~01

95 14 2
                                    

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

.
.
.

Saat jam makan siang Kanya masuk ke gedung perkantoran dengan sebuah paperbag ditangannya. Ia berjalan dengan senandung kecil dan ekspresi ceria khas dirinya.

Saat sedang menunggu lift, Kanya berbarengan dengan dua karyawan perempuan dan satu laki-laki yang tampak sedang bergerutu.

"Sumpah, hal apa sih yang bikin si bos kayak gorila pms kayak gitu, kalau barang bakal gue bakar dan kalau manusia bakal gue jambak-jambak sampe botak!" seru si karyawan perempuan yang berbaju pink. "Gila aja, gue ngerjain berkas ini semaleman sampe kurang tidur dan harus direvisi full cuma karena beberapa kata yang salah!" Dia sedikit meremas berkas yang berada ditangannya.

"Sabar ... gue kemarin lebih parah. Gak tahu salahnya dimana, kerjaan gue langsung dihempas gitu aja. Untung gue masih butuh uang buat halalin pacar gue, kalau enggak dah minggat dah," ucap si karyawan laki-laki berniat menenangkan tapi sebenarnya malah menambahi.

Kanya meringis mendengarnya, ia yakin pacar galaknya yang tengah menjadi perbincangan mereka. Jangan heran kenapa mereka bisa berbicara seperti itu disaat ada dirinya, karena meskipun sudah berpacaran hampir satu tahun, hubungannya dengan sang pacar tidak terlalu di ekspos ke publik. Di kantor inipun mungkin hanya beberapa orang yang tahu.

Kanya menyentuh rambutnya yang ia kepang satu dibelakang, seakan takut perempuan tadi mengetahui bahwa dalang dari segala kegalakan bos mereka adalah dirinya. "Gila, emang separah apasih sikap Mas Arkan sekarang?" gumamnya bertanya-tanya.

Saat lift berbunyi Kanya langsung masuk, buru-buru ke ruangan tujuannya. Setelah sampai ia menyapa sekertaris yang ada di didepan ruangan itu. Sebelum masuk ia memasang senyum terbaiknya lalu langsung membuka pintu. "Assalamualaikum, si cantik datang ...."

Seseorang yang tengah mengetik sesuatu di laptop menjawab tanpa menoleh, "Waalaikumsalam."

Kanya menghempaskan pantatnya pada kursi di depan orang itu. "Kok, gak liat aku? Mas gak kangen? Kita udah satu minggu loh gak ketemu gara-gara Mas harus ke luar kota."

Dengan gerakan yang terlihat malas Arkan mengangkat kepalanya, sedikit tersenyum lalu berucap, "udah?" Lalu kembali fokus pada laptopnya.

Kanya berdecak, ia menggigit bibir bagian dalamnya untuk menahan kesal. "Sabar ... untung di sini gue yang salah. Kalau bukan, dah habis tuh muka gue cakar-cakar," gumamnya sepelan mungkin.

Tak lama, sebuah senyum manis terbit di bibir Kanya, seakan perlakuan Arkan bukanlah hal mengesalkan baginya. Kanya menaruh paperbag yang ia bawa di atas meja. "Aku bawa makan siang buat Mas. Dimakan ya, aku masak sendiri lho ...." ujarnya sebisa mungkin menormalkan ekspresinya.

KANYA  [Republish]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ