Reinkarnasi Kita?

16 2 2
                                    

Hei Arif, kamu percaya sama reinkarnasi? Ngga lah ya karena itu bukan kepercayaan kita. Tapi aku lagi mau cocokologi aja sama temen satu kantor denganku berupa reinkarnasi sikap kita dahulu aja.

kamu tau ngga hari ini tetiba aku random kangen sama kamu, ngga deng aku bohong, setiap hari aku kangen kamu, kamu jangan muntah dari sana ya.
Hari ini aku lihat teman kantorku bercanda dengan satu timnya dan mereka teman sepertinya, mereka juga lawan jenis kaya kita dulu..

Perempuannya yang cuek tapi gemesin kalau sudah akrab, dan lelakinya yang pendiem. Lelaki yang hanya mau tertawa tulus kalau sedang dengan perempuan yang menurutnya bisa jadi dirinya sendiri. Teman sekantor ku itu typical lelaki yang beneran cuek dan pendiem, dia juga orangnya kaya ngga punya semangat hidup gitu, tapi sebenarnya ngga gitu, memang pembawakannya aja, tapi entah ya aku juga ngga begitu paham karena emang ngga dekat, bahkan untuk mengobrol pun jarang banget. Tapi aku suka aja lihat mereka berdua, karena aku teringat aja tentang kita.

Arif, tau ngga hal yang benar-benar ngga bisa aku lupain apa?
Ketika ragamu merengkuh bahuku untuk sekedar menyampaikan "Little bee, everything will be fine, ngga ada yang harus benar-benar disalahkan, bahkan takdirpun demikian", dan itu benar-benar bikin aku tenangan. Kamu tau ngga rif, kamu memang mengajarkan aku untuk kuat, untuk bisa berdiri sendiri diatas masalahku sendiri, untuk bisa mengatasi hal hal urgent, yang selalu ada kapanpun waktu aku butuh walau harus berhenti di Juli 2013.
Namun untuk kali ini boleh ngga aku untuk bilang "Rif, aku kesepian. Aku cape. Aku takut"
lalu berharap kamu hadir saja di mimpi walau mungkin aku yang akan berperan sebagai lucid dream.

Maaf kalau aku terlalu banyak menulis tentang Sam. Karena mungkin walau kita grow up barengan tentu saja 7 tahun setelah kamu ngga ada, Sam menggantikan posisi kamu. Andai saja waktu itu aku tahu, aku ngga bakalan gengsi untuk bilang bahwa aku mencintaimu, aku cuma takut kita bubaran kalau aku mengatakannya, tapi setelahnya aku menyesali hal yang bahkan benar-benar ngga bisa untuk disesali.

Arif, aku benar-benar melihat dirimu didalam jiwa orang satu kantor denganku namanya Panji.
Tapi Panji masih bocil banget hehe dan ya aku ngga pernah ngobrol samanya, paling cuma basa basi doang "Kenapa harus distikerin ini kursi?" lalu dia mendongak ke arahku karena posisinya sedang jongkok nempelin stiker dan dia senyum tipis menjawab "Biar ditandain kalau ini pengeluaran di selesaikan ditanggal berapa, kakak bawel juga yaa" dan dia berlalu setelah urusannya selesai. Benar-benar mirip kamu banget sifatnya.

Maaf kalau ditulisan ini aku banyak mengeluh, karena kalau bukan ke tulisan harus sama siapa lagi aku menuangkan cerita? Gapapa kalau ngga ada solusi, tapi aku yakin suatu hari nanti segalanya bakal happy end. Bukankah kamu selalu bilang "Nggapapa berdarah sekarang biar suatu hari nanti ketika hal yg sama terulang kau ngga harus bingung untuk menghadapi masalahmu sendiri lalu happy end pasti ada, bukankah ada pelangi setelah hujan?", dan sekarang aku percaya dengan kalimat kamu.

Berharap suatu saat nanti kita ketemu walau sebentar saja.
Berharap suatu hari nanti aku ketemu dengan orang yang bisa membawaku keluar dari sangkar dan memberikan bahunya untuk tempat berlindungku.
Berharap suatu hari nanti ada telinga untuk siap mendengarkan ceritaku lalu menyelesaikan segalanya barengan tanpa harus bingung menyimpulkan struggle ini bagaimana.

Kamu yang aku rindukan, aku yakin kamu melihatku dari atas sana.
Untuk kamu yang pernah hadir, terimakasih buat segala teorimu yang ternyata baru bisa aku realisasikan sekarang. Aku mencintaimu, little lion..

Barisan SajakNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ