Epilog

135 1 0
                                    

Setelah kejadian kemarin, aku jadi malas untuk bertemu dengannya. Mendengar namanya saja malas. Tapi dia selalu datang kerumah, untuk menemuiku dan aku selalu menjawab tidakmau.

Saat berada diluar rumah pun, aku sering bertemu dengannya. Dan yang hanya bisa ku lakukan hanya buang muka dan tak menghiraukannya.

Keterlaluankah sikapku?

Setelah sekian lama dia meninggalkanku tanpa kabar, setelah bertahun-tahun nunggu dia datang dan menyapaku seperti dulu. Hingga sampai rasa peduliku sedikit memudar dan sekarang sudah hilang.

Tapi semenjak kejadian itu, sejak pertama kali aku bertemu dgnnya (Lagi) rasa yg dulu hilang, perlahan muncul.

Seperti sebuah kalimat yg berbunyi,

"Cinta tau kemana ia harus pulang."

Aku rasa, aku masih memperdulikannya, walaupun sebenarnya aku purapura sudah tak peduli. Setelah bertahun-tahun dia meninggalkanku. Tapi kenapa dia harus datang lagi? Kenapa dia harus ada di saat aku sudah benar-benar melupakannyaa.

Kenapa?

Kenapa cinta harus serumit ini?

****

Zaidan Pov-

Apalagi yang harus gue lakuin supaya dia dengerin penjelasan gue. Gue kangen bgt sama dia. Tapi sepertinya dia udah bener-bener gapeduli sama gue.

Ini semua emang salah gue. Gue yang udah ngehancurin kebersamaan kita. Gue sendiri yang ngejauhin kedekatan kita.

Maafin gue mel, maafin gue melvita..

Arrrghh! Gue gatau lagi harus meluapkannya dengan apa. Gue memukul dan membuang barang-barang yang bisa gue jangkau. Alhasil tangan gue lecet dan berdarah.

Lalu Filson dan Ray memasuki kamar gue.

"Mau ngapain lo kesini?" tanya gue ketus.

"Woy santai dong bro. Kita kesini berniat mau bantuin lo buat ngejelasin ke Melvita."

Mata gue beralih kepandangannya Filson.

"Serius?"

Mereka mengangguk pasti.

"Lalu apa rencananya?" tanya gue lagi.

Kami pun berunding.....

***

Hai maaf banyak typo u,u
Jangan lupa voment ya guys.. Plis plis plisssss bgt . thanks yg udah baca cerita gue:)

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang