04. Adrian Pucey

471 71 6
                                    

Lily sama sekali tidak menyentuh makanan yang ada di depannya. Ia hanya memainkannya dengan sendok yang ada di tangan kanannya. Gadis itu memperhatikan sisi kiri dan kanannya, anak-anak Slytherin menatapnya dengan tatapan tajam dan kesal. Sudah hampir dua bulan lamanya ia berada di Hogwarts, belum ada satupun teman baru yang ia dapatkan di Slytherin selain Thomas. Dan ditambah, teman-temannya di asrama lain sudah sibuk dengan kegiatan asrama mereka dan Harry terdistrak dengan masalah Sirius Black.

Ia hanya merasa kesepian.

"Hei, kenapa tidak makan?"

Suara yang asing itu terdengar membuatnya menoleh. Seorang pemuda yang lebih tua dari kakaknya Harry tampak mendekat dan berdiri di dekatnya dengan tangan diatas meja yang ada di sampingnya. Lily melihat ia mengenakan atribut seragam asramanya. Menoleh kekiri dan kekanan, ia memastikan jika yang dipanggil adalah dirinya.

"Hei, aku berbicara denganmu," ia malah tertawa pelan.

"Maaf, karena kukira tidak ada yang mau berbicara denganku, rasanya jadi aneh," Lily tampak tertawa canggung seolah sudah lama tidak ada yang mengajaknya berkenalan, "maksudku, ehm... karena kakakku."

"Aku mau kok," anak itu tertawa kembali dan menggaruk dagunya, "sebenarnya sudah sejak pertama kau masuk sih. Tetapi, karena kukira kau tidak ingin berteman dengan anak Slytherin jadi aku tidak menyapa sama sekali."

"A-aku mau kok!" Lily meninggikan suaranya hanya untuk merasa malu karena yang ia lakukan, "ma-maaf."

"Kau lucu ya," pemuda itu tampak tertawa santai dan mengulurkan tangannya pada Lily, "perkenalkan, namaku Adrian Pucey. Salam kenal, Lily Potter."

***

"Harry-Harry! Dengar ini, tadi aku baru--"

"Hei lihat ini, Sirius Black terlihat di Dufftown!" Teriakan Seamus tampak membuat Harry yang semula sudah melihat Lily kembali terdistrak. Ah, kasus Sirius Black. Lily tidak bisa menyalahkan Harry, Sirius mengincar kakaknya. Ia akan selamat selama keberadaannya tidak diketahui oleh Sirius. Ia berharap jika ia akan bisa membantu kakaknya, namun ia bahkan baru bisa menggunakan mantra Fumos yang diajarkan Prof. Flitwick. Ia tidak akan berguna.

"Haaah..."

"Helaan napas yang panjang," suara itu membuatnya tersentak. Dengan cepat ia menoleh dan melihat Thomas sudah berhenti di belakangnya dan tersenyum, "wajahmu menekuk. Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa kok."

"Tadi kulihat kau ingin berbicara dengan kakakmu. Kurasa Sirius Black benar-benar menakuti kakakmu ya," benar sih. Lily tidak bisa menyangkal hal itu. Kakaknya sangat sensitif dengan masalah itu, "bagaimana kalau kau ceritakan padaku?"

"Eh, tidak usah."

"Kau tampak sangat senang tadi, lebih baik kalau kau menceritakannya saja pada seseorang. Aku mau mendengarkannya," Thomas masih menawarkan diri. Lily sedikit ragu, namun akhirnya ia mengangguk dan berbalik meninggalkan meja Gryffindor.

"Jadi tadi aku mendapatkan teman baru. Kukira anak-anak Slytherin tidak mau berteman denganku--"

"Tetapi akukan mau?"

"Kau berbeda," Thomas memiringkan kepalanya, "ma-maksudku, kau kan baru pindah tahun ini. Mereka membenciku karena tahun lalu mereka ada masalah dengan kakakku. Kalau kau kan tidak membenci kakakku."

"Oh, kau hanya tidak tahu saja," Thomas bergumam sangat pelan hingga Lily tidak bisa mendengarnya.

"Lalu--ah, aku jadi banyak bicara. Kau bosan Tom-Thomas?"

'Sangat, aku tidak tertarik mendengarnya.'

"Tidak, tentu tidak. Aku senang mendengarmu bercerita," Thomas hanya tersenyum lembut seperti biasa, menutupi apa yang sebenarnya ia pikirkan, "ngomong-ngomong Lily, kau bisa memanggilku Tom kau tahu?"

HALF SOUL ➤ Tom RiddleWhere stories live. Discover now