Kepala nya menoleh ke arah sampingnya, melihat Jaemin yang sedang menatapnya datar. Tangannya bergerak mengambil permen dari tangan Jaemin dan membuka bungkus permen itu dan memasukan permen itu ke dalam mulutnya.
"Ada masalah?" Lami mengangguk, dia sedang tidak baik baik saja.
"Mau cerita?" Lami menggeleng, dia sedang tidak ingin bercerita.
"Mau ikut gua ke warung mba Kiran gak? Anak anak lagi ngumpul di sana" dia mengangguk
Jaemin berdiri menggenggam tangan lami erat, suhu tangannya sangat hangat berbeda dengan suhu tangan Jaemin dingin. Lami berjalan di belakang Jaemin, menyembunyikan wajah nya yang sembab akibat menangis.
...
"Oh hai lam? Gimana kabar lu" Mark mulai membuka suara, lami mengangguk.
Tangannya masih setia menggenggam tangan Jaemin, toh kalau itu membuatnya lebih baik kenapa tidak.
"Chan ambilin tempe mendoan di samping lu dong" pinta renjun sibuk mengunyah gado-gado.
"Lami makan nih, ada mendoan sama bumbu pecel. Buatan mba kiran gk pernah gk enak. Bisa terima pesanan juga lam, siapa tau lu ada acara keluarga atau nenek, kakek, buyut lu ultah bisa telpon mba Kiran" ucap panjang lebar haechan
"Napa jdi promosi njir"
"Hey you know -eeee..... bahasa Inggris nya mempromosikan apaan ye? ya gitu dah" Mark tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan haechan.
"MBA KIRAN! TEMPE GORENG NYA 1 LAGI"
"Ealah ahmad, nambah tempe melulu kamu bayar engga" ujar mba Kiran sang pemilik warung makan
"Yah mba Kiran begitu sama saya, catet dulu aja nanti pak Suryanto Ahmad Sholeh jaidil Akbar yang bayar mba"balasnya fokus memainkan game onlinenya
"Bapaknya sampeyan Kuwi Loh, ora sopan"
*Bapaknya kamu itu loh, gak sopan*
Mba Kiran pun masuk ke dalam dapur dan memasak tempe yang tersisa. Haechan meminum es batu yang sudah mencair di gelasnya, maklum gak mampu beli es teh lagi
Jaemin melihat lami kembali. Wajahnya masih menunduk dan tetap menggenggam tangan Jaemin erat, dia seperti di kejar oleh ketakutan.
Beranjak dari kursi dan menarik tangan lami keluar dari warung. Lami pun mengikuti arah kaki Jaemin berjalan.
Pohon. Jaemin berhenti di depan pohon besar tepat di belakang warung mba Kiran. Mengambil pensil dan kertas di saku seragamnya.
"Nih, buat 1 kalimat yang buat lu ketakutan sekarang. Tulis di kertas ini di pohon itu gua engga bakal ngintip"
Menyondorkan pensil dan kertas yang ia ambil di sakunya ke lami. Lami mengambil pensil dan kertas yang sudah di berikan Jaemin. Mulai menulis kalimat di kertas itu, melampiaskan amarah dan kesedihan yang ia pendam. Melipat kertas itu dan memberikan kertas itu ke Jaemin.
Jaemin mengambil kertas itu dan mulai menggali tanah di bawah pohon itu. Menguburkan kertas tersebut dan mencuci tangannya dengan air botol miliknya.
"Gua selalu begini kalo lgi di titik di mana gua udah gak bisa nahan amarah gua. Setelah ngelakuin ini gua jauh lebih tenang dari sebelumnya. Ganti cara lu buat ngelampiasin amarah, bukan yang kayak begini sama aja lu ngelukain diri lu sendiri. Gua emang gak tau apa masalah lu, tapi setidaknya jangan lukain tangan yang udah di ciptain sempurna sama tuhan" ucapnya panjang lebar, mengangkat tangan kiri lami yang terdapat bekas luka garis-garis
Lami mendongakkan kepalanya menatap lurus. Tatapannya kosong. Jaemin membungkukkan punggungnya, Lutut nya menyentuh tanah menunggu gadis itu naik ke punggungnya.
"Ayo gua gendong ke UKS, lu butuh istirahat. Badan lu anget" memandang punggung lebar milik Jaemin lama dan menaiki punggung Jaemin
Bangkit dari acara jongkoknya sambil menahan kaki lami. "Berat juga lu, makan batu lu ye" lami menjewer telinga Sahabatnya membuat sang sahabat meringis kesakitan
"Anjir, sakit lam jangan di jewer nanti kuping gua kayak gajah ragunan"
"Biarin, nyebelin lagian"
"Kan bercanda lam..."
"Sama aja" Jaemin kalah, ia tak ingin ribut dengan sahabat nya. Terlebih lagi sahabat nya sedang tak enak badan pastinya moodnya sangat buruk
Di UKS sangat sepi, biasanya ada petugas PMR yang menjaga UKS. Jaemin menurunkan lami di ranjang UKS. Lami melepas sepatunya dan berbaring dengan tenang.
Jaemin duduk di ranjang satunya yang kebetulan kosong. Ikut berbaring mengambil ponsel di sakunya, memainkan game sampai bosan.
"Jaem..." Lirih lami menatap atap putih ruangan UKS.
Jaemin bangkit dari ranjang berisik itu dan berlutut di samping lami sambil mengecek keadaan sahabatnya.
"Kenapa lam? Ada yang sakit? Gua panggil guru sebentar"
"Jaem..." Lirih nya lagi, menggeleng kepada Jaemin ia tidak mau di tinggal sendirian
"Gua ke ruang guru dulu"
"Ngapain?" Tanya lami nada lemah
"Izin lu sakit, biar bisa istirahat di rumah" jawab Jaemin lami menggeleng cepat
"Gue tambah sakit kalo di rumah"
"Yaudah gua beliin bubur di samping warung mba Kiran. Lu tunggu di sini"
Mengusap kepala lami lembut dan lari keluar kelas meninggalkan lami di ruang UKS.
"Widih kebetulan lu ada di sini"
'tuhan, tolong biarkan hamba tenang sehari ini' batin lami menatap orang di ambang pintu ruang UKS.
Thanks for reading^^
Aku minta maaf kalau ada kata kata yang salah di cerita ini🙏🏻
YOU ARE READING
INTROVERT- NA JAEMIN
FanfictionMahendra Jaemin Pradipa. Seseorang yang memiliki pribadi introver di antara keluarganya. Menceritakan kisah kesehariannya yang tidak seindah di buku fiksi yang sering ia baca. Jaemin adalah orang tidak mudah berbicara secara langsung, dirinya yang t...
