PROLOGUE - CAST

4.8K 264 17
                                    

Hampir semua manusia di dunia ini memunyai tujuan untuk hidup bahagia, bukan begitu? Salah satu definisi bahagia adalah menemukan cinta sejati di sisa hidupnya. Oh, itu pasti sangat menyenangkan. Menikah, memiliki anak, dan hidup bahagia.

Bukan kah itu yang seharusnya orang temukan?

Mungkin Han Yeona hanya bisa menertawakan teori itu. Sungguh, jika kalian berpikir memiliki suami setampan dan sekaya Jung Jaehyun itu adalah anugerah, maka Yeona akan senang hati menampar kalian dengan kata 'tidak'.

Bukan, masalahnya bukan pada Jung Jaehyun. Masalahnya ada pada mereka berdua yang dengan bodohnya menikah tanpa tujuan.

Ini perkara tuntutan yang memaksa mereka untuk meninggalkan kesendirian mereka. Padahal tanpa mereka sadari tuntutan itu lah yang menghantarkan mereka ke kesendirian baru.

Dan itu memuakkan.

Yeona sudah muak berpura-pura bahagia di depan orang. Ia lelah berpura-pura menjadi sosok yang bijaksana masalah percintaan padahal sendirinya ia dipermainkan oleh cinta itu sendiri.

Wanita itu berusia 29 tahun ketika berjalan di bawah payung. Memasuki pekarangan rumah yang selama 5 tahun terakhir menjadi rumahnya juga. Tapi, di masa depan rumah itu tidak akan lagi menerimanya karena surat gugatan yang ia peluk agar tidak terkena percikan hujan.

"Yeona?" Jung Jaehyun nampak terkejut ketika membuka pintu yang baru saja diketuk. Ia menatap hujan di malam hari yang tidak bisa dibilang ringan. Hujan itu sangat lebat hingga membuatnya bisa melihat separuh celana panjang Yeona basah kuyup.

"Hai, Jaehyun. Aku kira sudah tidur." Sang wanita menyapa dengan senyuman paling tegar.

Jung Jaehyun adalah orang yang datar. Dan itu terlihat saat ia menatap Yeona dan kembali bertanya, "Ada apa kemari di cuaca seburuk ini?"

"Aku akan cepat saja. Aku mengantarkan ini." Dengan tangan gemetar menahan dingin, Yeona menyerahkan gugatan cerai yang terbungkus map cokelat. "Hanya butuh tanda tanganmu saja di sana. Aku akan mengurus sisanya."

Jaehyun menyahut map itu cepat. Membaca isinya dengan kening berkerut lantas menatap wajah Yeona. "Apa maksudnya ini?"

Yeona menatap jauh ke dalam iris hitam Jaehyun yang pernah ia puja itu. Bagaimana bisa ia tidak jatuh pada pria seperti Jaehyun? Setajam-tajamnya wajah pria itu, ia bersumpah bola mata itu tidak pernah terasa kejam. Malah begitu lembut.

Dan ia baru sadar jika itu adalah salah satu manipulasi seorang Jaehyun yang berhasil menipunya.

"Kau tahu, Jaehyun? Selama ini kita bertindak seolah-olah kita tidak pernah tahu keberadaan arti sia-sia. Hidup bersama padahal kita adalah dua orang asing yang tidak saling mencintai.

"Sangat lucu mengingat bahwa kita mempermainkan pernikahan padahal tidak ada di antara kita yang diuntungkan dengan hubungan ini. Aku bahkan berpikir jika memang genre hidupku itu komedi."

Yeona berhenti sesaat dan menatap ujung sepatunya yang basah. Oh, tentu! Tidak hanya sepatu itu saja yang basah, melainkan juga matanya. Ia menangisi Jaehyun? Yang benar saja! Ia menangisi nasibnya yang begitu apes.

"Jaehyun, kita layak untuk menemukan kebahagiaan kita sendiri. Maaf telah mengikatmu selama 5 tahun dan tidak dapat menemukan kebahagiaan selama itu. Sekarang aku akan melepaskanmu dan kau melepaskanku. Aku harap kita menjadi orang paling bahagia tanpa ikatan ini lagi."

"Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?"

Wanita itu kembali mendongak, menatap wajah Jaehyun yang terlihat kejam. Oh, ya. Ia juga tidak akan pernah jatuh pada iris mata hitam itu lagi.

LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon