Paris

576 63 1
                                    

Jam 11 di Paris.

Yunxi masih bermalas-malasan, enggan bangun walaupun hanya sekedar untuk mengganti piyamanya dengan pakaian santai.

Ia berbaring diatas sofa empuk, kepalanya berbantalkan paha Feiyu, dan di dadanya ada Berry yang juga sedang bermalas-malasan―tertidur dengan nyenyak tanpa terganggu sama sekali.

"Ini sudah hampir tengah hari. Kau tidak ingin mandi?"

Yunxi menggelengkan kepala dengan mata terpejam. "Ijinkan aku menjadi malas untuk sehari ini saja, Arthur." Katanya. "Aku masih lelah dan sedikit sakit kepala."

Feiyu tersenyum maklum. Perjalanan dari Shanghai ke Paris itu tidaklah dekat dan pasangannya itu pasti sangat lelah―apalagi semalam Feiyu menyerangnya dengan alasan 'rindu'.

Tangan Feiyu bergerak, mengusap kepala berambut hitam milik lelaki yang berbaring di pangkuannya.

"Oh ya, Arthur..." Sepasang mata Yunxi terbuka, menatap Feiyu dari posisi berbaringnya. "...jam berapa kau akan pergi?"

Yang diberi pertanyaan berpikir sejenak, mencoba mengingat jadwalnya hari ini. "Jam 4, kurasa." Ia menjawab sedikit tidak yakin. "Tapi aku ingin sedikit terlambat."

"Kenapa?"

"Karena disini ada dirimu dan aku tidak ingin meninggalkanmu terlalu lama."

Yunxi berdecak hingga tubuhnya sedikit berguncang dan menyebabkan Berry agak terganggu kemudian menggonggong kecil. "Jangan macam-macam, Arthur."

Feiyu mengedikkan bahu. "Salah siapa kau tidak ikut denganku."

"Bukan tidak ikut, hey... aku hanya tidak bisa―kau tahu sendiri aku tidak di undang, dan jika aku ikut denganmu kesana, kau akan tahu seberapa heboh media dan orang-orang diluar sana nantinya."

Yang lebih muda merengut setelah membuang napas panjang. Kepalanya menunduk dan memberikan ciuman di dahi Yunxi yang halus seperti bayi. "Baiklah, aku mengerti."

Yunxi terkekeh pelan. "Aku akan memasak makan siang dan juga menyiapkan pakaian untukmu. Kau ingin makan apa?"

"Apa saja, aku bisa memakan semua makanan yang kau buat untukku."

Yunxi tertawa kecil mendengarnya. Dengan kedua tangan, ia mengangkat Berry yang tidur di dadanya. Kemudian, ia juga bangun dari posisinya dan duduk bersisian dengan Feiyu―menyandarkan kepala di bahu lebar pasangannya.

"Arthur, maafkan aku kalau kita masih harus menyembunyikan hubungan ini. Aku―hanya belum siap." Ucapnya lirih. Yunxi tidak berani menatap Feiyu, namun hanya fokus pada Berry yang menggeliat di tangannya.

Untuk beberapa detik hening, Feiyu belum menjawab apapun membuat Yunxi sedikit gusar. Namun, ketika tangan Feiyu bergerak untuk membawa tubuh Yunxi semakin mendekat pada dirinya, masuk dalam dekapannya, Yunxi merasa ia begitu lega.

Terlebih ketika ia mendengar Feiyu berkata, "Tidak apa, Baobei... tidak apa... aku mengerti." sambil mengecup kepalanya, membuat Yunxi begitu bahagia memiliki seorang Chen Feiyu dalam hidupnya.

.

.

.

Berry―anjing kecil ras Cihuahua yang di pelihara Feiyu itu terus mengikuti kemanapun kaki Yunxi melangkah. Anjing itu tidak bisa diam, jika Yunxi mengabaikannya maka ia akan menggonggong dan terus melompat-lompat.

"Oke, Berry, diam sebentar, oke? Aku sedang mencari pakaian terbaik untuk papamu."

Selepas makan siang, akhirnya Yunxi memilih untuk mandi dan berganti pakaian menjadi lebih santai dengan celana pendek berwarna putih serta kaus hijau tua sebagai atasan. Karena hampir jam 3, akhirnya Yunxi menyuruh Feiyu untuk mandi juga sementara dirinya memilihkan pakaian yang akan dikenakan Feiyu ke sebuah acara seperti yang di janjikannya.

Kakinya yang kurus berjalan mondar-mandir di walk-in-closet milik Feiyu, matanya menelusur setiap pakaian yang tergantung rapi disana. Tangannya juga bergerak, memadu-padankan beberapa pasang pakaian untuk Feiyu.

Guk! Guk!

"Kau suka pakaian ini, Berry?" Yunxi memperlihatkan satu pasang pakaian yang baru saja di pilihnya pada Berry―itu adalah celana bahan berwarna hitam, kemeja putih, dan juga jas yang memiliki warna senada dengan celananya.

Guk!

Yunxi tertawa. "Baiklah, papamu akan sempurna menggunakan ini." Ujarnya, menggantung setelan itu di sebuah gantungan yang ada disana.

Selanjutnya, Yunxi juga memilihkan Feiyu sepatu, ikat pinggang, serta aksesoris lainnya yang masih berada di ruangan yang sama. Yunxi begitu teliti, mencoba untuk mencocokan semuanya dengan setelan pakaian tadi.

Hingga sepasang tangan yang memeluknya dari belakang menghentikan kegiatan Yunxi yang sedikit terlonjak.

"Arthur! Aku kaget!" Keluhnya, napasnya kembang kempis, benar-benar kaget sepertinya.

Feiyu tertawa, kemudian mengecup leher Yunxi yang terbuka. "Kau hanya terlalu fokus sampai tidak sadar kalau aku sudah di belakangmu."

Yunxi mendengus, merasakan dingin di lehernya, bibir Feiyu masih basah ketika menciumnya ternyata. Ia berbalik, menatap Feiyu yang baru saja selesai mandi. Rambutnya setengah basah dan handuknya menutupi pinggang hingga lutut―rasanya telinga Yunxi memerah ketika melihat otot-otot tubuh Feiyu.

Lelaki jangkung itu menatap dalam sepasang mata cantik milik Yunxi sementara kedua tangannya masih melingkar di pinggang ramping pasangannya.

"Xi-ge..."

"Uhm?"

"Bisakah aku tidak pergi ke acara itu dan menghabiskan waktu denganmu disini saja?"

Yunxi tergelak. "Jangan mengada-ada, Arthur." Ucapnya. "Ini Paris Fashion Week―aku tahu kau tidak akan melewatkannya."

"Tapi aku masih merindukanmu. Satu bulan tidak bertemu, dan ketika kau disini, aku malah harus pergi."

"Kau tidak pergi seharian, Arthur. Nanti malam juga sudah pulang, kan?" Yunxi mengalungkan tangan di leher yang lebih muda. "Dan aku masih seminggu lagi disini. Jadi, jangan mengeluh, oke?"

Sedikit berjinjit, Yunxi meraih bibir Feiyu untuk ia berikan satu kecupan manis.

"Dan untuk acaramu hari ini, aku akan melihatmu di tv."

Senyum Feiyu mengembang, membawa Yunxi ke dalam pelukannya dengan erat. Ia bahagia―sangat bahagia memiliki Yunxi. Hanya mereka berdua, orang lain tidak perlu mengetahuinya.

Guk! Guk!

Berry menggonggong dengan begitu cerewet, mengganggu papa dan ayahnya yang sedang bermesraan sampai pelukan mereka terlepas.

Feiyu mendengus, sementara Yunxi tertawa ringan sambil berjongkok untuk mengangkat Berry.

"Seharusnya aku menitipkan Berry di tempat penitipan hewan saat kau disini. Mengganggu sekali." Feiyu berdecak. Namun, walaupun mulutnya berkata seperti itu, Feiyu menggerakkan tangannya untuk mengelus bulu-bulu halus Berry yang sedang berada dalam dekapan Yunxi.

"Wah, papamu jahat sekali, Berry." Yunxi tertawa, mengecupi sang Cihuahua dengan gemas. "Baiklah, ayo biarkan papamu berpakaian dan kita akan menunggu diluar."

Baru saja Yunxi mengambil satu langkah untuk meninggalkan walk-in-closet dan membiarkan Feiyu mengenakan pakaiannya, sebuah tangan menahannya. Itu Feiyu... menatapnya dengan senyuman terbaik.

"Arthur―"

"Aku mencintaimu, Xi-ge." Ia berkata lembut nan tulus, mencium puncak kepala Yunxi yang seketika terdiam tak bergerak. "Papa juga mencintaimu, Berry." Lalu, beralih pada Berry yang langsung menggonggong senang.

LOVE STORY • FeiYunxiWhere stories live. Discover now