"Kalo kau jadi aku, akankah kau lakukan hal yang sama?"

20 hari setelah aku pindah dan dia belum sama sekali mengunjungiku. Maka hari ini aku bertekad untuk datang dan memberi sedikit kejutan dirumahnya. Aku sudah membeli cake kecil, aku benar-benar menyukai cake jadi hari yang indah juga harus diawali dengan cake.

Aku berdiri didepan pintu, merasa sedikit aneh saat aku menemukan sebuah anting yang terjatuh tepat disamping kiri pintu tersebut.

"Ini bukan milikku" Ucapku.

Ku ketuk pintu apartemennya, namun tidak ada jawaban. Perasaanku campur aduk karena pikiranku yang sudah terlanjur negatif thinking. Aku menunggu di luar hampir 15 menit namun masih tidak ada jawaban. Hari ini adalah hari minggu jadi tidak mungkin dia tidak ada dirumahnya. Ku masukan sandi agar aku langsung bisa masuk ke apartemen tersebut.

Namun pemandangan setelah itu membuat kakiku lemas. Banyak sekali baju perempuan bertebaran dimana-mana, menuju kamar tempat Levi tidur. Mantel, stocking, heels, kemeja, dan rok hitam. Sudah ada dimana-mana, Ku letakan makanan yang kubawa di lantai, sambil mengambil pakaian-pakaian tersebut dan menuju kamar tempat bencana mungkin akan terjadi.

Ku masuk tanpa aba-aba apapun. Mencoba melihat secara langsung dan mencoba mengerti apa yang terjadi.

"Dan hal inilah yang ku sesali"

Aku melihat dia memeluk seorang gadis yang tertidur telanjang hanya berselimutkan bedcover berwarna biru. Mereka masih tertidur tanpa merasa adanya gangguan apapun. Aku kembali tersenyum dan ku lemparkan seluruh baju yang kubawa tadi ke wajah menjijikan mereka.

"APA INI!"

Selama 4 tahun berhubungan dengannya aku tidak pernah sekalipun berteriak sekencang ini. Namun kali ini entah jin darimana seperti ada sesuatu yang meledak di dadaku.

Mereka terbangun, sang gadis telanjang itu memeluk bedcover dan sambil mencoba kembali berhimpitan dengan levi.

"A-apa yang kau lakukan di kamarku!" Ucapnya setengah berteriak.
"Siapa dia?" Tanyaku berusaha mengontrol emosi.

Namun tidak ada jawaban atas pertanyaanku, dia hanya keluar dari kasur tersebut dan menghampiriku. Sang gadis telanjang hanya diam, seakan-akan menahan tangis, ketakutan dengan semua hal ini.

"Dengarkan aku, kenapa kau ke kamarku tanpa minta ijin terlebih dahulu? Kau masuk tanpa ijin" Ucapnya mengintimidasi.
"Kau berselingkuh... kenapa?"
"Sekarang silahkan kau keluar, aku belum siap menjawab pertanyaanmu itu"
"Apa? Kenapa? Jika kau ingin melaporkanku karena memasuki apartemenmu tanpa ijin, silahkan, kau bisa laporkan ku! Lalu bagaimana dengan perempuan jalang itu yang tidur disebelahmu tadi malam?"
"DIA BUKAN PEREMPUAN SEPERTI ITU!"

Untuk pertama kali pula, aku mendengarnya berteriak seperti itu. Berteriak membela gadis yang kini berusaha untuk memakai semua baju yang ku lemparkan ke wajahnya. Aku kembali tersenyum namun kali ini tidak ada air mata yang jatuh. Entahlah semua hal ini membuat perasaan ku masih binggung.

"Kalau begitu kenapa dia telanjang di kamar PACAR orang?"
"Kakak, maafkan aku sepertinya ada kesalahpahaman disini" Ucap gadis tersebut.
"Ahh, kesalahpahaman?"

Ku dorong dada levi, mencoba memukul wajahnya namun dengan sigap tangannya menangkap tanganku dan percuma saja mengenai adu tangan seperti ini pasti dia yang menang.

"JELASKAN!" Teriakku.
"Tunggu aku di mobil, aku akan menjelaskan semuanya" Ucapnya padaku.

Aku hanya diam, sedangkan dia mencoba memakai seluruh pakaiannya. Lututku sudah benar-benar lemas, hingga aku jatuh tersungkur dilantainya. Mencoba berpikir, apa yang terjadi? Apa kesalahanku? Kenapa dia sampai bermain dibelakang? Apakah aku harus meninggalkannya? Kenapa 4 tahun berhubungan dengannya terasa seperti ini? 

Sebuah tangan memegang lenganku, menyuruhku untuk berdiri menghadapnya. Ku lihat wajah datarnya yang kini membuatku muak. Tidak ada kata penyesalan bahkan wajah bersalah sekalipun, kenapa hanya aku yang terpuruk?

"Berdirilah" Ucapnya.

Aku masih tidak beranjak pergi dari lantai tersebut hingga pada akhirnya dia mengendongku untuk segera pergi. Aku hanya diam, pasrah dengan apa yang ia lakukan. Aku juga melihat bahwa gadis telanjang itu sudah tidak ada dikamarnya.

Di dalam mobil 5 menit, 10 menit, dan bahkan 15 menit kita hanya diam. Hingga pada akhirnya ia menancap gas mobil dan pergi, sekarang hanya ada suara deru mesin mobil pelan. Aku masih diam, begitupula dengan dia. Hingga akhirnya, saat lampu merah di depan. Dia berucap.

"Aku menyukai keheningan, begitupun juga kau"

"Tapi akhir-akhir ini kita terlalu hening" Lanjutnya.

Mobil kembali berjalan, ia mengantarkanku kembali ke rumahku. Aku tahu, karena sedari tadi aku hanya melihat ke arah jendela luar. Mencoba memikirkan hal lain. Emosiku benar-benar tidak stabil sekarang.

"Kau mendengarkan?" Tanyanya memastikan.
"Ya, tapi aku ingin dengar penjelasan bukan alasan"
"Dia sekretarisku yang baru, kepribadiannya berbeda denganmu. Dan aku mulai menyukainya" Dia berucap seakan-akan tidak ada beban apapun dikalimat itu.

Hatiku terasa sangat sakit saat ia berkata seperti itu, mataku panas. Hingga pada akhirnya aku menangis, tapi isakannya masih ku tahan, dia tidak pernah melihatku menangis seperti ini dan aku tidak akan membiarkannya.

"Be-berapa lama? Kalian?"
"4 bulan dari sekarang" Ucapnya sungguh ringan.

Matanya bahkan masih fokus dengan setir di depannya. Kenapa hanya aku yang merasa tersakiti? Ku hembuskan nafas beratku, mencoba mengkonsumsi seluruh informasi dibenakku. Hingga pada akhirnya kita sudah sampai di depan apartemenku. Ku hapus kembali air mataku dan mencoba melihatnya, aku yakin mataku pasti terlihat berantakan sekarang.

"Ok, kalau begitu putuskan aku" Ucapku dengan nada serendah mungkin.
"Kau serius?"
"Ya, tapi sebelum itu minta maaflah"
"Maaf, kalau begitu hubungan aku akhiri sekarang" Ucapnya berlalu pergi membukakan pintu mobil untukku.
"Kau tahu, kenapa aku menyuruhmu untuk memutuskanku?"
"Kenapa?"
"Karena suatu hari nanti kau yang akan menyesal karena sudah meninggalkanku, you are the one who left me sedangkan aku? Aku tidak pernah meninggalkanmu, korban dalam hubungan ini bukan kau, tapi aku"

Aku berjalan sedikit berlari untuk memasuki gedung apartemen. Mencoba menahan tangis hingga menuju kamar. Ku masukan password pintu berkali-kali namun tetap saja salah. Dadaku semakin sakit, otakku terus mengingat kejadian hari ini, bahkan kejadian sebelumnya yang membuatku sakit juga. Semua kesalahan yang aku anggap baik-baik saja jika tidak dibahas atau diperpanjang, menjadi boomerang untukku. Aku pikir jika selama ini ku pendam dan tidak ku keluarkan tidak akan membuat masalah.

"Aaahh" Teriakku kini dengan isakan yang keras.

Aku tidak akan lagi menahan ini semua. Aku terduduk lemas di depan pintu, tanganku bergetar hebat. Untuk pertama kalinya aku menangis seperti orang bodoh dan untuk pertama kalinya tanganku bergetar tanpa bisa ku kendalikan.

To be continued

I'm Not The Only One [LEVI X READER]Where stories live. Discover now