After All

29 2 0
                                    

Pagi begitu cerah. Namun, tidak dengan hati gue. Kabut lara yang diciptakan oleh Mungga tak kunjung menghilang. Luka yang digoreskan oleh kepergian Mungga masih terasa perih. Jiwa gue seakan menghilang separuh setelah Mungga pergi dari dunia ini.

"(Nam), gue turut berduka cita atas kepergian Mungga," ucap salah satu teman seangkatan gue. Sembari memasang wajah datar, gue mengangguk pelan.

Pergerakan kaki gue berhenti seketika di depan mading sekolah. Mata gue dengan tanpa diperintah melirik ke arah mading itu. Disana terdapat kertas berisi foto Mungga sebagai tanda duka cita. Senyuman manis yang terpampang di foto itu membuat luka gue semakin perih. Deretan kenangan tentang mading dan Mungga saling berputar otomatis di otak gue.

"Kenapa selalu ada cerita tentang lo dan mading ini, Mung?"

Tanpa permisi, bulir demi bulir air menetes dari mata gue. Jujur, kepergian cowok itu berdampak besar untuk hati gue. Padahal, dulu gue sama sekali gak peduli semua hal tentang dia. Tuhan memang sehebat itu. Tuhan pandai membuat hati manusia berubah-ubah.

"Jadi begini rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya? Kenapa sakit banget?"

"(Nam)." Gue menoleh waktu denger suara Diat.

"Sebelumnya, gue minta maaf kalau gue tambah nyakitin hati lo. Tapi, gue rasa lo berhak untuk milikin ini." Diat nyerahin sebuah kotak berukuran sedang ke gue.

"Ini apaan?"

"Beberapa hasil kegabutan Mungga."

Gue langsung bawa kotak itu pergi. Gue lari ke perpustakaan. Disana, kotak itu langsung gue buka. Mata gue berkaca-kaca, tapi diselipi sama senyum. Kotak itu berisi kertas-kertas yang dihias.

Nk, bidadariku. Eh, enggak. Bidadari kan gak galak :) Apa ya yang cocok?

Gue tertawa kecil pas baca kalimat yang ada di salah satu kertas. Di atasnya, ada foto gue pas lagi duduk di tepi lapangan. Ini pasti foto curian.

Gue membaca satu-persatu tulisan yang ada di kertas-kertas itu. Gue menemukan salah tulisan yang berhasil membuat gue tambah terluka.

Nk, apa lo tahu kalau gue terluka? Apa lo tahu kalau gue sakit? Hm, pastinya lo gak tahu. Lo aja sama sekali gak percaya kalau perasaan gue serius meskipun berkali-kali gue buktiin. Tapi, gue gak marah. Gue gak kecewa. Gue justru seneng karena dengan kecuekan lo, gue jadi lupa sama rasa sakit yang gue derita.

Nk, di luar sana mungkin banyak cewek yang lebih cantik dari lo dan mau terima cinta gue. Tapi, pesona lo udah bikin gue gak bisa kemana-mana. Alay dan berlebihan sih. Tapi, itu beneran kok. Bahkan, semakin kesini gue merasa kalau lo cantik banget di mata gue.

Ah, gue cuma bisa nulis ini di kertas. Gue gak bisa ngomong langsung. Gue malu dan kaku banget buat ngomong gini. Padahal, gue suka ceplas-ceplos. Gue harap sih, di waktu mendatang lo bisa baca ini. Jangan ketawa atau jijik ya. Meskipun gue juga geli sendiri pas nulis ini. Apalah dayaku yang gak puitis :(

Surat itu gue pandangi. Keinginan Mungga sudah terwujud karena suratnya udah gue baca. Tapi, kenapa gue baca pas lo udah gak ada, Mung?

Gue ambil kertas yang berisi foto gue lagi. Di bawahnya ada tanggal pengambilan foto. Ada tulisan di baliknya. Gue baca lagi.

Terima kasih karena ada di dunia ini. Tuhan baik banget karena izinin gue ketemu lo. Tetap bahagia, sehat, dan berprestasi. Maaf karena gue selalu rusuhin lo. Gue cinta sama lo, serius.

Kotak itu gue tutup. Gue peluk kotak punya Mungga. Rasanya pedih banget. Gue pengin punya waktu lebih lama lagi bersama Mungga. Tapi, gue bisa apa kalau Tuhan udah berkehendak?

Muhammad Munggaran Meldrat, cowok manis berkulit sawo matang yang memiliki banyak tingkah itu telah pergi selamanya dari hidup gue. Dia meninggalkan banyak kenangan dan juga luka. Kepergiannya tak luput menyisakkan penyesalan terdalam untuk gue. Ya, menyesal karena selama ini gue menganggap Mungga gak pernah serius mencintai. Padahal faktanya, Mungga tulus kasih cintanya.

Dari sini gue belajar bahwa kita sebagai manusia tidak boleh membenci sesamanya seburuk apapun manusia lain. Gue juga belajar untuk lebih menghargai usaha seorang cowok untuk menunjukkan rasa cintanya. Karena pada dasarnya penyesalan itu pasti selalu ada di setiap akhir perbuatan buruk yang pernah kita lakukan.

"Mungga, gue cinta sama lo. Makasih karena lo udah kasih ketulusan cinta lo ke gue sebelum pergi. Semoga lo tenang. Lo gak perlu khawatir. Luka gue pasti sembuh seiring berjalannya waktu."

Terima kasih untuk yang sudah membaca hingga akhir. Akhirnya, cerita ini punya ending. 3 tahun digantung rasanya beban sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang