Desember, 2009
Aletta Kinara Artamevia
"TAK"
Suara pena yang secara tidak sengaja itu terjatuh tepat sesaat para dokter sedang mengadakan rapat penting, suara yang amat keras itupun langsung mengundang tatapan orang-orang yang berada diruangan tersebut.
Alettapun melihat sekelilingnya dengan menundukan badannya seolah mengucapkan kata maaf ditengah situasi serius itu.
Akhirnya rapatpun selesai, para profesor dan dokter yang berada diruangan itu pun pamit undur diri.
Setelah keluar dari ruangan tersebut, Aletta akhirnya bisa menghela napas.
"Cape ya, let?" Tanya temannya Stefani yang sedari tadi menemaninya selama rapat, Aletta hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Rasanya pengen libur sehari aja," Ujar Stefani dengan wajah lesu.
"Ini mah apaan, hampir tiap minggu kita masuk" Lanjutnya dengan merangkul bahu Aletta lesu.
"Nasib Stef, nasib" Ujar Aletta yang mencangkup alasan dari semua permasalahan mereka.
"Kayaknya gue salah pilih profesi, harusnya waktu itu gue pilih jurusan Matematika," Stefani dengan keluhannya yang mengundang lirikan dokter yang sedang berlalu lalang dikoridor Rumah Sakit.
Lantas Aletta menepuk bahu Stefani keras,
"Mbak kalau ngomong bisa dikecilin dikit volumenya," Tegur Aletta.
"Hehehe Sorry, let" Ujar Stefani disertai senyum diwajahnya seolah ia tidak melakukan kesalahan.
Mereka pun berjalan beriringan menuju taman, mengingat waktu senggang yang tidak mungkin mereka sia-siakan.
"Eh By the way, Lo tau kalau Angga punya saudara kembar?," Tanya Stefani.
"Iya, gue pernah liat kalau nggak salah waktu gue di ajak ke rumahnya Angga," Jelas Aletta.
"Wah parah sih, Kenapa lo nggak bilang ke gue, let?" Ujar dengan nada protes,
"Barangkali adeknya nggak sedingin kakaknya, bisa gue embat nggak tuh" Stefani dengan kepercayaan dirinya.
Aletta yang mendengar itu pun lantas berkata, "Ada kalanya kita tidak boleh terlalu percaya diri Stef," Ucap Aletta menasehati temannya yang masih saja berkhayal, Stefani yang mendengar hal itu pun mendengus.
"Ya mau bagaimana lagi, Angga tuh susah banget dideketinnya. Lo bayangin aja sifatnya itu beku kayak freezer," Protes Stefani.
"Lagipula, Angga tuh kayaknya nggak ada niatan sedikitpun pikiran percintaan kayak lo," Jelas Aletta dengan menegaskan kata percintaan.
Tiba-tiba saja, seseorang mengagetkan mereka dari arah belakang bangku yang mereka duduki. Pelaku yang melihat ulah jailnya berhasil pun lantas tertawa,
"Heran deh ya, lo berdua masih aja kagetan" Ucap sang pelaku yang masih saja tertawa.
Aletta dan Stefani yang masih memegangi dadanya pun lantas memukul sang pelaku,
"Astaga, Kirana kalau gue punya riwayat jantungan bisa-bisa gue langsung mati ditempat" Ujar Stefani.
Kirana pun akhirnya menghentikan tawanya,
"Lo berdua lagi ngomongin apa sih? Pasti ngomongin gue kan?," Ucap Kirana dengan percaya dirinya.
Aletta dan Stefani yang mendengar hal itu pun memasang wajah datar,
"Stef, kita pergi aja yuk" Ajak Aletta yang sudah lelah dengan kelakuan temannya yang sungguh ajaib.
"Eh bentar dong, gue kesini kan mau ngajak kalian berdua makan dikafe yang baru buka" Ujar Kirana dengan wajah masam yang dibuat-buat.
"Katanya yang jadi barista kafenya ganteng," Lanjutnya.
Stefani yang mendengar hal itu lantas berdiri dengan berkata, "Ayo tunggu apalagi kita langsung kesana," Ujarnya denga penuh semangat.
Aletta dan Kirana yang sudah sangat terbiasa melihat kelakuan temannya itu,
"Halah, lo giliran denger yang ganteng langsung semangat," Ujar Kirana.
"Keindahan ciptaannya itu tidak boleh disia-siakan. Udahlah, ayo cepetan kesana sebelum jam istirahatnya abis," Ajak Stefani.
Aletta hanya mengikuti kedua temannya itu menuju, tanpa disadari sepasang mata tengah memperhatikannya sedari tadi secara diam-diam.
Setibanya mereka ditempat yang mereka maksud. Segeranya mata Stefani pun menjelajahi sudut-sudut tempat tersebut mencari objek yang temannya maksud, setelah menemukannya pun ia terheran,
"Loh kok, Angga?," Herannya.
❤Thank you for reading❤
🔴Don't forget to Vote, Comment & Share🔴
🖤
ESTÁS LEYENDO
안녕 And Goodbye
FanfictionSeorang wanita yang rela pergi jauh demi mencari sang ibu kandung yang selama ini belum pernah ia temui setelah sekian lamanya. Pada akhirnya ia diberi kesempatan untuk pergi jauh dari tanah airnya, demi mencari sang ibu yang bahkan ia tidak kenali...
