2 || Peliharaan Kecil

48.5K 3.4K 156
                                    

Untuk membaca cerita lengkapnya bisa buka Dreame.com ^^

Link ada di bio yaaa :D

^^^

Mulmed: Tyaga Reuel ((sanaz gabisa baca nama panjangnya Tyaga *ditabok))

------

Mata Rana hampir saja keluar dari tempatnya ketika melihat Tyaga datang bersama gadis yang tadi malam membuat ia dan Abrisam berkelahi berulang kali. Tidak seperti ia yang menarik lengan si gadis dengan susah payah agar mengikuti kemauannya, Tyga dengan santai memanggil si gadis dengan isyarat tangan agar tidak memandangi salah satu siswi. Dalam sekian detik, gadis itu mengangguk lalu berlari mendekati Tyaga. Hebat.

"Nurut banget dia sama Tyaga," decakan kagum terdengar dari bibir Pranaja.

Pandangan Isal mencari maksud pembicaraan sahabatnya. "Lo harus belajar banyak sama Tyaga buat naklukin cewek," sahutnya saat melihat Tyaga tengah berjalan bersisian dengan si gadis.

"Dibalik sikap dinginnya Tyaga, dia memang paling bisa naklukin cewek," Qori yang baru datang langsung masuk ke dalam pembicaraan mereka dan memperhatikan gerak gerik Tyaga bersama gadis itu. "Nggak inget emang gimana dengan mudahnya dia dapetin Clarabell hanya dalam waktu dua minggu?"

Pranaja mengangguk. "Gue yang ganteng gini aja susah banget dapet perhatian Clara."

"Sok ganteng," Abrisam lagi-lagi menempeleng Rana.

Rana dan Isal saling beradu makian dan jitakan kepala sampai tarik menarik makanan yang mereka beli di kantin tadi. Kedua pemuda itu memang berangkat bersama dan langsung duduk di pinggiran lapangan untuk menunggu kedatangan Qori serta Tyaga. Kalau pagi ini tidak mendung, Pranaja serta Abrisam sudah dipastikan akan mendekam di ruang kelas. Mereka lebih senang angin dingin yang berhembus sebelum hujan datang dari pada sorotan kehangatan sinar mentari.

"Tumben lama?" Qori menyapa begitu Tyaga sampai di hadapan mereka.

Tyaga melirik gadis yang mengkerut di sebelahnya. "Gue punya ekor."

Pertengkaran antara Rana dan Isal langsung berhenti. "Lo berevolusi jadi monyet?" tanya mereka berbarengan.

"Begs," Tyaga berjeda, "ekor itu maksudnya si dia nih."

"Oooh ...," Isal dan Rana seperti anak kembar.

Qori hanya bisa terkekeh geli melihat makna risih dari arah pandang Tyaga pada si gadis yang balas memandang pemuda itu dengan sorot berbinar-binar. Mungkin dia sama sekali tidak menyadari bahwa Tyaga sedang kesal? Sebenarnya juga, dia penasaran dengan gadis ini. Kenapa dia hanya mau menempel dengan Tyaga? Dia dan dua sahabatnya itu kan bukan orang jahat atau apa.

"So, kenapa lo ngajak dia ke sekolah?" tanya Isal langsung.

Tyaga mendesah pendek. "Bisa porak poranda rumah gue kalo dia ditinggal sendirian."

Dipandang bertanya dengan tiga sahabatnya memaksa dia untuk menjelaskan secara rinci. "Dia tidur di kamar tamu. Kamar yang sebelumnya rapi jadi berantakan abis. Sprei udah nggak kepasang rapi, sarung bantal juga udah bertebaran. Selimut tergeletak di lantai. Belum lagi gorden kamar yang beberapa udah lepas dari kaitannya," Tyaga mendesah berat memandangi gadis itu.

"Parah nih cewek. Gue nggak kuat nampung dia," tambahnya.

"Nyaaa ..., nyaaa?" [Nampung itu ..., apa?]

Gadis itu memiringkan wajah dengan mata membulat, memandangi Tyaga penuh pertanyaan namun hanya dibalas dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Maniiis!!!" Rana tiba-tiba histeris, membuat si gadis bersembunyi di balik tubuh Tyaga karena kaget bukan main. "Biar gue yang nampung diaaa, gue relaaa," pintanya seperti orang mabuk.

Black CatWhere stories live. Discover now