Jerome nampak mengabaikan panggilan antusiad Jena. Meski begitu Jena tetap saja memanggil. Seolah memang sudah biasa seperti itu. Jerome hanya terus menyelesaikan lukisannya itu.
Seorang wanita keluar dari sana dan menghampiri Rubet.
"Sudah datang ya pak.. jeromenya masih menyelesaikan lukisannya..mohon di tunggu sebentar ya pak"
Rubet mengangguk.
"Iya Miss.. kita akan tunggu di sana ya." Ucap Rubet
Setelah mendapatkan persetujuan dari guru Jerome. Rubet dan Jena pun menunggu Jerome di kursi tunggu.
Selama menunggu Jena terus menatap jam tangannya. Ia menunggu jamnya menunjukan angka 11.45 lalu setelah itu Ia menghitung sampai tiga.
Tepat pada hitungan ke tiga kakaknya keluar dari ruangan dengan memakai ransel yang nampak sudah lama. Wajah Jerome datar tak ada ekpresi apapun sangat berkebalikan dengan Jena yang ceria.
Bukan tak mau berekpresi, tapi mungkin jerome susah dan nyaris tak bisa melakukan itu.
"Hey jagoan... " Sapa Rubet
Jerome tak menyaut. Ia hanya mengulurkan kertas hasil lukisannya. Sungguh hasil lukisan jerome jauh dari kemampuan lukis anak lain di usianya. Lukisannya nampak sangat profesional seolah sudah cukup pantas di pasang di galeri-galeri besar.
Rubet menerima kertas bergambar itu.
"Wah.. ini bagus sekali."
Jena mengambil gambar dari tangan ayahnya.
"Wah Jena suka sekali" ucap Jena
Tetap tak ada respon apapun dari Jerome. Jerome hanya membalik tubuhnya dan berjalan pergi. Rubet juga Jena langsung mengikuti Jerome yang seolah dari sikapnya memberitahu bahwa ia ingin pulang.
Jena menyamai langkah jerome, kemudian menggandeng tangan Jerome. Jena menatap dulu wajah kakaknya. Karena tak ada reaksi apapun Jena pun tetap menggandeng sang kakak hingga ke dalam mobil.
"Kids, kita jemput mama dulu ya" ucap Rubet dan menoleh kebelakang ke arah dua anaknya.
Jena memasang sabuk pengaman begitupun dengan Jerome yang juga berusaha melakukannya meski nampak kesulitan.
Jena akan membantu. Tapi Jerome reflek menariknya.
"Aku bisa" ucapnya dengan nada datar layaknya robot.
Rubet benar-benar memperhatikan dulu. Hingga di rasa aman barulah Ia mengemudikan mobilnya.
Jerome tidak sedang marah, tidak juga sedang kesal. Ia bukan tak sopan. Ia hanya kesulitan melakukan itu. Ia spesial.
Sejak umur 2 tahun, Jerome di diagnosa menyandang spektrum autisme lebih tepatnya syndrom asperger.
Syndrom asperger adalah golongan autisme dimana penderitanya tidak dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Bedanya jika banyak golongan autisme lain yang membuat penderitanya mengalami penurunan kognitif, penyandang aspeger tidak. Mereka cerdas dan mahir berbahasa hanya saja merasa kesulitan untuk berkomunikasi juga berinteraksi.
Mereka juga kesulitan untuk berekspresi dan berada pada suatu perubahan.
Mereka menyukai sesuatu yang berulang hanya agar mereka tau mereka bisa menangani itu.
Sama seperti kebanyakan autisme lainnya penyandang Aspeger juga mengalami gangguan sensorik dan motorik. Hingga membuatnya kesulitan dalam banyak hal biasa, seperti makan dan bahkan berjalan.
🍋🍋🍋
Mereka memasuki sebuah gedung pertemuan.
Tak lama munculah Abel yang langsung mendekat pada ayah dan dua anak itu.
YOU ARE READING
Another Lemon Tree
RomanceApa kamu yakin dirimu baik-baik saja? atau hanya tidak sadar bahwa ada sosok terluka yang kau kunci didalam dirimu yang enggan untuk kau bebas kan? -Another Lemon Tree- Rank: #1 Story
Another Lemon Tree
Start from the beginning
