-- catatan --

2.7K 497 39
                                    

Hanya catatan nan tulisan.

Book ini menceritakan mereka yang terpapar, mereka yang kehilangan. Terdapat dua sisi yang berbeda, sisi dimana mereka yang terpapar selamat dan sisi dimana yang terpapar tidak selamat.

Sejujurnya, Osamu sebenarnya ga pengen Atsumu makin menderita apalagi dikatakan kondisi nya semakin menurun berbeda dengan dirinya. Tapi disisi lain, selain beredarnya berita kematian covid-19, selalu terselip mereka yang menggunakan logika pendek tentang covid-19.

Osamu tidak bisa berpikir jernih, lagipula dalam keadaan buruk siapa yang tidak panik dan terbawa suasana? Tentu pasti terbawa sekalipun itu hanya sesaat. Osamu takut, antara ia memanggil pihak medis atau merawatnya sendiri. Osamu takut akan isu-isu yang beredar, terutama tentang berita kematian yang justru berasal dari obat-obatan bukan dari virus.

Osamu tau mana yang benar mana yang salah, namun pada scene tersebut Osamu terbawa arus, pikirannya terbagi akibatnya itu menjadi beban lebih untuk nya.

Oleh karena itu Suna terus meyakinkan Osamu untuk selalu berpikir jernih hingga akhirnya Osamu memutuskan untuk memanggil pihak medis,

...osamu tau seharusnya ia memanggil pihak medis lebih awal.

###

Pada sisi Atsumu dijelaskan tentang kondisi mereka yang merasakan rasanya terpapar covid-19 terlebih lagi sampai memisahkannya dengan keluarga, bisa dibilang masuk ke garis perawatan lebih serius.

“Saya tidak menjelaskan secara rinci dan detail, karena akan cukup panjang. Bukan tentang narasi nya tapi tentang perjuangannya untuk sembuh.” -author

Namun disini saya memasukkan Atsumu pada sisi lelah melawan nya, memang melawan nya tidak sendirian, ada banyak orang yang mengalami hal yang sama namun pada dasarnya rasa sakit akan selalu dirasakan secara individu.

Atsumu tau ia harus berjuang lebih kuat lagi, lebih keras lagi, lebih tinggi lagi tapi ia juga sadar kemampuannya tak sampai situ. Atsumu tidak menyerah, ia hanya mencapai pada batasnya. Atsumu tidak kalah, ia hanya sampai di level tertinggi nya.

###

Niat Osamu untuk kuliah sebenarnya untuk menjadi 'dokter' pribadi Atsumu, semenjak meninggal nya sang ibu dari keduanya, Atsumu dilanda tangisan, depresi dan gangguan mental lainnya. Juga ketika mengingat tentang sosok pria brengsek yang menghancurkan isi keluarga.

Osamu berharap setelah pendidikan nya selesai dan menjadi psikiater secara sempurna, ia ingin perlahan mengembalikan Atsumu seperti sediakala.

Atsumu sendiri sebenarnya juga ingin satu jalan dengan Osamu, menjadi mahasiswa bersama Osamu. Namun melihat kondisi yang tidak memungkinkan, Atsumu merelakan jatah nya kuliah. Atsumu bukan tidak diterima tapi memang sengaja agar hanya Osamu yang melanjutkan mimpinya.

Atsumu lebih memilih bekerja sembari meluangkan waktu sesekali untuk menikmati hobi nya. Scene tersebut menjelaskan kondisi masa pandemi dimana orang tua merelakan segalanya demi sang anak sekalipun dilanda masa sulit.
.
.
.
.
.
“Dan pada akhirnya covid-19 benar-benar merenggut segalanya ..” -- end. 🍁

Covid is so badWhere stories live. Discover now