1

809 63 7
                                    

"Kallista, kesini sebentar?" Kakek memanggilku dari ruang kerjanya

Saat ini aku sedang duduk di salah satu furnitur mewah kami di ruang tamu tepat di luar ruang kerja kakek sambil membaca buku. Hari ini adalah buku Dark Arts (Ilmu Hitam).

Keluarga kami, Emrys, tidak pernah menghindar dari topik seperti itu. Kami percaya bahwa tidak semua Dark Magic itu buruk. Kamu hanya perlu memiliki pemikiran yang terbuka dalam memahami cara kerjanya.

"Kallista?" Kakek memanggil lagi dengan suara yang terdengar kurang sabar.

Aku segera menyelesaikan halaman buku yang sedang aku baca dan menutup buku tua bersampul kulit. "Coming, Grandfather". Aku menempatkan buku di samping meja, aku berdiri, menegakkan punggung, siap seperti bagaimana seharusnya seorang pure blood -seperti ibuku- dan membersihkan gaunku yang sudah rapi.

Ruang kerja kakek ku sangat murni dan kuno dengan era Victoria yang kaya. Rak buku dari kayu gelap dan dari lantai sampai ke langit-langit diisi dengan buku-buku bersampul kulit yang terlihat lebih tua dari kakek.

Itu mengartikan sesuatu mengingat kakek seperti berusia seratus tahun.

Aku mengetuk untuk memastikan aku masih mengingat sopan santunku. Kakek mendongak dari pekerjaannya, lalu tersenyum kecil di wajahnya.

"Duduk, my little one. Banyak yang harus kita bicarakan". Kakek dan aku adalah yang terakhir dari Keluarga Emrys. Keluarga penyihir pure blood -darah murni- yang sangat kuat dan berkuasa. Emrys' dikenal sebagai keturunan Merlin sendiri. Bahkan- foto Merlin saat ini sedang menatap kakek dan aku tepat pada saat ini. "Bagaimana kabarmu dengan bacaanmu?".

Aku duduk di salah satu furnitur kulit gelap yang kakek miliki di seberang meja kayu eboninya yang besar. "Setengah jalan". Giliranku untuk memberikan senyuman.

Seminggu sekali selama aku bisa membaca, kakek akan memberikan sebuah buku dari koleksinya. Pada akhir minggu, kakek akan menguji aku mengenai buku tersebut. Kakek selalu mengatakan bahwa pengetahuan dan kebijaksanaan adalah salah satu harta sejati kehidupan. "Apakah bahasa Latin sulit bagimu?" Dia bertanya menggoda.

Aku menahan keinginan untuk memutar bola mataku seperti yang akan kulakukan jika aku sedang menggoda dan bercanda oleh Blaise Zabini atau Draco Malfoy. "Tidak pernah. Aku diajari oleh yang terbaik".

Kakek memberiku seringai lebarnya. Lalu seekor burung hantu terbang masuk dari jendela yang terbuka dan menjatuhkan sebuah surat ke tanganku. "Ah, tepat pada waktunya".

Aku menunduk ke pangkuanku, tanganku menggenggam surat itu. Jelas itu bukan surat dari Daphne Grengrass yang memberitahuku tentang liburan musim panasnya di sebuah pulau eksotis, juga bukan surat dari Blaise Zabini tentang perjalanannya ke Italia.

"Bukalah, little one". Kakek memberitahuku dnegan senyum yang menyemangati.

Aku membalas senyuman itu dengan mengetahui dengan baik dari segel merah bahwa surat ini adalah surat penerimaanku ke Hogwarts.

-

Ternyata surat itu dari Hogwarts dan bukan surat dari Draco yang sedang aku tunggu balasannya tentang petualangan kita selanjutnya ke Diagon Alley untuk mendapatkan sapu terbang baru.

Aku tidak perlu menunggu lama karena tidak sampai satu menit setelah aku membuka dan menceritakan tentang surat penerimaanku kepada Kakek, Draco Malfoy datang dengan bubuk floo ke Manor kami dengan ibunya tepat di sampingnya.

"Kally!" Kami mendengarnya berteriak dari ruang tamu kami.

Kakek menggelengkan kepalanya karena hal ini. Senyum tertahan di bibirnya. Aku dan Kakek pun keluar dari ruang kerja saat kami mendengar Narcissa Malfoy menyuruh Draco untuk diam.

"Aku benar-benar minta maaf Tuan Emrys karena datang tanpa pemberitahuan. Draco baru saja menerima suratnya dari Hogwarts dan tidak sabar untuk memberitahu Kallista." kata Mrs. Malfoy tampak malu. Lagipula, tidak banyak yang bisa datang begitu saja ke Emrys Manor, ke rumah dari Kal Emrys.

Kakek mengangkat tangan. "Please, Narcissa, panggil aku Kal. Aku senang kalian berdua di sini. Kallista juga baru saja menerima suratnya dan aku yakin dia baru saja akan menjemput Draco."

Aku benar-benar baru saja akan menjemput dia. Aku memberi Draco seringai lebar yang dia ikuti sebelum berdiri di sampingku dan meraih tanganku.

Narcissa tersenyum melihat kami. Dia membungkuk dan memberiku ciuman di pipi. "Oh Kallista, kamu tumbuh semakin cantik setiap harinya."

Aku tidak bisa menahan rona merah yang menodai pipiku saat mendengar pernyataan itu. Tidak setiap hari seorang Narcissa Malfoy memuji orang lain.

Keluarga Malfoy adalah teman dekat dari keluarga Emrys. Selama yang bisa kuingat, Draco dan aku sudah berteman. Aku bisa katakan bahwa kami dipaksa menjalin persahabatan, tetapi sebenarnya sejak lahir kami langsung cocok.

Kami juga mempunya teman lainnnya. Sebagian besar dari komunitas pure blood. Contohnya Daphne Greengrass, sahabatku. Sahabat terbaik lainnya, Blaise Zabini, ibunya dan ibuku adalah teman baik. Mereka benar-benar tidak dapat dipisahkan ketika ibuku masih hidup. Sekarang ibu dari Blaise berperan sebagai ibuku. Kemudian Theodore Nott, teman terbaik Draco.

"Draco, aku hampir tidak mengenalimu. Apakah kamu yakin baru berumur sebelas tahun? Aku hampir mengira kamu adalah Lucius." Mendengar kata-kata Kal Emrys yang hebat, Draco hampir terlihat membusungkan dadanya dengan bangga.

Narcissa terlihat berseri-seri saat Draco meletakkan tangan di bahunya, tangan satunya membelai pipiku.

"Sekarang, mari kita tinggalkan mereka mengobrol berdua, apakah kau mau teh, Narcissa?" Kakek menawarkan ke ruang tamu tempat peri rumah meletakkan biskuit dan teh di atas meja kaca kecil.

Draco dan aku saling memandang sebelum bergegas keluar dari ruang tamu ke taman indoor tempat kami biasanya pergi ketika dia berkunjung.

Bergandengan tangan, kami berlari ke kursi yang kami suka sambil tertawa.

Ketika kami sampai di tempat kami, sudah ada bermacam-macam sandwich dan manisan di atas meja bersama dengan jus buah.

Akhirnya kami duduk dan mengunyah makanan ringan kami, sopan santun tentu tidak pernah terlupakan, Draco merogoh sakunya dan memberikanku surat penerimaan Hogwarts nya.

Aku memberikan surat milikku dan kami berdua tersenyum. "Oh Draco, ini luar biasa! kita akan pergi ke sekolah bersama."

Dia mengangguk setuju. "Aku tidak sabar. It's gonna be brilliant"

"Jangan khawatir Draco, aku akan menyukaimu bahkan jika kamu masuk ke dalam Hufflepuff." Aku bercanda sambil menggigit sandwichku.

Draco mengerutkan wajahnya dengan jijik. "Tidak peduli walau kau menyukaiku, aku akan keluar dari Hogwarts jika aku masuk ke sana."

"Bagaimana jika aku masuk ke dalam Hufflepuff?" Aku cemberut dan melihat ke bawah pangkuanku berpura-pura bahwa aku terluka.

Draco tertawa keras dan hampir memukul meja selama tertawa. "Kau adalah seorang Emrys dan kau tidak cukup baik."

Aku kaget. "Apa maksudmu aku tidak cukup baik? Aku jauh lebih baik darimu, Draco Malfoy!"

"Agar adil, aku pikir semua orang lebih baik daripada diriku." Draco berkata sambil mengangkat bahu. "Tapi jika kamu benar-benar masuk dan menjadi seorang Puff- aku pasti akan tetap menyukaimu."

"Well, kita adalah teman selamanya." Aku memberitahu apa adanya.

"Tentu saja, tanpa ada keraguan. Malfoy-Emrys all the way." Dia mengatakan dengan setuju.

The Slytherin Royals (Para Bangsawan Slytherin)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें