25.0 km/s

129 16 0
                                    

Malam ini jaemin hanya bergelung didalam selimut tebal. harusnya dia pergi keluar dengan jeno untuk merayakan ulang tahunnya yang ke delapan belas

tapi rencana hanyalah rencana, hujan tiba tiba mengguyur malam yang cerah itu membatalkan kegiatan yang dinanti nantikan.

dengan pakaian yang masih lengkap, celana putih bersih dan kemeja baby blue jaemin menghentakan kaki menuju kasur super empuk didepannya.

"keseelllll banget!!". teriakan jaemin menggema dikamar yang sedikit teredam suara hujan lebat diluar

tak lama tangannya mengetikan sesuatu dan menempelkan benda pipih itu ditelinga

ia menghubungi pacarnya, lee jeno

"jenooooo, hujannnnn". adunya pada sang kekasih

tawa disebrang membuat jaemin semakin menekuk mukanya

"gapapa nana, kan masih ada besok".

"jeno mah ngga seru, hujannya ngeselin kayak kamu!". bibir merah cherry miliknya mengerucut

"iya maaf hahaha".

"nana udahan dulu ya, aku dipanggil mama nih".

"hufftt, iya jeno, selamat malam". jaemin langsung memutuskan sambungannya

ia masih kesalllll

"hujaannnn!!! hari ini nana ulang tahun!! berhenti ya???!!!". teriaknya entah pada siapa

***

namun dilain tempat, justru lee jeno menahan gemas mendengar pacarnya yang merajuk

tak lama kemudian ia menyambar jaket kulit miliknya dan kunci mobil yang tergeletak dinakas

"jeno kamu mau kemana?". saat melewati ruang keluarga, sang mama bertanya

"kerumahnya nana ma". jawabnya singkat sambil menenteng sesuatu—sepertinya kado

"tapi masih hujan, tunggu kalau reda aja". ucap mamanya yang masih terfokus pada katalog ditangan

"kayaknya ngga bakalan terang ma, keburu malam, hari ini nana ulang tahun masa dia sendirian dirumah". jelas jeno panjang sambil sibuk memakai sepatu

"yaudah, hati hati, jalanan licin, jangan ngebut, kalau deres banget nepi dulu".

"iya ma, jeno berangkat dulu ya".

"iya"

***

Lelaki mungil itu menggerutu terus menerus sambil membawa sekantong kresek keluar dari minimarket

"ujan ujan gini malah disuruh keluar beli mie, dasar kingkong ngga berperasaan!". sosok huang renjun itu terus menyumpah serapahi kakaknya yang seenak jidat menyuruhnya keluar

dengan hoodie abu abu dan payung yang senada, lelaki itu menunggu jalanan yang sedikit ramai, saat matanya menelisik kekanan kiri, manik matanya menangkap kerumunan orang orang yang terlihat sedikit panik

"ada kecelakaan ya?".

salahkan jiwa yang terlalu kepo itu, kakinya menuntun menuju keramaian dan sedikit menelusupkan badannya

bersyukur badannya tidak terlalu besar, jadi ia mudah menyela

"JENO?!".

"PAK PAK INI TEMEN SAYA PAK!". renjun berteriak histeris tatkala melihat jeno yang dibawa keluar dari mobil yang sudah setengah hancur

matanya berair, ia terlalu syok, kakinya bergemetar, didepannya jeno bersimbuh darah

"r-ren..".

"jen? lo masih sadar jen? jangan ngomong dulu! itu ambulance udah dateng!".

"r-ren.. a-ambil b-unga d-dim-obil..". jeno menarik napas

badannya mati rasa, telinganya berdengung, matanya berkunang kunang.

kesadarannya juga masih ada, ia pun masih bisa melihat beberapa orang mengangkat badannya menuju ambulance

walaupun badannya susah digerakan tapi sekuat tenaga ia merogoh kantung jaketnya

"jeno, diem dulu". renjun nangis melihat temannya seperti itu, ia ikut naik ambulance yang membelah jalanan dengan kencang, pikirannya kalut, terlebih lagi wajah jaemin yang terlintas dikepalanya

"k-kasih n-nana—j-jangan k-kasih tau..". dengan tangan gemetaran jeno menyodorkan benda yang dipegangnya pada renjun

ditengah sibuknya petugas yang sedang memasang alat bantu, renjun menerimanya kemudian meletakan didekat buket bunga yang tadi buru buru ia ambil

"jen.. lo harus kuat, inget nana—nana masih butuh lo". ucap renjun lirih ketika melihat petugas yang serasa putus asa

***

beberapa waktu sebelumnya..

jeno dengan langkah senang memasuki mobil hitam dan melenggang keluar dari rumahnya

diperjalanan ia tak henti hentinya menyunggingkan senyuman.

nana pasti suka sama kejutannya—iner jeno

sesuai perkataan mamanya, ia menyetir mobil dengan kecepatan sedang, karena hujan yang lebat membuat jarak pandang hanya berkisar 3 meter

sambil mengumamkan beberapa lirik lagu, matanya lurus kedepan, menjaga fokus.

namun saat berbelok kekiri dari arah berlawanan terdapat mobil yang sepertinya kehilangan kendali

jeno terkejut bukan main, apalagi jaraknya hanya beberapa meter didepannya

mau tidak mau ia harus banting setir namun belum jeno mengarahkan kendali, tubuh jeno sudah terpental kedepan.

tubuhnya mati rasa, ia tak merasakan rasa sakit, namun indra penciumannya menangkap sesuatu, bau anyir yang menyeruak didalam mobil hitam itu, pandangannya mengarah ke buket bunga yang jatuh disamping kakinya.

tak lama ia mendengar pintu mobil dibuka paksa dari luar













nana, maaf.

Orion's Love Story [NOMIN]✓Where stories live. Discover now