"Lo harus tau apa yang buat gue ingin mengubah diri? Gue ngga bisa ngelupain tampang kecewa nyokap gue pas tau gue ngga naik kelas. Nyokap bilang dia berusaha keras kerja supaya gue itu bisa terus sekolah dan ngga kayak begini terus hidupnya. Nyokap pengen gue bisa lebih maju dan ngerasain kehidupan yang lebih mapan dan senang. Lo kedinginan nggak? Sini gue angetin dulu."

Komang kemudian mendorong badan Ferdian sedikit lalu diputarnya kepala Ferdian dan diciumnya pelan dan penuh rasa. Ferdian merasakan hal yang berbeda dalam ciuman kali ini, diimbanginya ciuman Komang dengan lembut dan penuh rasa juga.

"Enak? Udah angetan sekarang?"

"Iyaa."

"Oke. Gue lanjutin yaa. Sejak gue ketemu lo pas kejadian mandi air bakso itu, sumpah mati, gue ngga nyaman. Ngga nyaman sama keadaan. Kenapa gue yang lebih kuat dari lo dan temen sebangku lo diem aja saat lo diperlakuin begitu. Makanya terus gue mutusin untuk datang ke rumah lo dan minta maaf. Dan kejadian deeehh ... Gue tau kok lo itu ngga suka perempuan. Tau banget. Banyak kok temen-teman bencong eh waria gue yang ngajarin gue banyak hal. Gue kagum sama mereka yang hidupnya keras tapi mereka ketawa ketawa aja. Lo juga pasti heran kan kenapa kok gue bisa kayak udah biasa sama yang namanya ngentotin bool. Karena terkadang temen-temen waria gue minta gue buat ngentotin mereka. Tapi lo ngga usah khawatir, mereka selalu main aman. "

Komang kembali menyalakan rokok. Dihisapnya rokoknya itu dalam dalam dan dihembuskannya asap rokok itu.

"Sejak kejadian di kamar itu gue selalu kepikiran lo. Lo itu kayak adek gue yang udah ngga ada itu, yang harus gue jaga, gue lindungi. Tapi gue juga ngga tau kenapa gue punya rasa nyaman kalo ada lo atau cuman liat lo doang. Makanya gue waktu itu ngomong kan, gue bukan orang baik tapi gue berusaha untuk jadi baik. Gue udah capek dan gue mau lo tolong gue, tolong gue buat jadi orang baik, orang yang lebih baik."

Ferdian meremas tangan Komang dan membawanya ke dadanya.

"Udah?"

"Belum. Gue belum selesai. Ah, sayangnya gue nih ngga sabaran."

"Iyaa, maaf maaf."

Komang kemudian melanjutkan omongannya.

"Gue ngga minta macem-macem kok. Gue cuman minta lo ada buat gue, Dian. Lo itu pacar pertama gue. Itu juga kalo lo mau jadi pacar gue yaa. Lo boleh tanya apa aja yang lo pengen tau tentang gue, gue akan jawab sejujur jujurnya. Daaah akhirnya pidato panjang gue kelaarrr."

Komang menciumi kepala Ferdian. Dipeluknya Ferdian erat-erat. Keduanya terdiam, menikmati lampu-lampu kota yang terlihat gemerlap dari atas bukit tempat mereka duduk.

"Kok diem?"

Ferdian tertawa.

"Aku itu bingung. Bingung karena tiba tiba semuanya jadi lebih serius. Tiba tiba obrolan kita jadi panjang. Aku intinya bisa ngerti dan terima apa yang kamu omongin barusan. Masing masing orang itu punya cerita tentang hidupnya. Aku kadang suka kesepian karena orang tuaku tinggal di pulau lain. Temanku itu yaa hanya Mamang Wimang sama Bi Isur aja. Eh sama buku buku, sama computer."

Komang menghela napas.

"Kenapa?"

"Enggak apa apa, gue ngerti kok kalo lo belum bisa terima gue apa adanya."

"Hahahaha, bukan itu maksudku, my honey. Jujur ini juga pacaran pertama aku. Jadi aku bingung takut salah ngelangkah atau salah omong, tapi kan tadi kamu bilang kamu akan jawab semua pertanyaan aku kalo aku ada yang mau ditanyain."

"Eh? Jadi lo terima gue?"

Ferdian kemudian beranjak dari duduknya, membalikkan badannya dan kemudian berlutut didepan Komang.

"Iyaa, aku mau jadi pacar kamu, Komang Adnyana."

Komang berteriak keras. Mengeluarkan isi hatinya yang saat itu penuh dengan rasa senang dan gembira.

"Seriusan? Lo mau? Dengan gue yang berandalan kayak gini?"

Ferdian mengangguk. Kembali Komang berteriak.

Dia kemudian merengkuh Ferdian dalam pelukannya. Diciumnya Ferdian dengan penuh rasa, dimainkannya lidahnya di dalam mulut Ferdian. Komang mengambil tangan Ferdian dan menaruh didadanya. Ferdian kemudian meremas dada Komang, bagian favorit Ferdian dari tubuh Komang.

Komang kemudian merebahkan Ferdian. Setelah itu dia membuka celananya semua, dia kemudian membuka celana Ferdian dan menariknya hingga lepas. Ferdian membuka kaosnya sendiri dan kemudian Komang menindih Ferdian lagi. Diciumnya lagi Ferdian. Mulutnya turun ke dadanya Ferdian, dihisapnya putingnya Ferdian bergantian sambil digigit gigit kecil.

"Oohhh ... Komaangggghh .. Ssshh ... Aahh .. Komaaanggghh ... Euuuhh ... "

"Sukaaaa? Enaaakk nggaaak sayangnyaa gueeee? Enaaakkhh? ... Gue mau bikin loo enaaakkhh ... Aaah lo bikin gue senangggghhh ... "

Komang kemudian berlutut, diludahinya tangannya lalu dioleskannya ludahnya itu ada kontolnya yang sudah berdiri keras. Dia kemudian meludah lagi dan membasahi lubang pantat Ferdian. Setelah itu dia mendorong masuk kontolnya perlahan ke dalam lubang pantat Ferdian.

"Ooohhh ... Diaaaannn ... Kenapaaaahh memekkhh lo selalu bikiiinn gueeehh ngelayaaangggg? ... Aaahh anjiiinggg ... Enaaaakkhh ... "

"Ouuuhh Komaaangggh ... Sssshh ... teruuusss teruusssshhh masukiiinnn ... Aku maauuu kamuuuuhh ... Mauuu kamuuuhh pacar kesayangaaannn akuuuhh ... "

Komang kemudian menggenjot kontolnya dengan perlahan dan pasti menikmati setiap hentakan yang masuk ke dalam lubang pantat Ferdian.

Ferdian meremas remas dada Komang. Ditengah semilir angin malam, tampak badan Komang yang mengkilat karena keringat. Ferdian menatap Komang yang menatapnya kembali dengan senyuman.

"Shhh ... Sayangnya gueee ... Gueee sayaaanggg bangetthh .. Sayannngg bangetthh sama lo. Aaahh .. Ssshh .. anjiiingg ini memeeekkhh bikin gueee nagiiihhh ... Aaahh .. Aahh .. "

"Komaanggggghh, mau keluarrrrhh aku mauuu keluarrrrhh .. Aaahh ... Aaahh .. Kontol kamuuuu aaahh bikinnn aku kelu ... aarrrrggghhh ... "

Ferdian menarik badan Komang lalu diciumnya Komang dan digigitnya bibir Komang bersamaan dengan menyemburnya air mani dari kontolnya yang membasahi perut keduanya. Komang terus menggenjot dengan intensitas lebih cepat.

"Sayaangghh .. Aahh .. Guee keluarrrhhh .. Sayaangnggh aaaah ngentttooott ... Gue keluarrrr iniiiihh ... Hoooohh ... Arrrggghhh"

Komang melenguh panjang dan kontolnya menghentak-hentak dalam pantat Ferdian. Air maninya membanjiri lubang pantat Ferdian yang merasakan pantatnya hangat. Komang kemudian mencium ujung hidung Ferdian. Setelah itu ia mencium kening Ferdian. Dia lalu mencabut kontolnya dan berdiri.

Komang menyodorkan tangannya untuk membantu Ferdian berdiri. Keduanya menghadap ke arah kota yang sudah dipenuhi dengan gemerlap lampu. Komang memeluk Ferdian dari belakang. Keduanya kemudian tertawa.

Komang kemudian mengambil pakaian mereka yang bergeletakan di rumput setelah itu ia mengandeng tangan Ferdian dan mengajaknya masuk ke dalam gubuk. 

KomangWhere stories live. Discover now