1 Mei 1998
Aruna tersayang,
Malam ini gelap, sayang. Amat gelap. Ragaku lelah, walau masih berisi kobaran api semangat, namun aku tetap ragu, sayang. Ragu bahwa apakah bisa kita mencapai Indonesia yang lebih baik lagi? Apakah bisa kita menggulingkan rezim ini?
Keadaan negara kita semakin kacau, Aruna. Maka dari itu, aku dan kawan-kawan (anggota Ekawira yang tersisa serta para mahasiswa dari kampus lainnya) sudah mantap dan sepakat untuk segera menjalankan aksi demonstrasi besar-besaran pada bulan ini.
Aku semakin tak perduli pada status buronku, sayang. Jiwaku penuh akan amarah pada pemerintah dan para bedebah yang ada disana. Aku sudah tak perduli pada apapun. Aku hanya ingin melakukan segala yang kubisa untuk negara.
Dari berpuluh-puluh anggota kami, banyak yang sudah terjaring aparat, Aruna. Beberapa dari mereka adalah korban "tembak di tempat"-dan itu menyulut amarahku semakin menjadi-jadi.
Aruna tersayang, kuharap pertempuran kali ini sungguh membuahkan hasil. Jauh di lubuk hati, aku sudah lelah berlari, aku mau pulang-dengan keadaan bangsa yang jauh lebih baik.
Aruna tersayang, sampai berjumpa di Indonesia yang lebih baik. Walau sesekali aku ragu bahwa aku bisa mengalami Indonesia yang berubah; Indonesia yang kita inginkan bersama-namun aku percaya, gerakan kali ini akan membuahkan hasil yang baik.
Sampai berjumpa, Aruna tersayang.
Salam sayang,
Gemintang
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Antologi Aksara Tuan
Hayran KurguKumpulan surat berisi kobaran asa pada bangsa; serta megahnya rasa rindu tuan pada gadis yang dicintanya, dari Sergio Wardhana untuk Aruna Rembulan. pjh short au - 1998
