Chapter 12

1.4K 248 34
                                    

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.

Warning : Typo bertebaran !

Check this out !

.

.

.

Jaehyun kembali ke kediaman pribadi Gongmyung di Ibukota. Rumah itu sangat tenang karena Chaeyeon sudah berpamitan untuk istirahat, sepertinya Jaehyun harus minta maaf kepada sepupunya itu nanti karena sudah menyebabkan masalah untuk gadis itu. Gongmyung membaca buku di ruang tengah sambil minum kopi, yang lebih tua menyapanya singkat dan mengatakan keberadaan penghuni rumah tersebut.

Jaehyun tidak menuju ke kamar Doyoung lebih dulu namum mengetuk pintu yang ada di ujung. Itu adalah kamar Taeil, ia ingin mendiskusikan sesuatu sebelum besok bertemu dengan kedua orang tua Doyoung. Paling tidak ia ingin menjelaskan situasinya dan mendapat solusi. Jaehyun entah merasa bahwa kondisi sekarang semakin runyam.

"Masuklah," kata pemuda penghuni kamar tersebut.

Langkah Jaehyun langsung ke arah balkon kamar tersbeut karena pemiliknya ada di sana sedang menikmati angin malam. Taeil tersenyum untuk menyambutnya, namun Jaehyun tidak bisa menampakkan ekspresi tenang, ada sisi lainnya yang ketakutan. Takut dengan keadaan yang semakin rumit. Kini bukan hanya makhluk legenda saja yang mengincar mereka tapi pasukan keluarga Jung juga mengejarnya. Ia bisa merasakan keberadaan mereka, jika terus seperti ini, ia khawatir tidak akan ada yang selamat kecuali dirinya.

"Semuanya semakin runyam ya," kata Taeil sambil menikmati angin malam.

Jaehyun menghela nafas, "Aku sudah meminta jaminan keselamatan kalian dari Raja sampai Raja selanjutnya dipilih."

Taeil tersenyum, "Haruskah terulang lagi?"

Jaehyun menggeleng, kemudian menatap langit tanpa bintang. Di kota kelahirannya ia selalu bisa melihat berbagai rasi bintang ketika ia menatap langit. Entah kenapa ia merasa hatinya semakin tidak tentu. Ia juga menyentuh bekas luka penandaan dari Doyoung, kebiasaan barunya saat gugup menghadapi sesuatu.

"Menurut Hyung ada cara lain?"

"Tidak pernah terpikirkan hanya saja bagaimana kalau kalian mengakhiri ini bersama?"

Jaehyun tersenyum, "Aku tidak akan pernah bisa merenggut kehidupannya hanya karena keegoisanku. Kutukan itu berkata, jika Alpha White hidup maka Alpha Blue harus dikorbankan, jika Alpha Blue hidup maka Alpha White yang harus dikorbankan."

"Takdir sungguh kejam," bisik Taeil.

Jaehyun mengangguk, itu bukan hanya berlaku untuk dirinya atau Doyoung saja namun juga Taeil kemudian Raja Para Werewolf, sepupunya Chaeyeon, Gongmyung dan masih banyak. Jadi Jaehyun memutuskan agar dirinya saja yang dikorbankan untuk kehidupan yang lain menjadi lebih baik. Meskipun itu akan meninggalkan luka yang mendalam untuk Doyoung nanti. 

"Pengorbanan adalah kata lain dari bunuh diri bukan? Pengorbanan terdengar jauh lebih baik karena akan ada banyak pujian yang aku terima. Namun sejujurnya itu adalah sesuatu yang egois. Karena aku akan meninggalakan luka mendalam di hati Alpha White."

"Hatimu sudah memilih bukan? Aku tidak bisa menghalami lagi. Semoga berhasil Alpha Blue !"

Jaehyun melangkah pergi namun langkahnya terhenti dan berbalik ke arah Taeil. "Apa ada masa depan yang harus aku ketahui?"

Eyes of The SeaWhere stories live. Discover now