1

4.4K 262 19
                                    

Aku bisa mendengar suara air hujan yang berjatuhan mengalir membasahi jendela kamar. Suara yang menemani di saat dunia ku runtuh. Aku masih bisa mengingat dengan jelas memori yang sekarang membuatku melamun. Lucunya, aku lupa itu kapan. Namun, alur dan endingnya tetap saja sama kapanpun itu.

"Jadi seperti ini?"
"Lucu sekali, kenapa aku sebodoh itu?"

-Back to the memories-

Pagi itu cukup cerah dan aku sudah merapikan baju-baju yang akan aku pindahkan ke apartemen baruku. Aku juga sudah menyiapkan semua yang aku catat tadi malam dengan sticky notes bergambar strawberry yang masih menempel di kulkas. Serasa sudah siap, aku masukan semua barang-barang di bagasi mobil. Hari ini akan ada perayaan kecil-kecilan di apartemen baruku bersama dengan dia, Levi.

Kami adalah pasangan kekasih dan sudah 4 tahun lamanya aku bersama dia. Berbeda dengan pasangan lainnya, aku bukan tipikal perempuan yang suka mencari masalah. Sedangkan dia? Juga bukan tipikal orang yang mudah terpengaruhi orang, jadi jika bisa disimpulkan. Kami hampir tidak pernah bertengkar. Dia juga sangat sibuk kerja, jadi aku hampir tidak tahu aktifitas apa yang ia lakukan selain kerja, mungkin saja tidur. Dia sibuk dengan dirinya dan aktifitasnya sendiri, sedangkan aku? Mencoba untuk menyibukkan diri untuk tidak menganggunya.

Matahari sudah mulai tenggelam dan aku sudah menyelesaikan acara berberes apartemen baru. Dan kini aku sudah siap untuk menunggu kehadirannya, aku juga sudah menyiapkan kue dan hidangan lainnya untuk acara kecil-kecilan kita. Aku harap dia segera datang.

1 jam 2 jam 3 jam. Dia masih tidak datang, aku masih berpikir positif, mungkin dia terjebak macet, mungkin dia masih ada urusan di kantor. Mataku terus melihat arah jam sambil pikiranku melayang layaknya menyusuri perjalanan dari kantor dia ke apartemen baruku. Aku bahkan sudah mencoba menelepon atau mengirimkan pesan untuknya, namun seperti menunggu salju turun ke Jakarta.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, kue yang ku beli sudah hampir meleleh karena terlalu lama di luar kulkas. Aku tersenyum lalu kembali menyimpan kue tersebut ke tempatnya. Selera makanku sudah mulai hilang, namun ku paksakan untuk memakan beberapa hidangan di atas meja yang sudah tidak lagi hangat. Setidaknya ada makanan yang aku telan, jadi maag ku tidak akan kambuh lagi.

Mungkin jika perempuan lain, ia sudah marah dengan pacar mereka. Namun, aku tidak. Ini seperti makanan sehari-hari untukku. Menunggu, menyesal, menghabiskan waktu sendiri, berpikir, mencari hobby baru, meluangkan waktu untuk diri sendiri, membunuh waktu, dan hingga melupakan kehadirannya.

Sempat berpikir untuk melepaskannya namun masih ada rasa takut yang besar dihatiku dan rasa takut itu lebih besar dibandingkan penyesalanku. Jadi aku lebih memilih untuk bertahan.

👦🏻 : LEVI
👩🏻 : Me

👦🏻 : Hai, maafkan aku sepertinya hari ini aku tidak bisa datang. Teman saya ada menginap dirumah. Mungkin lain kali atau besok, aku akan datang ke apartemen mu
👩🏻: Baiklah

Kututup telepon tersebut sambil tersenyum, namun air mataku jatuh. Aku sudah buruk dalam membuat emosi. Semua terasa aneh bagi ku, kenapa semua orang disisi ku selalu saja melangkah maju dan menghabiskan waktu dengan oranglain dibandingkan dengan diriku? Termasuk dia.

Ku gesek-gesek air mata yang tadi jatuh. Aku tidak boleh menangis hanya karena hal macam ini, lebih baik aku tidur dan melupakan semua.

I'm Not The Only One [LEVI X READER]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora