayo tahu Nonnanya sedang marah besar.

"Bb-baik Nonna," jawab Mayo, mengikuti langkah majikannya dari belakang.

Didapur istana Jenderal, Fosa memasuki area itu tanpa permisi. mata nya berkilat kilat marah tertutup cadar. hanbok nya ikut terhuyung sana sini mengikuti langkah kecil seorang Fosa. Mayo khawatir terhadap Nonna nya, ia khawatir Nonna nya akan dijahati saudara angkat nya sendiri seperti dulu sebelum tragedi keracunan.

"Dimana yang namanya Lilian!" teriak Fosa menggelegar diruang terbuka tersebut.

Semua orang yang tengah mengantri upah, menengok keasal suara itu. mata mereka melotot saat tahu siapa orang didepan Nauri Mayo, siapa lagi yang Nauri satu itu sering tempeli, kalau bukan Nonna nya sendiri, Metafosa.

"Kalian tuli? kenapa tidak ada yang menjawab! dimana anak pungut itu!!" teriak Fosa memicingkan mata nya, menerawang setiap orang diruangan terbuka ini.

"Aku! kenapa?" seru seseorang berhanbok merah tua.

Atensi Fosa kini terpokus pada gadis berbedak tebal dengan penampilan yang cukup glamor tak jauh didepannya, Fosa sangat ingin tertawa melihat wajah gadis itu. ia melirik dari atas kebawah, dan sebaliknya. "Jadi ini Namanya Lilian? anak pungut tak tahu diri, yang selalu menyusahkan putri Jenderal negeri goryeo? Hahha..wajah mu sangat jelek sekali, seperti phitekantropus!" sarkas Fosa menghina gadis didepannya.

Lilian tampak tenang, tak terganggu sedikit pun dengan ucapan Fosa. justru dia tersenyum tipis menanggapi, mendekat dan berhenti dua meter didepan Fosa. "Apa saudari ku baru saja menghina? apa itu pikanpus? aku baru mendengar nya saudari," jawab nya terdengar lembut. tapi Fosa sudah tahu betul, Lilian tidak terusik karena ia hanya berpacu dengan kata sulit yang Fosa ucapkan.

"Pikanpus pikanpus..selain jelek, anda juga sangat bodoh! dan ya, aku merasa jijik dipanggil saudari oleh mu! anda hanya anak pungut yang kebetulan dikasihani oleh ayahandaku, jadi jangan bermimpi untuk menjadi anak kesayangan ayahandaku, karena selama ini hanya aku kan yang ayahanda prioritaskan?" Sarkas Fosa tepat menusuk dihati gadis berbedak tebal didepannya.

"...." Lilian memalingkan wajahnya yang panas terbakar api amarah, ia berusaha untuk tetap terlihat tenang.

"Mayo! sekarang aku perintahkan kau untuk memecat semua orang yang bekerja diistana ini, terkhusus orang orang yang sering merendahkan Nonna mu. buat pengumuman bahwa istana jenderal membutuhkan pegawai baru, tak perduli dari kaum rendahan ataupun rakyat jelata, gantikan semua dayang disini dengan yang baru!" intruksi Fosa membuat semua orang melototkan mata tak percaya.

"Saya patuh pada anda Nonna ku," balas Mayo, membungkuk hormat pada majikannya.

"Apa apaan kau? yang berkuasa disini adalah ak-"

"Aku! putri tunggal Jenderal Choe yeong, ada masalah?" ucap Fosa penuh penekanan.

Lilian tak bisa lagi bersikap anggun, amarahnya sudah diubun ubun. orang didepan mereka kini bukanlah seorang gadis pemalu atau penakut lagi, tapi seorang gadis pemberani berkedok putri Jenderal.

"Kau!" teriak Lilian menunjuk Fosa.

"Aku? ada apa dengan ku?" kekeh Fosa, tak lama atensi nya beralih pada dayang dayang disekitarnya.

"Prajurit! bawa dayang dayang tak berguna ini kedalam tahanan bawah tanah, kirim mereka ketempat pelacuran!" titah Fosa tak terbantahkan.

Beberapa prajurit yang berjaga mengiyakan, mereka melihat aura gelap dalam diri anak majikan mereka saat ini. mereka lebih memilih jalan aman agar tak mati sia sia, kepada siapapun mereka mengabdi, sepertinya akan sama saja. "Bb-baik Putri!" sahut mereka berhamburan, menangkap dayang dayang itu, membawanya keluar.

"Tidak! aku tidak mau ke tempat pelacuran! Nonna, kumohon ampuni kami, kami berjanji akan mengabdi dan setia hanya pada Nonna. saya mohon ampuni kamii!!"

"Nonna saya mohon ampuni kami, kami berjanji akan menghargai Nonna. saya mohon ampuni kami Nonna!! hiks,"

Sahutan sahutan permohonan terdengar riuh ditelinga Fosa, tapi sayangnya ia malah tersenyum miring tak menanggapi. berbeda dengan Lilian, dia terlihat shok melihat kegaduhan ditempat ini.

"Apa yang kalian lakukan? lepaskan dayang dayang itu, mereka abdi ku!" sargah Lilian, manarik tangan beberapa prajurit. namun sayang nya mereka tak menggubris, memang aura Fosa tak bisa ditolak.

"Kau Fosa! akan ku adukan semuanya pada ayahanda nanti!!" teriak Lilian marah menunjuk Fosa.

Fosa sendiri malah terkekeh geli, melihat wajah menyebalkan anak pungut didepannya. ia sangat terhibur dengan suara tangisan, teriakan dayang dayang tak berguna diistana nya. "Mayo, ayok kita pergi dari sini! dan ya, suruh beberapa prajurit untuk mengisi dapur kita dengan bahan pangan hingga penuh!" seru Fosa, berlalu pergi dengan mempertahankan tawa kecilnya.

"Hamba selalu patuh pada anda Nonna," balas Mayo, membungkuk hormat.

Dinasti GoguryeoWhere stories live. Discover now