Lambat laun-- yang entah dari mana tiba-tiba Jimin mendengar kabar bahwa gadis yang pernah dekat dengannya di tampar habis oleh gadis tempramen macam Choi Ara dengan alasan yang tak masuk di akal.

Segala macam isu buruk tentang Ara sudah ia ketahui. Namun, semua orang tidak bisa menentang tentang kelakuan buruk Ara karena ia memiliki kecantikan yang bisa menutupi keburukannya dan sedikit berkuasa di kampus ini.

Bukan berarti Jimin tak berani menentang, hanya saja ia terlalu malas untuk bertindak yang berurusan dengan mantan kekasihnya itu. Meskipun sebenarnya ia juga masih sering memandangi tubuh indah Ara yang bagaikan biola itu dengan mata mesumnya ketika mereka tak sengaja bertemu seperti tadi di kantin ini.

Tapi, agaknya kali ini ia tidak bisa tinggal diam. Apa yang baru saja Taehyung ucapkan itu, benar. Ia tak bisa terus-menerus diam seolah tak peduli dengan kelakuan mantan kekasihnya itu yang merugikan banyak pihak. Terlebih perlakuan Ara kepada gadis lugu nan polos seperti Hani, Jimin tidak akan tinggal diam untuk yang satu ini.

🌿

"Iya Hyumi, iya," Hani kini berada di kosannya sembari melakukan obrolan di ponsel dengan sahabatnya.

"Iya, Hyumi. Hani dengar, kok."

.....

"Iya, Hyumi. Tolong pelankan suara Hyumi. Telinga Hani sakit sekali menderangnya."

.....

"Heumm..., Hani akan istirahat setelah ini."

Kemudian panggilan telepon itu terputus setelah keduanya sepakat untuk menyudahi obrolan.

Hani menatap telapak tangannya yang sudah dibungkus dengan perban. Ia mendapatkan beberapa jahitan pada lukanya dan untungnya luka lain yang ada di lututnya tidak terlalu parah seperti telapak tangannya itu.

Sekarang memang belum waktu jam tidurnya Hani, tapi malam ini ia ingin tidur lebih cepat dari biasanya. Namun keputusannya untuk tidur lebih cepat itu harus gagal karena bunyi nyaring ketukan dari pintu kamar kosnya.

"Jimin?" Hani terkejut dengan kehadiran Jimin yang tiba-tiba datang ke kosannya.

Jimin tersenyum tulus kali ini. Tidak seperti biasanya yang tersenyum setan atau tersenyum penuh kemesuman.

"Boleh aku masuk?" Hani mengangguk dan langsung mempersilahkan Jimin masuk ke dalam kosannya.

Ini pertama kalinya bagi Jimin masuk ke dalam kosan Hani. Selama ini, ia selalu mengantarkan Hani sampai pintu gerbang area kosan jika sesekali mereka pulang bersama.

Suasana kosan yang Hani tempati cukup luas dibanding kosan yang ia tempati. Terdapat satu kamar tidur yang di dalamnya menyatu dengan kamar mandi, satu ruang tamu sekaligus ruang santai, kamar mandi luar dan dapur.

Ini sih bukan kosan tapi lebih cocok di katakan sebuah apartemen kecil nan minimalis. Pikir Jimin begitu.

"Silahkan duduk." Hani mempersilahkan Jimin duduk di sofa berwarna pink itu. "Jimin mau minum apa?" Lanjutnya sembari melangkah pelan karena lututnya masih terasa ngilu.

"Tidak usah, Hani."

"Mau minum apa?" Hani kembali mengulang pertanyaan yang sama. Jimin tak bisa menolak sebab Jimin merasakan hawa menyeramkan Hani saat ini.

Love Story 1 (PJM) ✅Where stories live. Discover now