11, -sebuah perbincangan kita.

431 74 20
                                    

RANGGA menggigil di kos Arjuna. Secangkir teh hangat jadi pendamping.

Mereka kabur dengan linangan air mata dan setumpuk dosa dari Ayah.

"Ayah tau ini di mana?" tanya Rangga.

Arjuna menggeleng, lekas kembali mengobati Rangga.

Hatinya sakit.

Sakit sekali melihat Rangga yang serapuh ini. Arjuna ingin tukar tempat jika diperbolehkan.

"Kak Rangga ... Adek mau ngomong."

Membuka kelopak matanya untuk melihat dunianya, Rangga tersenyum kecil. Ditariknya kepala Arjuna ke dekapan Rangga; saling berbagi kasih dan sedih.

"Kenapa Kakak bisa kayak gini? Ada Aulia Kak."

Mata Arjuna basah.

"Aku ... Aku enggak ada apa-apanya dibandingin dia," tangan Arjuna memukul dada Rangga. Tak bertenaga.

Rangga masih diam mendengarkan.

"Kakak ... Maafin Arjuna."

Menangkup sisian pipi Arjuna seperti Ayah, Rangga bertanya, "Maaf untuk?"

Mata bulat Arjuna buram untuk melihat Rangga; buram untuk melihat cinta kasihnya.

Suara Arjuna lirih mengungkapkan, "Aku enggak bisa jadi kayak Kakak."

Setelahnya Rangga memeluk Arjuna dengan kuat.

Arjuna paham beban Rangga berat. Tapi kenyataannya, Arjuna sendiri tak sanggup menopang beban sang Kakak.

Berbeda dengan Rangga yang sudah mati rasa namun rasa untuk Arjuna tak pernah mati. Bibir tipisnya beri kecupan untuk Arjuna.

Arjuna menggeleng.

"Tolong jangan minta Arjuna buat ngerasain perasaan ini Kak."

"Aku nggak pernah minta. Apalagi semesta."

Malam ini Rangga lepaskan cintanya akan agama dan norma. Rangga janjikan apa ke Tuhan hingga ia berani ambil Arjuna?

—𝐞𝐧𝐝.
















hewoo~? makasih udah mau baca 🦋

rencananya aku mau buat cerita ini versi 2 nya dengan judul :
Bogor dan Ceritanya

nah disitu cerita Rangga sama Arjuna lebih lengkap dari ini. kira" kalau aku bikin, kalian mau baca ndak? 🥺

Kanca? | Joonghwa [✔]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant