28. Hole

2.2K 416 73
                                    

Jawa Tengah | 26 Juli 2021
By : GwenXylona

-Hole-

Jeno termenung di kamarnya, sebelumnya dia tidak pernah menyangka jika ayahnya meninggal karena obatnya ditukar oleh oknum yang sangat tidak berperi kemanusiaan, berkali-kali Bang Mark mengatakan kepadanya jika 'Papa sakit, Jeno' dan tidak pernah satu kali pun ia gagas. Sudah lama memang, tapi akhir-akhir ini Jeno merasa jika kematian ayahnya harus dipertanggung jawabkan.

Menutup matanya sejenak, mengingat kalimat Hyunjin yang berkata kalau ada kunci tersembunyi dirumah ini yang harus segera ditemukan, sebab hanya tinggal hitungan hari mereka akan diusir dari sini kan? Masalahnya, dimana mereka akan mencari letak kunci yang bahkan bentukannya saja mereka tidak tahu.

"Ah anjing ini kisah gue dari awal kabur sampai sekarang kalau ditulis novel pasti jadi ratusan halaman"

"WOY JENO JAEMIN TURUN MAKAN"

Jeno nyaris terjembab saat suara Renjun menggema, jangan pernah sepelekan suara Renjun yang masyaallah banget bergemontang kayak bedug masjid kalau udah teriak seperti itu. Meski begitu Jeno tetap beranjak dari duduknya, mematikan layar komputer yang sedari tadi hanya menyalakan layar beranda saja untuk turun ke bawah makan malam. Jeno masih dengan tenang berjalan saat tiba-tiba dari arah kamar tamu yang tidak pernah digunakan itu ada suara, dia memicing, takut sih sebenarnya, namun dia justru mendekati pintu itu.

Kamar tamu yang tidak pernah di kunci, Jeno membukanya perlahan hanya untuk dibuat jantungan saat seekor kucing, bukan Totong yang pasti karena Totong ia pelihara di halaman belakang, di rumah-rumahan anjing yang Jaehyun belikan dulu. "Woy kucing buriq ngapain disini elah, sono syu-syu" usirnya, kucing itu berlari kearah balkon dan melompat turun dengan epik. Jeno sendiri juga harus turun sebelum suara Renjun kembali menggema.

Saat ditengah tangga, dapat Jeno lihat disana Renjun sedang mencoba meraih sesuatu ditempat yang tidak bisa dirinya jangkau, sahabatnya itu sedikit berjinjit kemudian melompat lucu, namun perjuangannya gagal, ia tetap gagal meraihnya.

Jeno membiarkan saja, malah menonton dengan epik ditangga. Sampai akhirnya Renjun meyerah, ia mendengus "Ini orang pada kemana elah---JAEMIN, JENO---"

"DIAM BANGSAT BERISIK JANGAN TERIAK-TERIAK!"

"LO JUGA ANJING"

"LO DULUAN YANG MULAI"

"BISA NGGAK SIH JANGAN PAKE URAT"

"NGACA ATUH BOS!!"

"JENO SAMA JAEMIN SURUH TU---"

"WOY SHUT UP!! Gue disini, Jaemin pergi tadi, lupa?" Jeno dengan santai melenggang duduk disamping Haechan.

Renjun diam sesaat, baru ingat kalau Jaemin nggak ada dirumah. Dia lalu duduk dihadapan Jeno. Sebenarnya makan itu tenang sih, cuma ya disertai ada suara tembak-tembakan dan umpatan tiga manusianya.

"Ini siapa yang main sih noob banget, main Pou aja sana!"

"Itu gue, mau apa lo?"

Seketika nyali Haechan ciut saat Renjun menyahut dengan nada menantang dirinya. Setelah sekian menit permainan usai, Jeno menang. Maka dari itu acara makan hikmat baru dimulai dan berakhir dengan cepat.

"Gue cuma kepikiran, kira-kira dimana kuncinya ya?"

Semua atensi beralih pada Renjun. "Opung itu orangnya pemalas, pasti disimpannya di laci atau bawah kasur atau bawah bantal." sahut Haechan.

"Sebenarnya mata gue ini bisa melihat sesuatu yang nggak bisa kalian jangkau. Contohnya kita nemu duit di laci dulu waktu Jaemin dilarikan kerumah sakit. Apa kalian se-nggak peka itu sampai nggak curiga?"

Linier [Babu Lee]Where stories live. Discover now