"...jadi gimana, Tuan Gulf? Mengenai pernikahan yang akan anda lakukan dengan pemenang kontes?"

Gulf : "Aku enggak mau nikah sama Joss!"

Joss sangat heran. "Kenapa?"

Gulf : "Kau bukan tipe ku. Aku lebih suka Bright."

"Hah?!" Joss makin heran. "Tapi aku pemenang di kontes yang kau adakan! Juara satu! Aku tampan dan tubuhku sempurna! Sesuai peraturan, bahwa pemenang kontes akan menikah denganmu, Tuan Gulf!"

Gulf : "Peraturan itu aku yang membuat. Dan aku juga yang berhak melanggarnya."

Joss sangat kecewa. "Tuan Gulf... INI TIDAK ADIL!"

Tiba-tiba pintu diketuk, lalu masuklah Bright kedalam ruangan. Bright tersenyum menyeringai memandang Gulf dan juga Joss.

Gulf memandang Bright. "Nah, itu baru tipe ku. Aku suka wajah Bright."

Joss : "Tapi Bright hanya juara dua!"

Bright memandang sinis kearah Joss. "Hei, Joss. Jujur, awalnya aku kecewa karena hanya juara dua. Harapanku mendapatkan Gulf telah hilang. Tapi ternyata, Gulf lebih menyukaiku ketimbang kamu. Pada akhirnya, akulah yang menang!"

"Brengsek!" kedua tangan Joss mencengkeram kerah baju Bright. Joss sangat ingin memukul Bright, tapi dicegah oleh Mild.

Joss : "Tenang, Joss... tenang. Jangan berantem. Apalagi didepan Tuan Gulf. Dan juga, Bright itu cowok pilihan Gulf, jadi jangan sakiti dia."

Joss menahan emosinya. Lalu, Mild pamit kepada Gulf sambil mengantar Joss keluar ruangan. Joss yang menahan kesal, hanya bisa pasrah meski kecewa.

Bright tersenyum, lalu duduk didepan Gulf. Bright memberanikan diri memegang kedua tangan Gulf. "Tuan Gulf, terima kasih banyak telah memilihku untuk jadi pendamping hidupmu. Meski aku hanya juara dua..."

"...jadi, kapan pernikahan kita akan dilaksanakan?"

Sepasang mata indah Bright yang penuh harap, juga wajah Bright yang sangat tampan dihadapannya, membuat Gulf terpesona dan ingin menikahi Bright.

Tapi entah kenapa, ada keraguan dalam hati Gulf. "Bright, bukankah ini terlalu cepat? Gimana kalo kita pacaran dulu? Aku ingin mengenalmu lebih dalam."

Bright tersenyum. "Dengan senang hati, Tuan Gulf. Meski masih pacaran, aku sudah sangat bahagia. Apalagi kalau kita menikah nanti."

Gulf : "By the way, jangan panggil aku 'Tuan'. Mulai sekarang, panggil saja aku Gulf."

Bright : "Baiklah... Gulf. Tapi kalo panggil 'sayang', boleh ga?"

Gulf tersenyum. "Kamu pinter nge-gombal ya ternyata?"

Kemudian, Mild kembali memasuki ruangan Gulf. Wajah Mild tampak lelah. Lalu ia duduk didepan Gulf, tepatnya disamping Bright.

Gulf : "Ada apa, Mild?"

Mild menghela napas. "Joss melampiaskan amarahnya kepadaku. Aku dibentak-bentak olehnya dan hampir dipukul. Aduh, shock banget aku..."

Gulf tersenyum. "Wajar kalau Joss seperti itu. Dia pasti sangat kecewa dan merasa tidak adil. Tapi gimana, aku lebih suka Bright."

Mild : "Oiya, Tuan Gulf. Aku ada kabar mengenai demo yang terjadi kemarin, yang memprotes acara kontes yang anda buat..."

"...banyak masyarakat yang mendukung demonstrasi itu. Masyarakat juga ikut memprotes acara kontes itu. Dan sekarang netizen menghujat anda di media sosial."

"Benarkah?" Gulf mulai emosi. Lalu ia membuka ponselnya dan mengecek media sosial dan berita-berita di internet. Bright yang ingin tau, juga melakukan hal yang sama pada ponselnya.

Benar saja. Hampir semua media, tidak hanya memberitakan acara kontes yang diadakan Gulf, tapi juga demo yang memprotes acara itu. Masyarakat menilai bahwa acara kontes itu tidak pantas! Dan media sosial Gulf banyak menerima hujatan netizen.

Gulf merasa geram. "Sial! Gara-gara demo itu! Ini sangat memalukan bagiku!..."

"...Mild, sekarang kita samperin pemimpin demo yang terjadi kemarin! Siapa namanya?"

Mild : "Namanya Mew Suppasit."

Gulf : "Ya! Aku akan labrak dia! Kalo perlu aku hajar sekalian!"

Bright : "Gulf, perlu aku temani? Biar aku ikut memberi pelajaran kepada orang itu?"

Gulf : "Enggak usah repot-repot, Bright. Biar aku sama Mild aja."

Lalu, Gulf mengeluarkan sebuah kartu hitam berbahan titanium yang nampak mewah. Gulf meminjamkan kartu itu kepada Bright. "Pegang kartu ini. Kau boleh menggunakannya untuk belanja sesukamu."

Bright sangat senang menerima kartu itu. "Benarkah? Aku boleh menggunakannya?"

Gulf mengangguk. "Dan sekarang kamu pergi shopping aja, Bright. Aku ada urusan sama Mild."

"Terima kasih banyak, Gulf," ujar Bright yang tersenyum kegirangan. Lalu, Bright pamit meninggalkan ruangan Gulf.

Setelah Bright pergi, Gulf bicara pada Mild. "Ayo, Mild! Kita labrak si pendemo sialan itu!"


*****


Di tempat lain, Mew sedang melakukan kegiatan bersama sekelompok temannya. Mew, Zommarie, dan teman-teman lainnya, turun ke jalan dan membagikan paket bansos kepada para tunawisma yang mereka temui di jalan.

Mew adalah orang yang mengadakan kegiatan itu. Meski pemerintah sudah memberikan bansos kepada rakyatnya, tapi sayangnya sebagian di korupsi. Ditambah lagi, banyak orang miskin yang ternyata justru tidak kebagian bantuan sosial. Itulah alasan Mew mengadakan kegiatan ini.

Sambil tersenyum, Mew memberikan sebuah paket bansos kepada pemulung yang kebetulan lewat. Si penerima tentu sangat berterima kasih. Lalu, Mew kembali ke mobil yang sebelumnya ia tumpangi bersama teman-temannya, yang juga mengangkut paket bantuan itu.

Terlihat Marie yang bersandar di pintu mobil. Mew menghampirinya. "Gimana? Apa masih ada yang belum kebagian di sekitar sini?"

Marie : "Kayaknya di sekitar sini udah kebagian semua. Apa perlu kita menuju ke area lain?"

"Ide bagus. Tapi kita istirahat sebentar, deh," ujar Mew. Lalu mengambil sebotol air mineral dan meminumnya.

Selesai minum, Mew memandangi Marie sambil nyengir. Marie pun heran, "kenapa ngeliatin aku begitu?"

Mew : "Tiba-tiba aku teringat, saat kemarin kamu 'nembak' aku."

Marie : "Karena aku enggak tau kalo kamu gay! Kalo aku tau kamu enggak suka cewek, mana mungkin aku 'nembak' kamu?!"

Mew menertawakan Marie. "Ya sudah. Yuk, kita menuju area yang lain. Siapa tau masih ada tunawisma yang membutuhkan."

Sejumlah teman yang ikut membagikan bansos, lalu menghampiri Mew dan Marie. Nggak lama kemudian, mereka masuk ke mobil untuk menuju area lainnya. Lalu, Mew mengendarai mobil itu.

Tanpa Mew ketahui, sejak tadi ada mobil lain yang terparkir dibelakang mobilnya. Dari dalam mobil itu, Gulf dan Mild diam-diam mengamati Mew yang melakukan kegiatan sosial bersama teman-temannya. Hati Gulf tersentuh, melihat Mew yang peduli dengan para tunawisma yang membutuhkan. Membuat amarah Gulf kepada Mew jadi memudar.

Mild : "Tuan Gulf, si pendemo sialan itu baru saja pergi menggunakan mobilnya."

Gulf : "Ikuti mobilnya!"

"Oke," Mild kembali menyalakan mesin mobil. "Tuan Gulf, kita jadi ngelabrak dia kan?"




(Bersambung)

Bagaimana Jika...Where stories live. Discover now