Slide 6

4 0 0
                                    

Di perjalanan kami hanya diam membisu, hanya riuhnya suara jangkrik dan hembusan angin kencang yang menemani. Selang beberapa kemudian kami sampai di Rumah Sakit Nusa Bangsa, Rumah sakit yang paling terdekat dari rumah kami walaupun memakan waktu 30 menit untuk sampai kesana.

"Ayo nduk turunnya pelan pelan ya" Ajak nenek sambil menuntunku sedangkan kakek sibuk memarkir honda Accord berwana putih itu

Pemandangan yang selalu aku lihat di rumah sakit, kursi tunggu yang diperebutkan pasien untuk menunggu antrean panggilan. Aku duduk disamping nenek kemudian kakek menyusul dan segera mendaftarkan namaku. Kulihat disana ada seorang perempuan yang sedang menggendong bayi dan seorang laki laki yang sedang menenangkan tangisan bayi mungil itu, sempat aku tertegun betapa senangnya jika aku yang ada di posisi anak itu, ditemani ayah dan ibunya. Tak berhenti aku menatap pemandangan tersebut sampai akhirnya air mataku tak bisa lagi ku bendung, dibenakku bertanya dimana sekarang orang tuaku, sedang apa beliau, sudah makan kah atau belum, tinggal dimana sekarang, apakah nyaman tempat tidurnya? Ya Allah tak bisa menahan perih rasa rindu terhadap beliau, aku hanya gadis bisu yang mengharapkan ibu bapakku pulang dan kembali seperti dulu. Lamunanku ambyar saat nenek menepuk pundakku dan mengajakku masuk karena sudah gilaranku.

" Nduk ayo kita masuk, lho kenapa basah gitu pipinya? "  Ucap nenek sambil mengusap air mataku

" Ngga nek, Dea ga apa apa " Jawabku lirih berusaha terseyum

" Bagaimana pak keadaan cucu saya? "Tanya nenek khawatir

" Ini cuma luka ringan saja nek,saran saya jangan menyentuh air dulu sampai bener bener kering" Ujarnya

" Begitu ya pak dokter, saya usahakan nanti" Balas nenek

" Ini saya kasih obatnya diminum 2 kali sehari dan salepnya 3 kali sehari. Untuk salepnya bisa di tebus di apotik nanti ya nek" Ucapnya sambil tersenyum

"Baik pak untuk obatnya brapa ini harganya? " Tanya nenek sambil mengeluarkan uang dari tas rantai berwarna silver itu

" Seikhlasnya saja nek" Ucapnya sambil cengengesan

"Lho Pak rugi lah nanti" Timpal nenek

" Gada yang rugi selama kita masih berbuat baik pada orang lain, yakan dik? " Ucapnya yang membuat aku tersentak

" Ya... Ya... Ppaak.. " Jawabku mengangguk cepat sambil tersenyum

" Masha Allah idaman calon suami nih, uda cakep baik hati pula" Ujar nenek sambil menatap wajahku yang membuat aku sangat malu

" Nenek..... " Balas aku sambil meremas bajunya dan melotot

"Wahhh nenek nih bisa saja membuat saya terbang, saya lakukan ini karena memang saya ikhlas untuk membantu,jadi saya tarik tarif seikhlasnya saja nenek" Jelasnya dengan senyum tipis

" Yasudah dok kami permisi dulu, masih banyak pasien yang menunggu diluar, terimakasih banyak semoga Tuhan membalas kebaikan pak dokter" Ucap nenek sambil tersenyum ramah

" Silahkan nek, terimakasih juga sudah mau berlangganan disini" Ucapnya sambil mengatupkan kedua tangan putihnya itu

"Mari dok, Assalamu'alaikum" Ucap nenek sambil mengajakku

"Inggih nek, Wa'alaikumussalam  Warahmatullahi Wabarakatuh" Balasnya sambil tersenyum

Mencari Senja Yang Telah HilangWhere stories live. Discover now