Chapter 2

4.8K 842 311
                                    

Osamu POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Osamu POV

Pusing.

Hal pertama yang ku rasakan tepat setelah chat singkat itu berakhir. Ruangan seolah menjadi panas, aku hanya bernapas lewat mulut walau sesekali juga lewat hidung, rasanya panas.

Aku melihat ke samping, meraih Paracetamol yang Atsumu siapkan disamping ku. Atsumu memutuskan untuk karantina mandiri, "Biar gue bisa liat kondisi lo juga .." ujarnya ketika aku bertanya kala itu.

Tenggorokan ku sakit, malam larut yang sepi terisi batuk yang menyakitkan disela-sela diantara kesunyiannya. Hanya suara musik dengan judul Lonely  yang menemani ku dimalam itu. Tidak ada hal lain selain itu, aku sedang tidak ingin mengobrol banyak dengan Atsumu walaupun dia juga sedang online.

Mungkin dia juga merasakan hal yang sama dengan ku.

Ugh— bukan mungkin lagi, tapi memang. Kesunyian malam membuat ku bisa mendengar detik jam yang bergerak, "Masih pukul sebelas .." gumam ku menatap jam dinding berwarna hitam itu. Tangan ku tak henti-henti memijat pelipis ku, rasanya pusing.

Berkali-kali aku juga menggeser kaki ku, ataupun mengubah arah tidur ku, kasur menjadi hangat karena tubuh ku panas. Bahkan kipas angin hanya seperti udara tambahan bukan mendinginkan tubuh ku.

Beralih membuka handphone, tiap jariku naik satu berita kematian datang, muncul di layar didepan ku. Muda, tua atau bahkan bayi, semua tidak terhitung berapa yang sudah merenggang nyawa karena virus berbahaya ini. "Gue ga ngundang lo sumpah .. demen tubuh gue apa gimana sih lo?" Ujarku pada virus menyebalkan itu.

Aku mendengus kesal setelah itu, dan berujung beralih pada room chat Atsumu.

Aku mendengus kesal setelah itu, dan berujung beralih pada room chat Atsumu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan tak lama setelah itu kata online yang berada dibawah nama kontak si pirang berubah menjadi terakhir dilihat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan tak lama setelah itu kata online yang berada dibawah nama kontak si pirang berubah menjadi terakhir dilihat.

Aku kembali di lamunan malam, semuanya hampa namun tidak dengan pikiran ku. Apalagi aku menginjak semester akhir, skripsi menjadi urusan ku sekarang.

Atsumu bilang jika aku gagal di sidang skripsi nanti, ia tidak akan mengizinkan ku melanjutkan pendidikan ke S2 sekalipun aku bisa wisuda di tahun depan. Atsumu hanya akan memberi izin ketika aku lolos nanti. Kesempatan ku hanya satu.

Iya.

Hanya satu kali.

***

"Huh?" Pandangan ku terhenti pada seseorang diseberang sana, dengan masker double sambil melambaikan tangannya padaku. "Makasih!" Teriakku padanya. Laki-laki disana mengacungkan jempolnya sebelum akhirnya kembali ke dalam rumahnya, ku mengambil salah kantung plastik yang tergantung didepan pintu. "Tsum ada makanan .. dari nyokap nya Suna .." panggilku sambil melewati kamar Atsumu dan meliriknya yang hanya berbaring menghadap tembok. Tidak ada jawaban darinya.

Aku menghentikan langkahku didepan pintu kamarnya. "Tsum, ada sarapan .. dari nyokap nya Suna, bubur ayam .. lo nyuruh gue sembuh malah lo lelet kalo mau sembuh .." Atsumu berbalik, menatapku sayu lalu mengangguk.

Biar kutebak, dia tidur larut malam kemarin. Mungkin tebakan ku tepat. "Makan sono .. ada bubur ayam .." berapa kali aku harus mengulang ucapan ku hingga Atsumu akhirnya mengangguk dan beranjak berdiri, meraih masker didekatnya dan memakai nya. "Lo begadang?" Tanyaku.

Atsumu menggelengkan kepala, "Engga .. cuma tidur jam dua .." dan tersenyum kecil sambil berjalan melewati ku dan mengambil kantung plastik terakhir.

"Ga bisa tidur dong?" Atsumu mengangguk sebagai jawaban singkat. "Moga cuma pikiran gue aja .." gumam ku sekilas melihat raut Atsumu yang tidak bersemangat. "Lo kemarin abis chat gue tidur kan?" Tanya-nya.

Aku mengangguk, "Iya gue tidur walaupun butuh pemaksaan .." jawab ku.

"Abis ini lo minum obat, terus berjemur .." ujar Atsumu mulai bertingkah layaknya dokter. "Lo juga Tsum .." ujarku balik. Atsumu mengangguk dan melanjutkan makan nya, ia duduk di dapur sementara aku di ruang tamu.

"Lo mau lanjutin S2 kemana setelah ini?"

"Gatau .. belum mikir juga .." lagi-lagi Atsumu hanya mengangguk dan keheningan menyelimuti diantara kami setelah itu. Aku menyelesaikan makan ku lalu meletakkannya ke wastafel dan mencucinya baru kemudian aku pergi ke teras.

Duduk disana dan menerima paparan sinar matahari sambil menatap bunga-bunga yang berjejer rapi didepan ku, "Sebenarnya gue ga mau lo lanjutin S2 gara-gara gue takut lo kesepian .." celetuk Atsumu berjalan ke arah ku dan melewati ku, berdiri dibawah sinar matahari sambil menatap ke langit hingga matanya terpejam karena sinar matahari.

"Kesepian gimana?"

"Lo mau lanjutin di luar kota kan? Mau ga mau bakal nge-kost .. dan akhirnya pisah sama gue .." Atsumu menundukkan kembali kepalanya lalu menoleh padaku. ".. iya." Dia benar-benar seperti cenayang, semua ia ketahui.

"Tapi itu naluri seorang kakak .." kata-kata bunda sekilas terlintas di pikiran ku secara tiba-tiba, kata-kata terakhir sebelum keesokan harinya bunda meninggalkan ku dan Atsumu selamanya.

"Ntar lo kangen gue .." aku menatap jijik padanya. "Ngga banget .. kan tiap berapa bulan sekali juga balik, ngapain gue kangen lo anjir .." komentar ku mendapat balasan berupa kekehan kecil dari si pirang itu.

"Yakin lo? Ntar nangis loh .."

"Engga lah ogeb, bentar doang juga .. toh ketemu lagi .. ntar lo musti sambut gue pake kejutan!"

Covid is so badWhere stories live. Discover now