Chapter 4 || End

4.6K 786 297
                                    

Jam menunjukkan pukul sembilan, aku masih diam didepan layar laptop ku sambil menatap satu persatu mahasiswa yang terpanggil namanya. Sebenarnya namaku sudah terpanggil sejak lima belas menit yang lalu, panggilan untuk lulusan terbaik di jurusan Psikologi dengan predikat yang bisa dibilang memuaskan.

***
- flashback

"Lo diterima disana? Demi apa sii? Serius lo? Orang sebego lo keterima?" Atsumu membatu, wajahnya menunjukkan tidak percaya tatkala Osamu memamerkan hasil kerja keras nya yang benar-benar membuahkan hasil luar biasa. Menunjukkan layar laptop hasil SNMPTN miliknya sambil menjulurkan lidahnya dengan bangga.

"Kok gue ga keterima sih??" Protes nya didetik berikutnya. "Kan lo bego nya di bawah gue wlee!" Ejek Osamu berujung aksi kejar-kejaran ke setiap ruangan di rumah.

"Ciee mau pake almamater kuning ciee~ cie ciee~" goda Atsumu di tiap harinya. Entah ketika kepulangan Osamu di hari pertama berkuliah, memberikan sepiring makan ketika Osamu tidak nafsu makan.

Ataupun hal lain.

"Berhenti cie cie in gue! Almamater nya dah ada!" Ketus Osamu sambil melempar almamater kuning miliknya dan ditangkap sempurna oleh Atsumu. "Ciee udah dapet almamater~" Osamu langsung mengubah raut nya menjadi datar.

**

"Napa lo nangis?" Tanya Atsumu menegaskan kata terakhir nya sembari menatap Osamu dari ambang pintu. "Cape .. tugasnya numpuk tapi gue ga bisa .." Atsumu menghela napas, lalu berbalik dan kembali setelah beberapa menit kemudian dengan sepiring mie instan dan segelas air putih.

"Makan dulu, lagian tengah malam baru ngerjain siang ngapain sih?"

"Ngantuk, abis kelarin tugas kemaren kemaren .."

"Yauda abis ini lo tidur aja abis ini .." Atsumu menarik kursi didepan nya, duduk dan menatap detail buku-buku didepan nya juga laptop yang menyala dengan kabel charger disampingnya. "Mau ngapain lo?" Tanya Osamu sambil meraih piring dan gelas di meja yang semula diletakkan Atsumu disana. "Mau coba ngerjain hehe .. kalo salah ya maap .. kayak kata brainly, maaf kalo salah nanti nya .." ujar Atsumu dengan raut seolah dirinya bisa.

Padahal kenyataannya adalah sebaliknya.

"Ya lo tuntun gue aja, apa yang musti gue lakuin .. tinggal ngetik aja kan? Gue liat lo ngetik mulu soalnya .." Osamu mengangguk, oh rupanya si pirang itu tidak tidur sejak tadi dan hanya memperhatikannya, pantas saja Atsumu tau Osamu menangis setelah itu.

"Iya .. abis itu di print, besok aja gue print .. ketik aja semua, udah gue garisin sampe mana .." jelas Osamu diangguki Atsumu.

**

"Anjay udah mau skripsi aja nih, mau gue bantuin ga?" Tawar Atsumu. "Iya bantuin dongg— GAK! ujung-ujungnya lo ngerusuh, kemaren aja lo numpahin air di gelas samping laptop gue kan?" Sontak Atsumu langsung berbalik arah sembari bersiul-siul menghindari pertanyaan Osamu.

"Ngaku ga lo!" Dan berakhir dengan kejar-kejaran selama sepuluh menit. "IYA MAAAPPP GA SENGAJA, GUE CUMA MAU NUMPANG MAU MAIN GAME!"

"Hihh!" Osamu geram mendengar alasan Atsumu, apapun itu.

"Eh eh— ntar lo nemenin gue wisuda kan?" Tanya Osamu setelah kembali berbaikan sejenak dengan Atsumu. "Iya lah gue temenin, yakali ga nemenin kembaran sendiri?"

**

"Yahh, terus gimana dong?" Osamu langsung berubah raut nya, mendengar keputusan dari kampus jika wisuda akan diadakan secara online jika pandemi tidak kunjung selesai. "Kayak angkatan sebelum nya dong?" Tanya Atsumu diangguki Osamu dengan lesu.

"Udah elah, gausa sedih .. pandemi ga jadi hambatan buat lo lulus .." sahut Atsumu setelah terdiam sesaat lalu melakukan gestur tubuh seolah ia berperan menjadi rektor yang memindahkan tali pada toga ketika wisuda. "Ntar gue jadi yang pertama ngucapin selamat kelulusan ke lo .."

- flashback end
***

"Miya Osamu, sarjana psikologi .."

Dan aku dinyatakan lulus setelah pembicara itu menyebutkan namaku. Aku sedikit menunduk, menghadap pada wanita berusia 40- an disamping ku yang kini berperan menjadi wali untuk ku.

"Terima kasih untuk semua perjuanganya nak .. kakak mu, Atsumu pasti bangga sekarang .." tangisan ku pecah saat wanita itu menyebutkan nama Atsumu.

Pembohong yang mengatakan ia akan menjadi pemindah tali ketika aku mengenakan toga wisuda dan menjadi pendamping ku untuk hari sebahagia ini.

Tapi ternyata si pirang itu meninggalkan ku tanpa menunaikan janjinya, meninggalkan ku sendirian. Bahkan aku membatu ketika mengingat obrolan itu adalah yang pertama sekaligus yang terakhir dan kemudian aku mendapat kabar buruk tentang Atsumu setelah nya.

Tuhan tidak mengizinkan ku untuk menemui nya satu kali lagi.

"Tsum .. gue udah lulus .. gue udah —hiks, gue udah lulus .." wanita yang merupakan ibu dari Suna hanya bisa membawa ku dalam pelukan hangat, menepuk pelan punggung ku.

Atsumu kalah melawan rasa sakit nya dan memilih mengucapkan selamat tinggal padaku untuk selamanya.

"See, gue udah lulus sekarang .. gue udah mau lanjutin S2 seperti yang lo mau .."

"Thanks buat ucapan nya .. lo adalah yang pertama, gue bakal kangen banget habis ini .." ujarku sambil melepas kacamata hitam ku, memperlihatkan mata sembab yang sedari tadi basah dibalik kacamata. Menatap nisan yang bertuliskan nama Miya Atsumu disana.

"Take a rest, Atsumu .."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

















-fin 🍂
  Next  -> 1 additional chapter

Covid is so badWhere stories live. Discover now