dua puluh tiga

Mulai dari awal
                                    

"Gue tuh capek, Sav. Mana abis ini latihan futsal lagi," Rea menggerutu sambil mengemasi barang-barangnya.

"Emang siapa suruh lo ikut futsal? Mana ngajak-ngajak gue lagi," Savita membalas karena kupingnya sudah terasa panas dengan gerutuan gadis itu sejak pagi hingga pulang sekolah sekarang ini.

"Ya kan gue cuma mau ngelindungi Vanya. Lo gak tau kalo Kiranti tuh sengaja ngajuin diri sambil bawa-bawa Vanya waktu itu? Dia tuh pasti sengaja mau nyelakain Vanya," Rea menoleh ke arah Savita dengan raut serius.

"Yaudah kalo emang mau ngelindungin Vanya ya jangan ngeluh. Gimana sih?" Savita telah selesai mengemasi barangnya, memakai tas berwarna hitamnyq di punggungnya dan beralih memperhatikan Rea yang belum selesai sambil berdiri.

"Ya tapi ntar malem gue harus latihan band lagi. Mana gue cewek sendirian, kan gak enak," Rea memakai tasnya di punggung dan mulai melangkah keluar dari bangkunya.

"Yaudah, ntar gue temenin," Rea membulatkan matanya berbinar-binar mendengar perkataan Savita.

"Serius?" senyuman gadis itu semakin melebar saat mendapat anggukan kepala sebagai jawaban dari Savita. "AAA, SAYANG SAVITA BANYAK-BANYAK," Rea memeluk tubuh Savita erat-erat, menggerak-gerakkan kecil tubuh keduanya ke kanan dan kekiri.

"Iya iya. Lepasin!" Rea melepaskan pelukannya dengan senyuman yang dua hari ini tidak ia tampakkan.

Drrt drrt

Savita mengeluarkan handphone-nya yang barusan bergetar dari saku. Memperhatikan layarnya yang menampilkan notifikasi dan segera membukanya.

"Udah ditunggu di mobil," Savita bersuara setelah lama9 memperhatikan handphone-nya. Rea yang mendengarnya mengangguk.

"Vanya, ayo berangkat!" Rea melambaikan tangan ke arah Vanya, menunggu gadis itu mendekat kemudian keluar dari kelas bersamaan menuju parkiran.

Sesampainya di parkiran, ketiganya langsung menghampiri mobil berwarna hitam. Savita masuk ke jok penumpang bagian depan, sedangkan Rea dan Vanya masuk ke jok penumpang bagian belakang.

Vano menoleh ke samping, menatap kekasihnya dengan senyuman lebar. "Gak lupa bawa ganti, kan?" Savita tersenyum dan menggeleng sebagai jawaban sebelum masuk dan duduk.

"Langsung berangkat aja ya?" Vano bertanya lagi, tapi kali ini menatap ke belakang.

"Ya, terserah," Rea menjawab seadanya sebelum menyenderkan punggungnya dan memainkan handphone-nya.

"Gue turunin di jalan baru tau rasa lo," mendengar gerutuan Vano, Rea meliriknya tajam melalui spion.

"Apa liat-liat? Turun sana lo, bareng Bara aja!" Vano mendelik ke arah Rea melalui spion juga.

"Apaan sih? Udah jalan aja. Gak usah banyak omong," Rea menjawab acuh lagi kemudian fokus pada handphone-nya, mengabaikan Vano yang mengerut tidak percaya ke arahnya.

Untung saja ia sahabat kekasihnya, jika bukan sudah ia tidak akan mau memberinya tumpangan untuk ke tempat latihan futsal. Akan lebih baik jika ia berangkat berduaan saja dengan Savita.

"Udah, berangkat aja," Vano menatap Savita sambil mengangguk dan senyuman manis kemudian langsung melajukan mobilnya.

"Oh iya, Van. Lo jadi pake tema apa buat fashion show?" Rea melirik ke arah Vanya yang sedari tadi diam saja.

"Van siapa? Vanya apa Vano? Disini ada dua Van," Rea melirik ke arah spion depan dengan kesal.

"Yang ikut fashion show siapa? Elo?" Rea mendelik sebelum memutar bola matanya beralih ke arah Savita. "Sav, pacar lo tuh!" Savita menoleh menatap Rea dengan senyum tertahan.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang