1

974 83 109
                                    

Notes:

Oneshot ini merupakan bagian pertama dari seri Sebuah Lagu yang berisikan kumpulan cerita yang terinspirasi dari lagu yang dibawakan oleh Dian Piesesha.

Setiap cerita berdiri sendiri dan dapat dibaca terpisah serta berada dalam draft/buku yang berbeda.

Untuk cerita pertama ini, terinspirasi dari lagu yang berjudul 'Engkau Segalanya Bagiku'.

♬・˚˚༅♪ ༅˚˚・♬

Playlist Spotify

Selamat Membaca!♡

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Selamat Membaca!♡

♬・˚˚༅♪ ༅˚˚・♬

Pagi-pagi begini aku sudah disibukkan dengan berbagai macam hal yang sebenarnya tidak merepotkan jikalau tidak ada—tingkah aneh—Akbar yang masih saja tertidur dan tidak mau berangkat ke kantor. Ketika dibangunkan ia malah cemberut sambil berkata, "Aku libur aja, Dy." Tanpa lupa mengeratkan pelukannya di pinggangku.

"Bar, kamu jangan mulai lagi dong." Jujur, hal itu memang sudah biasa Akbar lakukan. Alasannya cuman satu. Pengen seharian bersamaku. Katanya, "Sabtu dan Minggu itu belum cukup untuk ngurangin rasa kangenku sama kamu, Dy."

Dalam keadaan setengah tertawa, aku melepaskan pelukan Akbar. Kemudian membujuknya dengan segala macam iming-imingan agar bisa berhasil.

"Hati-hati, ya. Nantik siang kita bakal ketemu kok. Bekal makan siangnya nantik aku anterin. Kita makan siang bareng," jelasku sambil merapikan baju kerja Akbar lalu membalas pelukannya.

Para tetangga yang melihat aktivitas kami ini pernah mengatakan, "Ya, namanya juga pasangan baru, tahun pertama. Tentulah iya masih romantis dan harmonis."

Aku yang mendengarnya pun merasa sangat tidak setuju dan percaya bahwa hubungan kami akan tetap selalu seperti ini, sampai tahun-tahun berikutnya. Karna memang, nyatanya begitu hingga menjelang tahun ketiga. Hanya sampai disitu saja. Setelahnya, ucapan mereka pun mulai benar-benar terbukti yang kemudian diiringi dengan perasaan curigaku.

♬・˚˚༅♪ ༅˚˚・♬

Dinginnya angin malam dan segala macam hal buruk tentangnya aku abaikan. Salah satu jendela di kamar ini kubiarkan terbuka lebar, menampilkan beberapa bangunan yang masih bercahaya dan aktivitas di jalan raya yang sudah mulai berkurang.

Aku baru akan berbalik namun tiba-tiba merasakan dada yang hangat menyentuh punggungku kemudian disusul dengan dua tangan kokoh memegang erat jemariku.

Akbar berdiri di belakangku dengan membawa aroma vanilla yang ... aku tidak suka. Menghirup wanginya menimbulkan satu pernyataan dalam benakku.

Engkau Segalanya Bagiku [1/1]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora