Prolog

36K 1.1K 6
                                    

"Hiks... hiks... Ay-ah hiks..." Tangisan seorang gadis kecil berumur 6 tahun terdengar sesaat setelah pintu coklat itu terbuka menampilkan sebuah ruangan dengan dominasi cokelat.

Gadis kecil itu terus menangis sambil mendekati sosok pria berumur sekitar 31 tahun itu, pria yang dipanggil gadis kecil itu dengan sebutan papa langsung mengangkat tubuh mungil itu ke atas pangkuannya.

"Ada apa sayang?" Tanya pria itu sambil mengelus rambut putrinya lembut.

"Na-na.. hiks... nakal ya? Hiks" Tanya gadis itu balik tak berniat menjawab pertanyaan ayahnya. Sedangkan pria yang sedari tadi memangku gadis itu hanya tersenyum menanggapi pertanyaan gadis yang baru masuk sekolah dasar itu.

"Tidak. Nana tidak nakal, sayang."

"Kalau tidak nakal... Hiks... Ken-apa bun-da ti-dak mau me-luk, Na-na? Hiks. Bun-da ti-dak sa-yang la-gi sa-ma Na-na? Hiks..." Tanya gadis bernama Nana itu dengan sesenggukan.

"Bukan begitu. Bunda sayang sama Nana kok."

"Benar? Bunda sayang sama Nana?"

"Hmm. Sayangggggg banget." Kata pria tadi sambil memeluk anaknya, membuat gadis kecil itu tertawa dalam pelukan ayahnya.

"Sekarang Nana tidur, ya?" Kata pria itu.

"Hmm." Gumam Nana sambil mulai memejamkan kembali matanya dan menyandarkan kepalanya di dada ayahnya. Pria yang bernama Kim TaeJun itu kembali entah untuk keberapa kalinya menatap langit malam yang sama.

"ShinYoung, apa kau melihatnya? Hmm, anak kita, malaikat kecil kita. Nana. Ia masih saja menangis padahal kini dia sudah masuk sekolah dasar." Diam.

"1 hal yang selalu membuatnya menangis. Dirimu ShinYoung. Tidak, aku tak menyalahkanmu. Aku hanya menyalahkan situasi saja."

"Aku tau kau juga tak menginginkan situasi seperti ini, Yeobo -sayang suami/istri-. Aku tau kau sangat ingin mengantarkannya ke sekolah, menyiapkan sarapan dan bekalnya, ataupun mengantarkannya bermain ke taman. Aku ingat semua impianmu ketika mengandungnya." Sebulir air mata mengalir di pipi putihnya.

***

"What? Baby sitter?!" Tanya Lili sambil menatap Serly yang hanya tersenyum kecil. Lili langsung menaruh nampan berisi piring kotor dan gelas kopi di tempat cucian piring, lali berbalik menatap teman kerjanya itu.

"Hmm, terserah lo sih mau nerima atau gak." Jawab Serly.

"Gak. Satu rekor selama gue hidup 22 tahun yaitu bikin nangis keponakan gue selama 3 hari berturut-turut."

"Yakin lo?"

"Yakin 100%"

"Gue kirain elo lagi butuh duit."

"Gue butuh sih."

"Terus?"

"Gak. Lo jangan coba bikin goyah gue ya."

"Lo lagi usaha hidup mandirikan? Gak mau nyusahin orang tua lo?"

"Hmm."

"Ini kesempetan elo. Terima aja kali." Bujuk Serly lagi.

"Eh? Hmm... Entar gue pikirin lagi. Sumpah gue nyesel kenal sama elo. Lo bikin goyah tekat gue. Lo masih saudaraan sama setan, ya? Jago bener ngerayu gue." Kata Lili sambil keluar dari ruangan itu menuju cafe yang sudah mulai agak sepi.

"Kurang ajar. Lo kali setannya." Seru Serly tidak terima.

****

Hahai...
Ketemu aku di cerita lain nih. Cerita yang sebelumnya aja blm selesai ya? Hehe aku beneran blank padahal udah ada konsepnya rapi. Bener-bener rapi.

Tapi saat blank aku malah dapet ide lain. Ibarat 'Mati satu tumbuh seribu'. Hehehe... Aku harap ceritaku kali ini gak absurd ataupun ngebosenin. Aku mau nyoba ampe bener-bener bisa. KEEP WRITING. Itu penyemangatku sih kalau udah gagal berkali-kali.

FYI. Ini crtnya slow update ya. Sorry banget loh...

So, untuk kali ini aku mau ingetin tolong Vote and Commentnya ya? Demi kemajuanku..

Ok Bye~~~

My Baby SitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang