Tapi yang lagi nelungkup di balik selimut Sandi malah Bayu yang  juga menginvasi kasur Sandi.

Sandi mau ngajak ngomong Bayu, tapi trauma entar pacarnya teriak-teriak lagi. Bisa geger satu kosan. Masih untung cuman sekosan, kalau sampai kedengeran abang ojol yang kebetulan nganterin makanan terus si abangnya spill gimana?

Ya udah, jadinya Sandi tinggalin buat mandi, beres-beres barang, terus lanjut bikin laporan—yang sebenarnya tinggal check and recheck serta imbuh-imbuh dikit saja. Inginnya sih ikut rebahan tapi takutnya Sandi beneran diserang sama Bayu.

Bukannya gak mau, tapi kalau sekarang... Sandi belum siap.

Sandi gak prepare apa pun, dia gak mau nyakitin Bayu baik secara fisik pun mental. Apalagi kalau dilakukan sekarang ketika Bayu lagi emosi gak jelas. There's nothing get without pleasure especially concern.

Dicuekkin Sandi bikin Bayu makin kesal. Tapi Bayu juga takut kalau Sandi marah betulan yang sekarang kelihatannya beneran lagi fokus sama tugasnya. Terdengar dari ruangan kamar yang tenang selain bunyi ketik keyboard yang samar-samar di dengar.

Ah, gue kok jadi gak ngotak gini sih gara-gara cemburu doang? Tapi Sandi gak ngomong apa pun, tapi

Bayu tersentil oleh ingatan kalau dia malah lebih sering ngeledek Sandi ketika pacarnya itu cemburu. Ah, gak, bukan sering lagi. Malah tiap Sandi cemburu, Bayu gak pernah kasih penjelasan apa-apa.

Bayu melolong pelan setelah menyadari kegoblokannya sendiri.

Gak lama kemudian suara ketikan berhenti. Disusul bunyi derit kursi bergesekkan dengan lantai kayu. Ada langkah kaki mendekat kemudian menyusul beban yang berasal dari pinggir kasur.

"Udah ngambeknya?"

Tanyanya malah bikin Bayu merengut dengan masih enggan menunjukkan diri.

"Nirmala itu temen sekelompok gue pas mente kemarin. Maaf kalau dia kelihatan deket sama gue, itu karena dia orangnya emang SKSD, tapi dia gak naksir gue sama sekali dan gak akan pernah."

Bayu bergumam pelan, "Tahu darimana?"

"Well..." Sandi berpikir sejenak. "Pokoknya gak akan pernah begitu, lagian gue juga gak pernah kangen sama dia."

"Apa hubungannya—"

"Gue kangennya sama elo."

"...."

"Lo gak kangen gue?"

"...."

"Gak mau cium?"

Gundukan akhirnya bergerak disusul sibak selimut menampilkan Bayu yang langsung bergerak menghampiri Sandi. Bibirnya masih mencebik cemberut tapi jelas dadanya berdegup senang dan matanya ada binar penuh harap. Tubuhnya ringan ditarik Sandi mendekat dan didudukkan di pangkuan yang lebih tinggi.

Tapi begitu Bayu hendak mendekatkan wajahnya, Sandi malah menahannya.

"Tahu kan sekarang rasanya cemburu gimana? Nyebelin kan? Nyebelin lah. Aslian gue lebih pengen ngegetok kepala lo sekarang pakai power bank sebenarnya."

Bayu berdecak, "Lo lebih nyebelin." tukasnya sebelum cepat turun jemput bibir Sandi dalam ciuman. Tengkuk dirangkul erat mewanti-wanti dirinya didorong menjauh.

Sebaliknya, Sandi justru meraih pinggul Bayu dan menariknya mendekat. Mengangkat sedikit tubuh Bayu sambil tegakkan badannya sendiri buat kedua dada mereka menempel rapat.

Jemari panjang yang lebih lentik turun usap rahang Sandi. Bibir tipis Bayu beri kecupan sebelum tempeli lagi dengan miliknya untuk dikulum dengan kehangatan. Main-main di dalam. Sahut pagut dengan lidah membelit yang hangat. Sampai basah di seluruh bibir. Sampai napas mentok di ujung dada. Sampai detak gak cuman cepat di jantung tapi juga di tiap nadi.

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now