Setelah berhasil mengambil ponselnya di atas nakas, ia langsung menekan ikon berwarna hijau untuk mengangkat panggilan telpon itu tanpa melihat siapa yang menelponnya. Ia pikir yang menelponnya ini adalah Taehyung-- si idiot itu.

"Ada apa? Kau menggangguku, tau!" Jimin membuka suara dengan nada tingginya.

"Mm-maaf, Hani mengganggu Jimin." Ucap seseorang di seberang sana.

Jimin langsung memposisikan dirinya duduk setelah mendengar suara khas milik gadis itu.

"Eh ... Hani? Ada apa?" Suaranya tiba-tiba melembut.

"Hani mengganggu, Jimin, ya?"

"Tidak. Aku pikir tadi Taehyung yang menelpon."

"Jadi kalau Hani itu Taehyung berarti mengganggu, ya?"

Jimin menggaruk rambut kepalanya yang tidak gatal itu. Pertanyaan dari Hani sedikit mengundang emosi, bukan pertanyaannya sih tetapi jika membahas yang tidak penting seperti ini 'kan membuang waktu saja. Ia ingin melanjutkan tidurnya. Sungguh.

"Hallo, Jimin." Suara Hani terdengar lagi ketika Jimin bungkam beberapa saat.

"I-iya?"

"Jimin, nanti sore bisa temani Hani membeli sesuatu untuk kakak Hani?"

"Iya bisa. Jam berapa aku harus menjemputmu?"

"Jam 5 saja."

"Iya, baiklah."

"Terimakasih, Jimin. Hani tutup telponnya, ya?"

"Heum... " Refleks Jimin mengangguk.

Dan setelah panggilan telpon terputus, ia melempar asal ponselnya ke kasur dan ia pun melanjutkan kembali mimpi genitnya yang sempat tertunda.

🌿

"Hallo ... Jimin?" Hani melambaikan tangan di depan wajah Jimin-- mencoba menyadarkannya. Namun, yang disadarkan malah semakin menampilkan ekspresi dungu nan idiot seperti Taehyung.

Hani menemukan Jimin yang sudah dalam keadaan mematung tanpa ekspresi yang bisa Hani artikan. Sejak ia datang menghampiri lelaki ini di depan gerbang kosannya itu, Jimin sudah dalam keadaan seperti ini.

Mungkinkah ia pup di celana? Atau kerasukan setan jalanan?

Tidak ada yang benar dari keduanya. Enak saja pup di celana-- Jimin sudah tampan nan sexy seperti ini masa dikira seperti itu. Jimin itu terpesona begitu dalam pada Hani.

Lihat saja. Siapa yang tidak beraksi sepertinya saat ini. Ketika gadis lugu macam Hani dengan rambut terkuncir pita pink yang ia kenal selama ini-- berubah menjadi sosok gadis lebih terlihat berbeda di mata Jimin dengan tatanan makeup dan gaya berpakaian yang Hani gunakan dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Surai pirang panjang yang di gerai begitu saja, T-shirt dress model oversized, shopper bag transparan, dan sneakers putih-- terlihat simple dan santai tapi membuat Hani menjadi sosok yang berbeda dari penampilan biasanya yang Jimin lihat selama ini.

Hani terlihat lebih dewasa, cantik, dan ah ... sulit sekali Jimin menjelaskannya.

"Uh ... Jimin bawa motor, ya? Hani kira membawa mobil, kalau begitu Hani ganti pakaian dulu, karena sepertinya yang Hani pakai akan mengganggu."

Baru saja Hani hendak berbalik badan namun sebuah tangan mencekalnya. Jimin menahannya.

"Tidak perlu. Tidak usah mengganti, ya. Kau cantik menggunakan ini," ucap Jimin sembari mencubit lembut pangkal hidung Hani, "tapi duduknya menyamping, ya. Mau, 'kan?" Tambahnya lagi membuat Hani berpikir sebentar lalu mengangguk sembari menampilkan senyuman.

Tanpa ragu Jimin langsung memakaikan helm pada Hani.

Sumpah. Kalau saja saat ini area depan gerbang kosan tidak ramai, ingin sekali Jimin mencium mesra bibir Hani yang terpoles lipgloss pink itu. Gemas sekali.

🌿

"Aku rasa ini cocok untuk kakakmu," kata Jimin yang memilihkan satu model jam tangan keluaran baru.

Hani menceritakan kepada Jimin bahwa ia ingin membelikan sesuatu untuk kakak laki-lakinya yang akan berulang tahun, lusa. Sebenarnya semalam ia meminta Hyumi menemaninya sekaligus mengajak Yoongi untuk dimintai pendapat mengenai barang yang cocok untuk di berikan kepada kakak lelakinya itu. Tetapi pagi tadi, sahabatnya itu memberikan kabar kalau tidak bisa menemani dirinya karena ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan.

Hyumi menawarkan pada Hani agar pergi saja berdua dengan kekasihnya-- Yoongi. Lagipula Hyumi sudah meminta Yoongi menemani sahabatnya. Tapi Hani menolak dan berakhir menelpon Jimin siang tadi.

Sekedar informasi, Hani ini sebenarnya takut melihat wajah dingin kekasih sahabatnya itu. Yoongi sangat irit berbicara pada oranglain terkecuali sedang bersama Hyumi. Jadi, Hani tidak ingin pingsan ketakutan jika nanti lelaki dingin itu harus berjam-jam menemaninya.

Setelah setuju dengan barang yang dipilihkan oleh Jimin akhirnya Hani membayar barang tersebut di kasir.

Mereka keluar dari pintu kaca toko itu dan berlanjut pada sebuah tempat makan yang masih berada di mall ini.

Jimin sih mau-mau saja, apalagi ini gratis. Bahkan Hani membelikan kaus untuknya di toko khusus pakaian sebelum masuk ke toko jam tangan itu. Katanya gadis itu yang akan mentraktir karena sudah bersedia menemani.

Siapa yang tidak senang? Dapat gratisan seharian ini, 'kan lumayan uang sakunya tidak terpakai sama sekali, dapat barang pula.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Mereka bergegas pergi meninggalkan mall setelah sesuatu yang Hani butuhkan sudah terpenuhi semua.

Mereka kembali menyusuri jalan kota menggunakan motor kecil milik Jimin. Kali ini Hani tidak berteriak histeris seperti sebelumnya-- ia masih terlihat sangat menikmati tanpa harus di bumbui teriakan histeris.

"Hani, pegangan yang kuat!" Jimin berteriak ketika mendapati dirinya menerobos jalanan berlubang. Refleks tangan Hani meremas jaket Jimin sebelum akhirnya tubuh mereka berdua sedikit memantul dari jok motor. Beruntung Jimin masih bisa menyeimbangi dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Kau tidak apa-apa? Maaf tadi aku tidak melihat ada lubang," ucap Jimin masih menjalankan motornya dengan mengurangi kecepatan.

Terlihat dari kaca spion, Hani menggeleng. "hmm ... Hani, tidak apa-apa."

Jimin masih terus mengendari motor kecilnya dengan memboncengi gadis Shin yang terlihat lebih menawan hari ini. Duduk menyamping dengan sebelah lengan Hani yang memeluk perut Jimin, rasanya lelaki Park si bandar video ini lagi-lagi membayangkan yang sesuatu yang genit-genit di dalam otak mesumnya, apalagi dengan suasana angin malam, menambah hal gila yang ada di dalam pikirannya kian membuncah.

Jimin menggelengkan kepala lalu terkikik pelan di dalam helmnya, berusaha meng-enyahkan hal yang wajar itu tetapi tidak boleh ia lakukan saat ini.

Bersamaan dengan itu ia mendengar suara imut Hani sembari menepuk perut Jimin. "Jimin, Hujan!"



Tbc💋

Aduhhh yang hujan-hujanan 🤭 ngeri pada kedinginan nanti malah minta anget-angetan lagi 🙃🙃🙃🙃🙃

Love Story 1 (PJM) ✅Where stories live. Discover now