"Terus gue harus gimana?"

"Emang hubungan kalian apa?"

"Ya masih deket sih"

"Belum ada ikatan pacaran?"

"Belum"

"Ya Allah Alam, lo tololnya kebangetan dah"

"Kalo jaman sekarang nih ye, lo kategori fuck boy yang suka ghosting tau?"

"Ya gue bingung cara ngomongnya gimana buat ajak pacaran, kan gue gak jago begituan, takut dia ilfeel"

"Lam lam, parah lo. Otak pinter tapi masalah perasaan noob"

"Sialan lo, jangan ngomel mulu deh lo, kasih gue saran harus ngapain"

"Ya sono temuin dia terus minta maaf, kalo mau jalin hubungan sama dia ya lo harus ngerti perasannya. Hubungan itu lam yang jalanin 2 orang, bukan seorang. Kalo lo jalin hubungan semau lo, ya pacaran sama diri sendiri aja. Jadi perlu didiskuiskan harus gimana biar dua duanya nyaman"

"Iya iya elah"

"Lam lam masa masalah gini lo harus les privat ke gua"

"Diem"

***

Setiap hari nomer yang sama mengirim pesan dan menelfon nomor Bintang, hatinya cukup kuat untuk menahan agar tidak membalasnya. Tiap hari Senin Bintang ke perpus dan cafe, kini tak lagi. Karna waktu itu saat di perpustakaan, ibu penjaga bilang ada yang mencarinya. Dan waktu ke cafe terdapat Alam yang sedang duduk di tempat yang biasa ia duduki. Akhirnya semenjak itu ia memutuskan tidak mengunjungi perpustakaan dan cafe untuk sementara agar tidak bertemu dengan Alam.

Terkadang Bintang berfikir, apakah ia yang egois karna tak bisa memahami Alam? Apa ia kurang sabar lagi menghadapi manusia kaku satu itu? kenapa saat ini seolah Alam sangat membutuhkannya sampai mencari ke tempat yang biasa ia kunjungi. 

Bintang menghela nafas, ia meminggirkan motornya untuk membeli ice cream coklat. Ya tiada lagi yang bisa mengembalikkan mood kecuali ice cream coklat. setelah membelinya, ia makan di depan supermarket sambil melihat kendaraan lewat.

"Bintang?" ia menoleh kesumber suara, teryata itu Buana.

"Eh Bumi, ngapain?"

"Menurutmu ke supermarket ngapain?"

"Gak tau basa-basi nih orang"

"Ahaha bercanda kali. Sendiran aja?" Buana duduk di sebelah Bintang.

" Iya, nih makan ini" sambil mengangkat ice cremanya. "Mau? beli sana"

"Harusnya sekalian ditraktir dong"

"Iya kapan-kapan aja deh. Oh ya aku mau nanya deh"

"Kalo bisa jawab dapet apa nih?"

"Yeee ini bukan quiz di tv kali"

"Hahah iya deh, apaan?"

"Kenapa cowok tuh suka banget datang dan pergi?" 

"Hmm banyak si"

"Apanya?"

"Ya penyebabnya. Kamu udah punya pacar emang?"

"Belum si"

"Oh syukurlah"

"Kenapa?"

"Oh engga haha. Menurutku cowok yang suka datang dan pergi itu di satu sisi dia nyaman dan juga bosan. Ya jadi dia lagi butuh kamu, dia datang karna mungkin kamu bisa menghibur. Tapi kalo udah bosen sama keadaan dia pergi"

"Wah kurang ajar ya"

"Iya memang haha, tapi di satu sisi dia juga gak mau kamu hilang, karna kamu tempat saat dia butuh hiburan"

"Iya gak ada juga yang mau dalam posisi abis dibuat seneng terus tiba-tiba dia ngilang"

"Tapi Bintang, kamu jangan langsung menyimpulkan atas pikiranmu sendiri. Karna pemikiranmu bisa saja berbeda dengan apa yang dia lakukan. Kamu gak bakal paham jika tak tau sendiri dari mulutnya. Jadi lebih baik temui dia dan minta penjelasannya"

"Iya sih, gak tau aku ngerasa udah capek aja gitu sama kelakuannya. Waktu itu aku marah dan bilang tidak akan menemuinya lagi. Tapi aku pernah menemui dia sedang mencariku ke tempat yang biasa aku datangi, dan tiap hari dia menghubungiku"

"Iya memang, seseorang akan merasa menyesal ketika sudah ditinggalkan"

Drrtt... ddrrtt...

Ponsel Bintang bergetar, ia melihat nama siapa yang tertera disana. "Kenapa gak diangkat?"

"Dia yang lagi kita bicarakan saat ini" mereka berdua tidak tahu bahwa ada seseorang yang sedang melihat mereka dengan kepala yang panas menahan kesal, atau karna cemburu? Iya, siapa lagi kalau bukan Alam.


Aku Bukan RumahWhere stories live. Discover now